MENIKAHI CALON ISTRI SAHABAT
tidak sabar ingin menemui Rayyen yang akan menjadi calon suami Aliffa. Keduanya meminta izin untuk keluar, dengan alasan ada sedikit keperluan yang harus mereka selesaikan. Terma
a terbiasa berkata jujur dan hampir tidak pernah menyembunyikan sesuatu pada keluarga kecilnya. Malah mereka sangat senang dengan kehadiran Rayyen di sana. Rayyen pemuda yang supel. Cepat akrab dalam m
at dari sopan santunnya. Cara dia berbicara, tutur
. Di sana Rayyen tak hentinya bercerita dan berbicara bagaimana hubungan persahabatannya dulu dengan Albar, hingga mereka beranjak dewasa. Cukup banyak memori dan kenangan yang ia ingat dan harus ia ungkapkan. Beruntungnya Ahmad dan keluarga kecilnya menja
yen. Ia sedikit tertegun dengan kehadiran mendadak calon mertuanya. Meski tanpa di beri tahu Rayyen tahu kalau Alia ibu kandung Aliffa. Alia dan Ahmad membaur dengan yang lainnya. Sebelumnya Alia dan Ismi melakukan cium pipi kanan kiri terlebih dahulu. Tanda silaturahmi mereka telah terjalin erat. Ismi mengulas senyumny
an apa yang menimpa keluarga kami?!"
t punggung adik iparnya itu. "Tenanglah Al! Yakinlah ini semua mungki
nanar. Ia biarkan wanita seusianya itu mengeluarkan air matanya. Sebagai sesama wanita
sejenak. Mereka sudah sangat mengerti dengan
dengar sahabat Albar ada di sini. Di m
mengenal, dan meminta restu dari wanita yang melahirkan Aliffa itu. Rafli menoleh ke arah Rayyen, Rayyen yang sedari tadi tertunduk mendongak. Ia
an menghampiri Alia yang terlihat dengan wajah sembabnya. Rayyen lalu bers
ng perempuan. Alia terhenyak dengan kehadiran Rayyen di depannya. Semua mata menatap Rayyen kagum. "Sejak_!" Alia tercekat. "Sejak kapan kamu berada di sini?" tanya Alia lagi. "Seja
. Tak ada kurang satu apapun. Inikah lelaki yang akan menikahi anakku Aliffa? Di
ri ku Aliffa?" Alia melontarkan p
ngangguk
iku Aliffa? Apa karena Albar s
"Saya mau menikahi putri ibu Aliffa, karena saya telah jatuh cinta padany
s dan tegas. Di mana Rayyen memang memposisikan dirinya sebagai lelaki yang serius ingin mempe
"Insya Allah Bu! Saya akan berusaha menjaga
mbimbing Aliffa," tukas Farel membujuk sembari mengelus lembut punggung sang istri. Alia menoleh pada suaminya, tat
kecamuk. Namun ia tidak ada pilihan lain, selain mene
k. Ibu mohon jangan sakiti dia, kalau suatu saat dia ak
bahagia. Mengula
syukur. Mereka turut gembira d
cara pernikahan esok h