MENIKAHI CALON ISTRI SAHABAT
inya pada saat itu. Jauh - jauh dari Swiss, tiba - tiba saja kini ada d
Rasanya aneh saja ... gelitik hatinya lucu. "Seb
sembari mengetuk pelan pintu berba
seorang pria paruh baya d
a begitu ramah dan santun. Pria itu terlihat berpenampilan alim dan bersahaja. Di balut dengan pakaian gamis serta kopiah
u mengajak Rayyen duduk bersama di sebuah sofa pada bagian ru
saya kemari mengganggu Ba
biasa, dengan tamu - tamu yang silih be
engan pak Ahmad. Ia merasa serba salah, entah apa yang ingin ia bicarakan. Dan menjelaskan apa tujuan ia datang ke sana. Ingin sekali bertanya tentang ponakannya A
a keluarga mu ke pesantren ini? Bapak sudah sering, menemui tamu - tamu sepertimu. Kadang masih merasa ragu dan bimbang. Tetapi insya Allah,
rnya kedatangan saya kemari untuk ..." aku
karena merasa heran. "Untuk apa N
donatur Pak!" ucap Rayyen se
au ada yang berniat baik untuk kesejahteraan yayasan ini. Tidak apa - apa kalau Nak muda in
ya sumbangkan," sahut Rayyen lega. Akhirnya ia bisa berbicara
ali melangkah menuju mobil. Meski sebenarnya ia enggan meninggalkan tempat itu. Namun ia juga tidak bisa berlama-lama di sana. Seandain
na, ia akan menemui om Farel bersama om Matthew. Karena memang selama Rayyen di sana, hanya om Matthew yang selalu memberikannya support dan semangat setiap kali dirinya menelpon. Entah kenapa setelah Rayyen berada di I
erah, di padu dengan celana jeans hitam dan kaca mata hitam yang mendominasi kedua matanya. Ia akan ke rumah kediaman keluarga Albar untuk menjemput om Matthew terlebih dahulu. Selanjutny
n ayah Aliffa kalau mereka akan bertemu hari itu. Dan om Farel menyetujuinya. Jantung Rayyen rasanya semakin berdegup lebih kencang dari biasanya. Juga ada sesuatu yang terasa mencekat di tenggoro
h enggan turun dari mobil. Om Matthew menggenggam jari jemari dan menepuk - nepuk pundak Rayyen. "Ayo Rayy! Kali
an oleh om Farel. Beberapa menit berlalu, Matthew dan Rayyen sudah berada di depan pintu ruangan yang di maksud. Resah dan kepanikan sudah pasti keduanya rasakan. Dari dalam balik pintu, terdengar bunyi suara perbincangan para lelaki paruh baya. Om Matthew tahu, kali ini ayah Aliffa sedang kedatang
Matthew saling bertatapan seolah saling menyemangati. Om Matthew menganggukkan k
irrahmani
i bagi Mu
yang sulit. Aku meminta kepada M
pas kaca ma