Hasrat Dendam Suamiku
ikuti
ella pulang terlambat, tentu saja itu membuatnya merinding. Dia mengikuti langkah sang suami yang penuh tujuan, pikirannya dipenuhi rasa ta
, dengan langit-langit tinggi dan dekorasi elegan, terasa menekan daripada menenangkan. Setiap langkah
nya melirik wajah Adrian, mencoba membaca niatnya. Namun ekspresi pria itu tak terbaca, tatapannya dingin
a ujung rambut merahnya yang acak-acakan, berhenti pada tatapan takut di mata si istri. Pergolakan batin yang kuat s
ah, mungkin saja dia begini karena Briella seperti mainan baru baginya. Bisa saja Adrian masih kemaruk dan terlalu bersemangat, dia cukup yakin semakin lama dirinya
etar. Dia berharap hukuman kali in
er yang menempel di tubuhmu, jadi kau akan kukurung di kamar mandi sampai
yani nafsu suaminya. Dia berjalan menuju kamar mandi kamar mereka yang mewah, berusaha mengendalikan ketakutannya. Setelah masuk ke dalam kamar mandi, Briell
ya terus-menerus memikirkan Briella yang dia kurung di kamar mandi. Dia bangkit berkali-kali, b
bekerja. Namun, meskipun dikelilingi oleh tumpukan dokumen, pikirannya tetap melayang kembal
an lemas, kehilangan kesadaran. Aster segera melaporkan kondisi Briella ke Rosalie Maven. Hunter, yang kebetula
lihat Hunter mengangkat Briella dengan penuh perhatian dan membawanya ke ranjang. Adrian h
anya Hunter dengan penekanan yang tega
esak mendengar pertanya
r mandi. Itu hukuman kare
disi seperti itu, tetapi melihat Hunter merawat Briella
pan tajam. "Kau tidak seharusnya
nuh kemarahan. "Hunter, tinggalkan kamarku
i kamar mandi semalaman, Adrian! Lihat apa yang kau lakukan padanya. Dia
an urusanmu untuk ikut campur," katanya deng
uan, Adrian. Briella tidak pantas diperlakukan seperti ini.
menantang. "Aku peringatkan kau, Hunter. Ini
kin panas. Rosalie yang mendengar keributan itu segera masu
unter, tinggalkan kamar untuk saat ini. Adrian, kau harus ten
m memberikan tatapan tajam terakhir kepada Adrian. "Jika k
bahwa saat ini fokusnya harus pada Briella. Rosalie menatap kedua putranya dengan r
baik," kata Rosalie dengan tegas sebel
kemarahan. Dia menyentuh dahi Briella yang panas dengan jemarinya, merasakan demam yang tinggi.
ta. "Pembalasan? Pembalasan apa yang kau maksud
n muka, mencoba menyembunyikan rasa panik dan kebingungannya. "Bukan apa-apa," kat
m Adrian sempat berpikir untuk memberikan penjelasan lebih lanjut,
uk memeriksa Nyonya Briella,"
okter. Pastikan dia mendapat perawatan yang terbaik," j
uangan, merasa hatinya berat. Tatapan Briella yang penuh pertanyaan masih te
onya Briella mengalami demam tinggi, tapi tidak ada yang terlalu serius. Dia hanya butuh is
Dokter. Saya akan memastikan dia m
ar dari kamar. Briella menatap Adrian dengan lemah, tapi tatap
besar padamu?" bisik Briella, sebelum
terhadap Briella. "Istirahatlah. Aku akan memastikan kau mendapatkan perawatan yang baik," katanya dengan