Hasrat Dendam Suamiku
ambil berpikir. Tatapan seriusnya selalu membuat Briella tid
i aku ... aku belum terbiasa
a selagi dia berpikir sambil membisu dengan w
di s
dingin. "Lepaskan
ras mungkin berusaha menyembunyikan kegugupan. Lanjut menurunkan celana piyama. Briella tidak tahu mengapa
menurunkan pandangan, berharap Adrian berubah pikiran dan memintanya berhenti. Sayang sekali,
kah kau leb
ng dia anggap penolong karena menikahinya saat keluarganya bangkrut, ternyata memperlakukannya denga
seperti berlian mahal akan memiliki tubuh menakjubkan. Ternyata ekspektasiku terlalu tinggi." Adrian jelas berbohong, tubuh Briella sangat indah. Kulit putihnya
tipeku. Batin Adrian y
putihnya, rambut itu bagai gelombang yang
cap Briella lemah dengan
ba menyambar. Dia sedang menghukum Briella, tetapi seperti sedang menghukum dirinya sendiri. Menyaks
a dia sudah be
etahui tentang
engar pertanyaan Adri
kau pernah berhubunga
rte
tentang ..." Adrian bingung memilih kata. "Sudahlah
ahk
biasa, tapi hal-hal berbau seksu
mansion. Aku tidak memiliki satu pun teman laki-laki, jadi aku benar-benar bingung ke mana arah pembicaraanmu." Adrian b
a kali ada yang me
rusaha menahan diri untuk tidak berkata kasar. Bagaimana
t Briella, menarik kepala perempuan itu ke belakang selagi Adrian mendaratkan bibi
lla ketika paru-parunya
gutannya. "Apa itu j
li ini ada air mata me
s? Apa aku m
a jujur kalau Adrian melukai hati dan har
atas ranjang. Sementara Adrian sibuk berpikir keras terhadap reaksi aneh di tubuhnya. Briella gugup membayangkan apa yang mungkin terjadi sepanjang sisa malam nanti. Menginga
drian menikahinya karena cinta, kenapa sikap Adrian begitu kasar? Kenapa tampaknya Adri
n kancing kemejanya. Briella tersentak, dia kembali menatap A
ngan kecemasan yang jelas-jelas tak bisa lagi ter
mun Adrian kagum melihat ketenangannya. Briella sanggup menahan diri meski gelagatnya mengatakan dia ingin lari dari Adrian sekarang juga. "Kau pasti sudah dengar, bahwa pertama kali mel
kan. "Kebutuhan biologismu ... akan aku penuhi," katanya pelan menjeda, lalu melanjutkan, "Sejak pamanku menerima lamaranmu, dan sejak mengucapkan janji suci di altar, aku sudah berjanji
ang sempit Briella. Betapa nikmat rasanya. Betapa sempurna ketika miliknya dicengkeram ketat oleh kewanitaan Briella. Adrian berharap egonya ru
an mengumpa
aku, A
mm.
us mulai
runi punggung Briella dengan lembut meluncur di pinggul dan terus ke paha. Brie
i aku bisa cepat belajar. Kuharap kau bisa ajari a
Rudolf Moretti sepenurut ini. Jika saja Briella pembangkang yang menyebalkan, dia mungkin bisa lebih kejam menyiksany
i, rebah ke tengah ranjang masih mengena
Briella m
ke ma
erlahan merayap
a bagus. Kau bisa mengulum di beberapa
ringan, tepat di bawah telinga. Entah kenapa Adrian merasa seisi kamar terjungkir balik. Perlahan-lahan
hampir mengangguk. "Pemana
n membuat Adri
Adrian. Berlanjut menjatuhkan kecupan-kecupan halus sampai telinga Adrian,
a, tapi dia sudah merasakan ciuman paling berkesan. Adrian menggeleng, masih memejam, karena dia suka
emari si istri dapat merasakan milik Adrian yang mengeras. "Aaaarrghhhh ... tunggu.
ru saja mel
dak menyangkan it
ak karena takut
ya berdebar tak karuan. Adrian akhirnya menyentuh leher Briella, dan itu membuat kulit
ahan menunggumu melakukannya." Dalam se
gan Adrian yang sangat agresif. Adrian mencium, menjilat, merayu tiap jengkal bibir hingga dada Briella dengan kepiawaiannya. Mata Briella kembali memejam. Dia berusaha keras mena
gkirkan wajahmu, aku merasa s
ilang kau tidak tahu ap