icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Langit Jam 4 Sore

Bab 10 Kekecewaan

Jumlah Kata:1632    |    Dirilis Pada: 23/06/2023

lan cantik berwarna biru langit membalut tubuh mungilnya. Sekarang sudah hari Jumat, dirinya tak sabar menu

itam miliknya dan meletakkannya di atas meja. Dia mulai membukanya, membaca halaman demi halaman. Divia m

g tiba, dia tak ingin beranjak dari kursinya. Dia hanya ingin istirahat di tempat saj

berakhir, Pak Tedy mengi

. Kalau kita makan malem dulu d

ia menghela nafas lalu mulai mengetikkan ba

un tersenyum sendiri di tempatnya saat ini. D

ng diantar Pak Tedy. Divia berjalan santai menuju pintu keluar, langkahnya terhenti sesaat untuk menyapa Jung Min yang sedang berdiri di

ya menyentuh lembut pi

Kapan maka

aunty?”, tanya Divia yang kini telah berjong

gguk menjawab p

ada kesempatan lagi kita makan

! Ayo

belakang lalu bangkit dari jongkoknya saat melihat Pak Tedy terdiam beberapa

b.”, batinnya. “Baru inget

iya

pamit Divia sekaligus kepada pengasuh Jung Min. Wa

sudah berjalan beriri

ni apa yang ada di hadapannya saat ini. Sudut hati kecilnya hanya merasa tak tega jika dia harus me

ate ayam

leh.”, an

kan Vi?”, tanya Pak Tedy setelah pandangan matanya menan

apa-apa. Hehe..”, j

senang ana

Maks

amu dekat sama

cil, gimana ya.. Biasa saja sih. Selama anak

ya si bos. Sekarang ikut tinggal sama man

, anaknya? Saya pernah

n aktif. Pasti kamu suka

haha.. Y

utar balik sebentar lagi. Dan tak lama, kendaraan roda empat yang dikemudikan Pak Tedy telah berhenti di area parkir restoran

hangat oleh sapaan seoran

dimana?”, tanyanya seraya berjalan m

nyahut, “Bisa

a kalau Divia pasti berpikir kalau dirinya perokok, seperti keban

is itu ramah seraya langkahnya mengarahkan kedua o

posisi duduknya yang berhadapan. Dilanjutkan dengan memesan makanan serta minumannya kepada si w

agi tambahan

ulu Mba. Makasih

a seraya mengangguk kepada kedua orang tamu di hadapann

a ngga ngerokok.”, tanya Pak

Maaf ya.. Ngga apa-apa kan?”, jawab Divia

ntak, “Hah? Oh.. Iya..

Vi, ngerokok?”, l

pas masi

i berapa bungkus

kus masih bisa untuk dua atau tig

iya.. H

di hadapan mereka. Tak pakai pikir lama, keduanya pun mula

makanannya. Dan seperti kebiasaannya setelah makan, jika memungkinkan Divia pasti menikmati rokoknya. Salah satu tangannya

sisi taman. Pak Tedy yang telah menyelesaikan suapan terakhirnya, tak bersuara dan hanya memandangi wajah manis Divia. Lelak

yang

ayan. Dan enak bang

nya kamu ta

kinkan. Padahal dalam hatinya, “Iya

u Vi.”, ucap P

rak sedikit maju agar dapat lebih jelas menangkap apa yang akan dikat

u. Tapi ngga pernah tau kapan

s sekarang m

a perasaan Saya? Kasih Saya kese

sendiri bibirnya. Menunduk dalam diamnya sekian d

lau memang kamu harus pikirkan dul

. Saya bisa j

an tunggu kapanpun

atau nanti, jawaban

n lelaki itu bersiap me

kan kerja, ngga lebih dari itu. Sekali lagi Saya m

etul ngga bisa me

k. Saya rasa apa yang Saya

ya, “Oke Vi. Kalau memang itu jawaba

suka sama Saya, udah baik banget sam

i resiko Saya untuk mendeng

ni dirasakannya seorang diri. Dan Divia, mana mungkin dia mau mene

a. Mungkin Pak Tedy berharap boneka itu dapat menjadi teman saat Divia tidur. Berharap Divia sudi memeluknya. Namun kenyataanya Divia hanya

Gema terdengar berbarengan

apa

siapa tadi?

g, “Pak Tedy. T

, ucap Gema yang hendak be

ngkah Gema dan membuat ka

? Ap

tu.. Dia su

tubuhnya duduk di ujung kasur. Ber

yang ngasih T

a yang kasih,

kemarin gue udah bilang bukan da

us Pak Tedy itu

e sih 35,

nembak y

nembaknya, pas a

lo jadian, ngga mungkin pulang-pulang le

meng

Vi. Lo berhak lagi, deng

u ya

a usah dipikirin. Mandi,

rap hubungannya nanti akan tetap baik-baik saja dengan Pak Tedy terlepas dari segala hal yang telah terjadi hari ini. Karena bagaimana pun, m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka