Langit Jam 4 Sore
rjaan Ibu menimbang kue kering untuk kemudian mereka isikan ke dalam toples-toples bening yang
i anak tangga. Dirinya belum lama bangun tidur, padahal matahari hampir
ia bermalas-malasan dan bersantai r
dia.", timpal Bimo m
is gini hari baru
isi duduk di sisi kanan Gema. Kedua mata
h. Tadi perutnya ngga beres
apaan sih Ibu.. Mas
sampe sini. Nanti mau bant
dari duduknya berniat ke dapur untuk
?", tanya Gema de
ah. Mau bikin
ya Vi. Bantuin in
ap
?", tanya Bimo saat Divia
anggepin cowo yang suka sama dia. Selama ini sih, dia suka cerita kalau pas lagi naksir cowo. Kayak d
ah kamu Gem.. Makanya ngga mau
banget kalau denger dia lagi deket sama cowo. Taku
nya Ivi punya cowo ya G
n mereka. Membawa segelas teh manis hangat di tangan kanannya. Dia m
ia menyapa Ibu di dapur yang memang tampak baru selesai dari urusannya di ka
Syukurlah
yang main air di depan.", ucap Divia seraya tangannya mulai meny
hnya sebelum suhunya beruba
i depan?", tanya Bimo diawali dengan gel
tor sampai banjir. Gitu m
ma kamu, kok aku ngga tahu ya kalau
kekasih konyolnya
kan cuma ta
deket orang pacaran.", Divia me
i diluar Vi?", Gema si
pingin ik
at ke toko.", ucap Ibu yang baru saja muncul dari arah dapur, membo
ya..", jawab D
hir Ivi ke toko Bu
SD kelas 4", j
ang bener i
a sama Ivi. Orang ngga jelas
erakhir yang kamu bantuin Mas Angga pas n
ner yang itu. Bulan
isa nyungsep? Gi
ayaknya dia kagok di depannya ada mobil JNE maju mundur mau parkir ke toko sembako yang di seberang. Terus kit
reka kompak mendenga
tanya sekalian. Dia kan ngga biasa pakai motor yang itu. Pas Mb
Ivi bantui
gga kirain mau bantuin orangnya berdiri, malah n
Ivi. Kirain bantuin
g duduk di samping toko ya Bu. Aku bilang saja,
lo Vi!",
alan. Udah mau selesai kan itu nimbangnya?", Ibu pun mengajak
enoleh pada jam dinding yang bertengger beberapa jarak di atas TV. D
ya Vi, di buku Ibu tuh..", ucap Gema seraya kedua matanya m
anti gue
uruti ajakan Ibu untuk makan siang. Diikuti kemudian oleh Ivi dan Bimo yang
putih yang dikemudikan oleh Bimo tela
turun dari mobil, mendului yang lainnya. Sorot kedua matanya berbinar memandang objek bangunan berwarna bir
anya dapat selalu membuat hatinya tenang tiap kali memandanginya. Tak hanya itu, Ibu juga masih selalu ingat saat Divia mengatakan bahwa di
datangan Divia, tampak antusias dan ramah mengingat
i toko kue Ibu. Dia pun masih ada hubungan saud
", jawab Divia dilanjutkan denga
illah Mba
tak kue brownies di atas motor, hanya melemparkan senyum saat menangkap keberadaan Gema dan Bimo di balik tubuh Ibu Rosita. Tampak tiga buah kardus cokel
jual di seberang toko. Saat di dalam toko tadi, dirinya sudah sempat menyapa Mba Rum dan saat itu matany
berpapasan dengan Gema dan Bimo, sedang Ibu sud
s Bimo mau?", tanya G
anti saja kalau
ggapi kalimat Bimo seraya melanjutk
pucino dalam wadah gelas plastik bening, lengkap dengan sedotan berwa
ada balkon lantai dua. Tanpa peduli lagi pada keberadaan Ibu, Gema dan Bimo, Divia berjalan menunduk menuju
ontak menoleh ke sisi kanannya, ujung tangga awal menuju ke bal
ma banget ya
Lagi banyak pes
dulillah. Kamu
h kan? Seperti biasa.."
. Naik saja
gkahnya. Berhati-hati menapaki satu persatu
tas karpet bulu berwarna biru di hadapannya. Dia letakkan gelas es capcinnya di atas meja kayu pendek yang sudah berada di tengah karpet itu sejak ber
elung hatinya terasa sepi. Hampa tanpa jamahan sosok yang mungkin dicintanya. Divia menunduk sejenak lalu tersenyum sendiri, masih menikmati sebatang rokok menth
ya..", ucap Gema geram m
ut gue.", seraya salah satu tangan Divia
kini nada bicara Gema datar dan tubu
hu waktu gue habis di kantor. Mana bi
na Ar
akaknya tadi, "Arman? Ya.. Gitu. Biasa saja. Kan gue bilan
kin ngga
Kak? Spesial pakai
yang mendarat di dahi Divi
ba-tiba na
. Habis tumben lo ngga cer
yang penting untuk diceri
tidak percaya pada kalimat Divia. Cukup dala
a percaya? Ngelihat
u lo seneng.", ucap Gema seraya berlalu pe
iskan Divia seorang diri di