icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Saat Hati Tertusuk Duri Cinta

Bab 2 Jangan Pergi

Jumlah Kata:723    |    Dirilis Pada: 28/06/2023

Aku menahan napas sambil menunggu di bawah selimut. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Evan melangkah masuk dengan basah kuyup. Dia langsung menuju kamar mandi tanpa menatapku. Beberapa detik setelah itu, terdengar suara gemericik air.

Sekarang, aku benar-benar terjaga. Aku berdiri dan mengenakan daster untuk menutupi gaun tidur sutraku. Setelah itu, aku mengeluarkan piama Evan dan meletakkannya di lemari samping pintu kamar mandi. Kemudian, aku pergi ke balkon.

Saat ini sedang musim hujan dan hujan hari ini diawali oleh gerimis. Sekarang, suara hujan lebat yang menghantam jendela dan dinding yang tertutup bisa terdengar. Aku melihat sebatang pohon bergoyang, seakan sedang menari.

Tiba-tiba, aku mendengar suara di belakangku. Aku berbalik dan melihat Evan berjalan keluar dengan handuk di pinggangnya. Air menetes dari rambutnya ke tubuhnya. Dadanya yang bidang dan perutnya yang berotot tampak berkilau. Dia terlihat seperti dewa. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya.

Evan menyadari bahwa aku sedang menatapnya, lalu dia balas menatapku sambil merengut. "Sini!" Nada suaranya datar, tanpa emosi.

Aku berjalan mendekatinya dengan patuh. Dia melemparkan handuk kecil ke arahku dan memerintahkan dengan suara pelan, "Keringkan rambutku."

Di kamar mandi ada alat pengering rambut, tetapi Evan tidak suka menggunakannya. Dia selalu memintaku untuk mengeringkan rambutnya dan aku sudah terbiasa.

Dia duduk di atas tempat tidur. Aku segera naik ke tempat tidur, berlutut di belakangnya dan mulai mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Besok pemakaman Kakek, jadi kita harus pergi ke rumah lama lebih awal." Aku tidak berniat untuk memulai percakapan dengannya. Namun, karena Evan hanya memikirkan Lia, aku khawatir dia akan melupakan pemakaman kakeknya jika aku tidak mengingatkannya.

"Baiklah." Dia mengangguk dan kembali terdiam.

Aku memahami petunjuk ini dan berhenti berbicara. Aku hanya melakukan apa yang diminta dan kemudian berbaring di tempat tidur, bersiap untuk terlelap.

Belakangan ini aku merasa sangat mengantuk. Aku menguap dan meringkuk di sisi tempat tidurku. Biasanya Evan akan tinggal di ruang kerjanya sampai tengah malam setelah mandi. Akan tetapi, entah kenapa, dia hanya mengganti piamanya dan berbaring di sampingku.

Saat aku mencoba memikirkan alasannya, tahu-tahu dia menarikku ke dalam pelukannya dan menciumku dengan bergairah.

Aku terengah-engah dan menatapnya bingung. "Evan, aku ...."

"Apa? Apa kamu tidak bersedia?" tanyanya, sepasang matanya yang hitam pekat seperti malam, tampak dingin dan liar.

Aku mengalihkan pandanganku dengan tidak nyaman. Meskipun aku tidak ingin melakukan itu dengannya, aku tidak berhak untuk menolaknya.

"Apa kamu bisa agak lembut?" Bayi kami baru berusia enam minggu. Jika Evan kasar seperti terakhir kali, mungkin dia akan melukai bayi kami.

Evan mengerutkan kening tanpa mengatakan apa-apa.

Detik berikutnya, hujan turun semakin deras. Guntur sesekali melanda, disertai kilat yang menerangi seluruh ruangan. Erangan dan suara tubuh yang saling beradu dengan keras berlangsung cukup lama. Pikiranku begitu kacau balau. Sebelum aku sadar, Evan sudah bangun dan pergi ke kamar mandi, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Perut dan bagian pribadiku begitu sakit sehingga aku berkeringat dingin. Aku meraih laci samping tempat tidur untuk mengambil obat penghilang rasa sakit. Namun, aku teringat akan bayi di perutku dan langsung mengurungkan niatku untuk menelan obat.

Tiba-tiba, suara berdengung memecah kesunyian di kamar. Ponsel Evan bergetar di meja samping tempat tidur. Aku menatap jam di dinding dan melihat bahwa sudah pukul sebelas malam.

Tidak ada yang akan menelepon Evan selarut ini kecuali Lia.

Suara gemercik air di kamar mandi segera berhenti. Evan melangkah keluar dengan jubah mandinya, menyeka tangannya, lalu menjawab panggilan itu. Aku berusaha untuk mendengarkan apa yang dikatakan penelepon, tetapi tidak mendengar apa-apa.

"Lia, jangan bertingkah seperti anak kecil," ucap Evan sambil agak cemberut.

Detik berikutnya, dia menghela napas dalam-dalam dan menutup telepon. Dia mengenakan pakaiannya, lalu bersiap untuk pergi seperti yang kerap dia lakukan. Biasanya aku tidak peduli dengan aktivitasnya pada malam hari. Akan tetapi, hari ini ada sesuatu yang mendorongku untuk meraih tangannya dan memohon, "Jangan pergi, bisakah kamu tinggal di sini malam ini?"

Evan mengerutkan kening. Sedetik kemudian, sedikit rasa dingin dan ketidaksenangan muncul di wajahnya yang tampan. "Apa kamu mulai lancang hanya karena kita melakukannya barusan?"

Kata-katanya terdengar dingin dan menyindir.

Pertanyaan itu membuatku tercengang dan untuk sesaat, aku pun merasa lucu. Aku menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi dan berkata, "Besok adalah pemakaman Kakek. Kamu harus ingat bahwa kita harus berangkat lebih awal. Kalaupun kamu sangat mengkhawatirkannya, kamu tahu apa yang harus dilakukan."

"Apa ini ancaman?" Kedua mata Evan menyipit. Tiba-tiba, dia memegang daguku dan menatap mataku. Lalu, dia berkata dengan suara dingin, "Gina Hanavi, kamu menjadi semakin berani."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kehamilan yang Tidak Direncanakan2 Bab 2 Jangan Pergi3 Bab 3 Ingkar Janji4 Bab 4 Koki untuk Kekasihnya5 Bab 5 Lumayan Beruntung6 Bab 6 Lia Hamil7 Bab 7 Pemakaman Landra8 Bab 8 Cucu yang Tidak Tahu Terima Kasih9 Bab 9 Bertaruh10 Bab 10 Nasihat11 Bab 11 Binatang Mabuk12 Bab 12 Saran Aborsi13 Bab 13 Kantor Polisi14 Bab 14 Tugas Larut Malam15 Bab 15 Apakah Kamu Tidak Ingin Dia Tahu 16 Bab 16 Sepadan17 Bab 17 Sikap Evan18 Bab 18 Aku Memutuskan untuk Aborsi19 Bab 19 Bertemu Sambil Makan Malam20 Bab 20 Kamu Tak Berhak untuk Memutuskan21 Bab 21 Apa Aku Benar-Benar Melakukan Aborsi 22 Bab 22 Datang ke Bar dan Jemput Suamimu23 Bab 23 Cinta Segitiga24 Bab 24 Tanggung Jawab atas Pembayaran yang Terlambat25 Bab 25 Kamu Hamil26 Bab 26 Memilih Gigolo27 Bab 27 Dua Pembuat Onar28 Bab 28 Membantu dengan Enggan29 Bab 29 Nasihat Chaisar30 Bab 30 Foto Masa Kecil31 Bab 31 Seperti Orang Buangan32 Bab 32 Apa yang Terjadi Empat Tahun Lalu33 Bab 33 Malu34 Bab 34 Tugas Sulit35 Bab 35 Kesepakatan36 Bab 36 Negosiasi37 Bab 37 Ketika Kamu Sudah Merasa Lebih Tenang38 Bab 38 Pengganggu Makan Malam39 Bab 39 Dilema Evan40 Bab 40 Masalah Tersembunyi41 Bab 41 Tuduhan Perdagangan Narkoba42 Bab 42 Panggilan yang Menakutkan43 Bab 43 Rahasia yang Terungkap44 Bab 44 Tidak Pantas Menjadi Ayah45 Bab 45 Aku Kelaparan46 Bab 46 Jalan Keluar untuk Melinda47 Bab 47 Menyelamatkan Melinda48 Bab 48 Putri yang Hilang49 Bab 49 Pemburu Gigih50 Bab 50 Tidak Terangsang51 Bab 51 Harus Mengambil Keputusan52 Bab 52 Melinda Berlibur53 Bab 53 Aku Tidak Bisa Mencegahnya Bergegas ke Sisi Kekasihnya54 Bab 54 Penyakitku55 Bab 55 Wanita Seperti Apa Aku Ini 56 Bab 56 Kenangan57 Bab 57 Teman Perjalanan58 Bab 58 Membuat Masalah59 Bab 59 Cedera Kepala60 Bab 60 Kehadiran Juan61 Bab 61 Menjadi Berita Utama62 Bab 62 Pembicaraan Emosional63 Bab 63 Evan Peduli64 Bab 64 Tamu Tak Terduga65 Bab 65 Ancaman Juan66 Bab 66 Datang ke Pesta Ulang Tahun Virda67 Bab 67 Putri Virda68 Bab 68 Wilayahmu69 Bab 69 Mengapa Aku Tidak Pantas Bersamanya 70 Bab 70 Terlibat Denganmu Sampai Mati71 Bab 71 Evan dan Juan72 Bab 72 Bertengkar dengan Evan73 Bab 73 Merah Muda74 Bab 74 Sifat Keras Kepala Evan75 Bab 75 Kamu Bisa Mengeringkan Tubuhku76 Bab 76 Dia Peduli dengan Lia77 Bab 77 Apa Aku Harus Tidur denganmu 78 Bab 78 Permintaan Kresna79 Bab 79 Mari Kita Jalani Kehidupan yang Baik80 Bab 80 Datang dan Temani Aku, Oke 81 Bab 81 Lihat Saja Nanti82 Bab 82 Kamu Adalah Istrinya83 Bab 83 Makan Malam84 Bab 84 Lia Dibawa Pergi oleh Polisi85 Bab 85 Kita Adalah Pasangan Suami Istri86 Bab 86 Jangan Suruh Aku Pergi87 Bab 87 Lebih Bersih88 Bab 88 Bukankah Ini Alasanmu Membuatku Kesal 89 Bab 89 Sifat Jahat Juan90 Bab 90 Kapan Kalian Mengenal Satu Sama Lain 91 Bab 91 Aku Tidak Akan Melakukannya Lagi92 Bab 92 Jadilah Dirimu Sendiri93 Bab 93 Apa Kamu dan Melinda Tidur Bersama Malam Itu 94 Bab 94 Lima Bulan95 Bab 95 Pertimbangan Evan96 Bab 96 Sekretaris Baru Evan97 Bab 97 Sesuatu Terjadi pada Evan98 Bab 98 Masalah99 Bab 99 Kembali ke Grup Korinus100 Bab 100 Meninggalkan Grup Korinus