Pemuas Gairah Tuan Mafia
emaja yang akan menghabiskan malam minggu mereka. Hal itu membuat Arabella dan juga para kary
kanya karena ia telah di obati tadi siang, lukanya telah di balu
an hanya ingin menjalankan tugasnya setelah ia hampir setengah hari beristirahat di ruangan sang pemi
ng menatapnya, sementara itu terlihat seorang gadis remaja den
terlihat sangat cocok dengan pekerjaan mu sekarang, kau tak pantas berseko
gan ejekan yang terus ditujukan untuk dirinya. Ia berbalik dan mengacuhkan sem
gadis manis itu agar berbalik ke arahnya. Arabella menghembuskan nafas pelan lalu menatap ke arah
suara tamparan yang membuat semua orang melihat ke arah mereka. Arabella menyentuh pipiny
g terjadi. Arabella pun menjelaskan pada karyawan itu dengan tenang bahwa tak t
elah menyinggung mereka. Namun perkataan selanjutnya dari Arabella membuat wajah gadis itu memerah. "Aku tak melakuka
hwa sejak tadi Arabella terus melayani pengunjung dengan baik hingga para gadis itu datang. Beberapa orang ju
duknya setelah kembali melontarkan hinaan pada Arabella. "Kau memang pantas untuk di rendahkan, memangn
nyum kecut dan berjalan ke arah ruang belakang, ia memutuskan untuk membantu karyawan yang a
✰
an cafe yang telah sepi. Satu persatu karyawan perlahan meninggalkan caf
niat mengucapkan terima kasih pada wanita cantik itu karena telah memanggil dokter untuk mengobati
ik itu mungkin saja berada di dalam ruangannya. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, Arabella
pria yang merupakan karyawan senior lewat dan akan segera pergi. Arabella
ku mencari ke ruangannya tetapi tak menemukanny
mengingat sesuatu, kemudian pria itu mengatakan bahwa ia sempa
mencari keberadaan wanita cantik pemilik cafe, ia terus melihat ke arah sekitar
mpai disana ia melihat bahwa wanita itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon, ia me
beberapa saat setelah ia pergi, terdengar ucapan wanita itu kepada seseorang ditelepon. "Katakan padanya untuk menemuiku
sempat mencari dirinya, ia membicarakan beberapa hal dengan
menunggu kedatangan bis yang akan membawa dirinya pulang, sesekali ia t
tapan matanya menyiratkan rasa takut yang amat dalam. Ia takut jika t
duk di sebuah kursi yang berada tepat di dekat pintu. Ia terus berdoa dalam hatinya agar ketika ia kembali ayahnya sedang
lenggang, hingga beberapa menit kemudian bis tersebut berhent
n gelap. Ia terus berjalan hingga tiba di depan rumahnya, dengan hati-hati ia memasuki rumah sambil mencari keberadaan ayahny