icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dimanjakan oleh Suami Misterius

Dimanjakan oleh Suami Misterius

GINA MACK

5.0
Komentar
885.7K
Penayangan
689
Bab

Tiga tahun yang lalu, Erina melahirkan bayi kembar tiga. Namun hanya satu yang selamat - itulah yang diberitahukan kepadanya. Untuk mewarisi harta warisan ibunya, Erina terpaksa menikah dengan seorang programmer komputer yang miskin namun tampan. Setelah menikah dengan pria misterius ini, ia mulai curiga .... Selama tiga tahun tersebut, dia tidak pernah berhubungan seks dengan pria lain, tetapi dia hamil.... Dia juga menemukan bahwa dia memiliki anak lain yang masih hidup .... Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa suaminya yang "miskin" terlihat seperti konglomerat yang dia lihat di TV?

Bab 1 Ambil Kembali Semua yang Menjadi Hakmu

"Hasil tes kehamilanmu baru saja keluar. Kamu memang sedang hamil. Selamat!" Dokter kandungan tersenyum tipis ketika memberitahukan kabar itu.

Erina Mandala benar-benar tidak percaya dengan kabar yang baru didengarnya. Bagaimana mungkin itu terjadi?

Matanya terbelalak karena rasa terkejut. Kabar itu benar-benar tidak bisa dipercaya.

Dia tidak memiliki seorang pacar dan bahkan tidak pernah berhubungan intim dengan pria mana pun. Bagaimana mungkin dia bisa hamil? Pasti ada kesalahan.

Estella Mandala, adik tiri Erina, menutup mulutnya dan menatap Erina yang dikabarkan sedang hamil itu. "Erina, aku mengira kamu hanya sakit perut. Aku sama sekali tidak menduga hal ini! Bagaimana mungkin kamu bisa hamil sebelum menikah? Ini tidak bisa diterima. Aku harus memberitahu Ayah dan Ibu."

Usai mengatakannya, Estella mengeluarkan ponselnya dan menelepon ke rumah.

Erina masih belum sadar dari keterkejutannya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya dalam situasi seperti ini.

Dokter berdeham dan menatap Erina dengan ekspresi simpatik. "Hasil pemeriksaan fisikmu sangat tidak stabil dan risiko keguguran sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan kasus infertilitas seumur hidup. Akan lebih baik jika kamu tetap merawat bayi yang kamu kandung."

Tidak dapat menyerap informasi yang dokter sampaikan, Erina hanya menatap dokter, tidak bisa berkata-kata.

Saat kedua kakak beradik itu pulang ke rumah, Erina langsung dikonfrontasi oleh ayah kandung dan ibu tirinya.

"Kamu benar-benar tidak tahu malu. Bisa-bisanya kamu melakukan hal ini pada kami? Aku benar-benar merasa kecewa padamu!" Leonar Mandala dengan penuh amarah menunjuk wajah putrinya.

"Hais, benar-benar perusak reputasi keluarga!" ucap Dian Mahira yang kemudian menghela napas.

Dia kemudian menoleh ke arah suaminya dan melanjutkan, "Keluarga kita memiliki janji pernikahan dengan Keluarga Mardian yang kaya. Kamu mengatakan bahwa kamu hendak menikahkan Erina dengan anggota Keluarga Mardian, tapi sekarang ... situasi ini ...."

Dian ragu-ragu untuk berbicara, tampak tak berdaya.

Leonar menggelengkan kepalanya dan berkata, "Erina tidak pantas untuk mendapatkannya. Biar Estella saja yang menikah dengan anggota Keluarga Mardian."

Mendengar perubahan rencana ini, Dian tersenyum puas dan menatap putri kandungnya dengan bangga.

Wajah Estella langsung berseri-seri mendengarnya. Tidak bisa menahan kegembiraannya, Estella bertepuk tangan dan berkata, "Bagus! Aku selalu menyukai Ruben."

Leonar mengangguk menunjukkan persetujuannya. Akan tetapi, ekspresinya kembali berubah marah dan dia memarahi Erina sekali lagi.

Tidak seperti saudara tirinya, Erina sama sekali tidak peduli dengan pernikahan itu. Meski menerima komentar kasar dan ancaman serius dari ayah kandung dan ibu tirinya, yang saat ini dipikirkannya hanyalah kehamilannya.

Satu-satunya kemungkinan yang bisa dipikirkannya mengenai kapan dia dihamili adalah saat reuni kelas tiga bulan yang lalu. Dia mabuk setelah minum segelas anggur dan tidak ingat apa yang terjadi sesudahnya.

Leonar dan Dian terus mencaci-maki Erina, tetapi Erina tidak menanggapi atau membela diri. Merasa puas melihat bahwa Erina akhirnya menyadari kesalahannya, pasangan itu pergi menonton TV bersama Estella yang merupakan putri kesayangan mereka.

Saat mengganti saluran TV yang mereka tonton, sebuah laporan berita terkini menarik perhatian mereka. "Ini adalah berita terbaru tentang penerus Keluarga Larius. Setelah diduga dikejar oleh musuhnya dan menderita banyak luka tusukan, dia belum ditemukan. Sampai saat ini, dia telah hilang selama lebih dari tiga bulan. Pihak kepolisian dan Keluarga Larius telah melakukan segala cara untuk bisa menemukannya, tapi keberadaannya masih belum diketahui. Jika Anda memiliki informasi yang dapat membantu penyelidik untuk menemukannya, silakan hubungi nomor yang muncul di layar TV Anda."

Tiga tahun kemudian, Erina turun dari kereta di Stasiun Kereta Api Orlen. Sosok tubuhnya yang ramping tertutup rapat oleh jaket. Dengan rambut sebahu dan riasan ringan di wajahnya, dia terlihat begitu cantik dan elegan. Dia membawa sebuah koper putih besar di satu tangan dan memegang tangan seorang bocah laki-laki di tangan lainnya.

Anak laki-laki yang lucu itu mengenakan topi baseball dan jaket denim yang keren. Menatap ke arah ibunya, dia bertanya dengan suara yang manis, "Apakah kita akan menemui ibu angkatku sekarang, Bu?"

"Belum. Kita pergi ke hotel terlebih dahulu dan beristirahat. Kita akan bertemu dengannya malam ini," jawab Erina sambil tersenyum kecil.

Ada beberapa hal penting yang harus ditanganinya terlebih dahulu. Begitu mereka tiba di hotel dan meletakkan barang bawaan, Erina harus pergi mengurus sesuatu. Selain itu, dia sudah membuat janji dengan teman baiknya, Dhea. Mereka akan bertemu untuk makan nanti malam. Secara keseluruhan, hari ini adalah hari yang penuh dengan kesibukan.

"Oh, baiklah!" jawab anak laki-laki itu dengan seringai kecil.

Erina kemudian membawa putranya ke pangkalan taksi. Ketika keduanya mendekati seorang sopir taksi untuk mengantar mereka ke hotel, mereka tidak menyadari hadirnya dua pria yang mengawasi mereka dari kejauhan.

Di samping papan reklame ada dua pria berjas. Salah satunya memiliki postur yang jangkung dengan aura yang kuat dan sebagian besar wajahnya tertutup oleh kacamata hitam yang dikenakannya. Melihat ke arah Erina dan anak laki-laki itu, jantungnya mulai berdebar dengan kencang.

"Nona Erina dan putra Anda sepertinya hendak menuju ke hotel," bisik pria satunya. Dia adalah Junardi Nawir, asisten pria jangkung itu.

Dia baru saja memverifikasi informasi itu kemarin. Erina memang sudah memesan hotel di Kota Orlen dua hari sebelumnya.

Pria jangkung itu tidak mengatakan apa pun untuk menanggapinya. Sebaliknya, dia tetap memperhatikan ibu dan anak yang bergerak semakin menjauh itu.

Begitu taksi melaju pergi, pria itu menoleh ke Junardi dan berkata, "Ikuti mereka."

Di dalam kendaraan, Erina melihat ke luar jendela sedangkan putranya tertidur di pangkuannya. Menyaksikan hiruk pikuk kota besar yang melintas di depan matanya, berbagai pikiran membanjiri benaknya.

Pada hari dia mengetahui kehamilannya tiga tahun yang lalu, ayah kandung dan ibu tirinya telah mengusirnya dari Keluarga Mandala. Karena kondisi fisiknya yang lemah, aborsi tidak mungkin untuk dilakukan, dia melarikan diri ke perdesaan dan meminta bantuan tantenya.

Ketika Erina menjalani pemeriksaan fisik di rumah sakit, dia merasa terkejut ketika mendapati bahwa dia tengah mengandung bayi kembar tiga. Pada hari Erina melahirkan, dua bayinya mengalami komplikasi dan meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Hanya satu bayi yang lahir dengan selamat. Seorang bayi laki-laki yang sehat.

Setelah putranya lahir, Erina terus menangis setiap harinya, menangisi kedua bayinya yang meninggal. Dengan putra satu-satunya berada di sisinya, Erina harus menjadi seorang ibu yang peduli dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, dia bangkit dari depresinya.

Erina mengalami banyak kesulitan dalam tiga tahun terakhir. Untungnya, tantenya merawat dia dan anaknya. Anak laki-laki itu sangat patuh dan pengertian, sehingga membuat kehidupan Erina sebagai seorang ibu sedikit lebih mudah. Dia sangat berterima kasih pada tantenya dan merasa bangga pada putranya. Karena ketekunannya, kini kehidupannya berangsur-angsur membaik.

Kini, saat Erina memeluk anak laki-laki itu dengan erat, dia hanya berharap bahwa putranya akan tumbuh menjadi orang yang sehat, baik hati dan segala sesuatu dalam hidupnya akan berjalan dengan lancar.

Begitu mereka tiba di Hotel Krisan, Erina dengan lembut membangunkan putranya. Ketika mereka turun dari taksi dan hendak memasuki lobi hotel, ponsel Erina tiba-tiba berdering.

Itu adalah telepon dari Dhea. Mengajak putranya ke samping, Erina berkata, "Bram, Ibu perlu menerima panggilan telepon terlebih dahulu. Kamu bisa berkeliling di sekitar tempat ini tapi jangan berlari sembarangan dan jangan jauh-jauh, oke?"

"Baik, Bu. Aku akan pergi ke taman untuk melihat bunga-bunga." Setelah Erina mengangguk setuju, Bram berlari menuju taman yang tidak jauh dari situ.

Melihat putranya hanya dalam jarak pandang, Erina menjawab panggilan di ponselnya.

"Halo, Erina! Apa kamu dan Bram sudah tiba di Orlen?" tanya Dhea dengan penuh perhatian.

"Ya. Kami baru saja akan memasuki hotel. Setelah check-in, aku akan segera mengatur pertemuan dengan Grup Fulgensius. Aku akan menyelesaikan semuanya untuk selamanya," jawab Erina dengan suara serius.

Grup Fulgensius diwariskan pada ibu Erina dari kakeknya. Wanita bijak itu ingin Erina mengambil alih perusahaan begitu dia beranjak dewasa. Akan tetapi, dia meninggal secara tak terduga, menyerahkan jabatan CEO perusahaan pada suaminya, Leonar.

Dalam berita baru-baru ini, dilaporkan secara luas bahwa Leonar memiliki rencana untuk menjual Grup Fulgensius dan mendaftarkan perusahaan baru di mana Dian akan menjadi perwakilan hukumnya. Informasi yang sangat mengejutkan ini sangat ditentang oleh Erina, sehingga dia akan melakukan apa pun demi menghentikan rencana ayahnya.

Dia tidak bisa membiarkan perusahaan warisan kakeknya dijual pada grup bisnis lain dan uang dari penjualan tersebut akan diberikan pada Dian. Itu tidak boleh sampai terjadi.

"Pergi dan ambil kembali semua yang menjadi hakmu. Aku mendukungmu. Semoga kamu berhasil!" seru Dhea dengan suara tegas.

"Aku akan menyelesaikannya dan membuatmu bangga. Terima kasih." Mendengar kata-kata penyemangat Dhea, Erina merasa lebih percaya diri. Keduanya kemudian mengobrol dan merencanakan kegiatan mereka untuk beberapa hari berikutnya.

Berkeliaran di sekitar taman, Bram ingin memetik beberapa bunga untuk diberikan pada ibunya nanti. Namun, seorang lelaki tua yang menjual balon kartun di seberang jalan menarik perhatiannya. Dia begitu bersemangat sehingga berlari untuk melihat lebih dekat.

Saat Bram mulai berlari, dia melihat seorang pengendara sepeda motor menuju ke arahnya. Keduanya berada di jalur tabrakan dan sepertinya tidak ada yang bisa mencegah kecelakaan itu. Tiba-tiba, sebuah suara yang dipenuhi kecemasan terdengar di telinga anak laki-laki itu.

"Hati-hati!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku