"Apa kamu yakin akan hal itu? Itu sepertinya sangat tidak mungkin. Dia hanya seorang programmer yang bekerja untuk sebuah perusahaan TI. Aku tidak akan berasumsi bahwa dia adalah seorang selebritas atau orang terkenal." Erina dengan cepat mengabaikan pernyataan temannya itu, berpikir bahwa itu sebuah hal yang tidak mungkin.

"Baiklah. Mungkin aku yang salah ingat atau mereka kebetulan memiliki nama yang sama."

Erina kali ini mengangguk menyetujuinya.

Keesokan paginya, Erina bangun dari tempat tidur dan membantu Bram mandi dan berpakaian. Setelah sarapan, dia menyerahkan putranya ke pengasuh anak di penitipan anak di hotel dan pergi dengan tergesa-gesa.

Dia tiba di gerbang balai kota untuk bertemu dengan calon suaminya tepat sebelum jam delapan. Keduanya bermaksud untuk mengajukan surat nikah yang akan menjadikan mereka pasangan yang sah. Berdiri tegak mengenakan setelan necis, Rohan menyambut kedatangan Erina dengan anggukan. Dia terlihat tampan sekali.