Dimanjakan oleh Suami Misterius
Penulis:GINA MACK
GenreRomantis
Dimanjakan oleh Suami Misterius
Setelah ditolak, Ruben menjadi sangat sakit hati dan ingin meminta kesempatan kedua. Namun akhirnya, semua kata-katanya tersangkut di tenggorokan dan dia hanya bisa menundukkan kepala dengan sedih.
Sekarang, setelah meluruskan semuanya, Erina berkata dengan cuek, "Aku harus pergi sekarang." Kemudian, dia beranjak pergi.
Merasa putus asa, Ruben memanggil dan meminta Erina untuk tetap tinggal, tetapi permohonannya hanya dianggap angin lalu.
Melihat Erina, yang bertubuh tinggi dan langsing, melangkah menuju lift, Estella merasa cemburu karena tubuhnya tidak seindah itu. Ditambah lagi perhatian Ruben terhadap Erina, dia jadi semakin membenci saudara tirinya. "Lihat saja, Erina. Aku akan membuat hidupmu seperti neraka," gumamnya.
Setelah mengubah suasana hatinya, Estella mendekati Ruben dan berkata, "Ruben, apa kamu sudah selesai rapat? Bagaimana kalau kita makan bersama? Ada restoran yang terkenal di dekat sini."
Estella datang ke sini untuk mencari Ruben. Saat mengetahui pria itu sedang rapat, dia ingin mampir ke hotel dan mengejutkannya, berharap akhirnya mendapat kesempatan untuk naik ke ranjangnya malam ini.
"Apa kamu tidak sadar bahwa aku sedang kesal? Pergi!" usir Ruben sambil mendorong Estella yang berada di sebelahnya, lalu berjalan menuju pintu masuk hotel.
Ada masalah yang lebih mendesak dan membutuhkan perhatiannya sepenuhnya. Itu adalah Erina. Dia harus mencari cara untuk membuat wanita itu jatuh cinta padanya.
Karena tidak berhasil mendapatkannya lewat janji pernikahan, dia memutuskan untuk mengejar dan memenangkan hatinya. Pada akhirnya, dia berharap untuk menikahinya.
Setelah dipikir lagi, Ruben yakin bahwa rencananya bisa dilakukan. Dia memutuskan untuk mengejarnya sampai wanita itu jatuh hati padanya. Dalam benaknya, seiring berjalannya waktu, Erina akan bersedia menjadi istrinya.
Malam harinya, Erina mengajak putranya pergi ke restoran dekat hotel untuk bertemu dengan Dhea.
Melihat sahabatnya datang, Dhea segera berdiri untuk memeluk Erina dan Bram dengan gembira. "Astaga, Bram! Kamu sudah besar sekarang. Ayo sini, peluk aku," ucap Dhea sambil menyeringai lebar, lalu membuka tangan dan memberi isyarat pada anak angkatnya yang lucu untuk memeluknya.
"Oke!" Bram begitu senang melihat ibu angkatnya. Dia melingkarkan lengan di lehernya dan mendaratkan ciuman yang manis di pipinya.
Terkekeh geli, Dhea menepuk kepala anak kecil itu dengan penuh kasih sayang. Kepolosan dan kelucuan anak itu membuat hatinya luluh.
Sambil menunggu makanan datang, Dhea terus mengobrol dan bermain dengan Bram. Saking dekatnya mereka berdua, Erina merasa tersisih. Akan tetapi, mereka adalah orang yang paling dekat dengannya. Meskipun merasa sedikit cemburu, Erina senang melihat mereka begitu gembira.
Saat makan, Dhea mengobrol dengan Erina sambil membantu Bram makan. "Erina, apa yang terjadi di Grup Fulgensius hari ini?" tanya Dhea sambil tersenyum.
Dalam beberapa menit, Erina menceritakan semuanya, termasuk pertemuannya dengan seorang pria di kafe.
Ketika mendengar cerita Erina, Dhea menganga tidak percaya. "Jadi, demi mengambil alih Grup Fulgensius, kamu harus menikah dengan pria tak dikenal ini?" tanya Dhea sambil mengangkat alis.
Erina mengangguk dan terus menjelaskan, "Meskipun menikah dengan orang tak dikenal kedengarannya konyol, pria itu tampan dan mau menerima Bram. Jika semuanya berjalan dengan baik, kelak kami bisa hidup bersamanya."
Setelah menilai situasinya, Dhea perlahan menerima fakta. Dia mengangguk setuju dan berkata, "Yah, baguslah. Karena kamu memiliki kesan yang baik terhadap dia, kamu bisa memperkuat hubungan kalian setelah menikah. Selama kamu dan Bram bahagia, semuanya akan baik-baik saja."
Erina tidak yakin apakah dia akan hidup bahagia kelak. Akan tetapi, dia mempunyai harapan di dalam hati bahwa hidupnya akan membaik kali ini, jadi dia setuju dengan ucapan Dhea.
Sementara mereka sedang sibuk mengobrol, Bram menyantap makanan sambil menyimak percakapan mereka dengan penuh perhatian. Karena bingung dengan apa yang didengarnya, dia langsung bertanya, "Bu, apa aku akan punya ayah?"
Dulu, Bram bertanya pada ibunya di mana ayahnya. Dia bertanya-tanya mengapa dirinya tidak punya ayah, sementara anak-anak lain punya. Erina hanya menjawab tidak tahu.
Karena identitas ayah kandung Bram masih menjadi misteri dan Erina baru saja menyebutkan akan menikah dengan seorang pria dan tinggal bersamanya, sepertinya Bram akan segera mempunyai ayah baru.
Mendengar pertanyaan putranya yang polos, Erina kesulitan untuk menemukan jawaban yang tepat. Rohan bukanlah ayah kandung Bram. Namun, setelah pria itu menikah dengannya, mereka akan menjadi sepasang suami istri yang sah dan Rohan akan menjadi ayah dari anaknya.
Melihat Erina kebingungan dalam menjawab pertanyaan putranya, Dhea buru-buru menimpali, "Tentu saja! Sebentar lagi, kamu akan tinggal bersama ayah dan ibumu. Apa kamu senang?"
"Hore! Aku senang sekali," ucap Bram sambil tersenyum bahagia.
Melihat putranya tersenyum setelah mendengar jawaban itu, Erina merasa sangat senang. Dia memutuskan di dalam hatinya bahwa ayah tiri juga seorang ayah. Kelak, Rohan akan menjadi ayah dari anaknya.
Ketiganya terus makan sambil mengobrol dengan riang.
Karena teringat sesuatu, tiba-tiba Dhea menepuk tangan Erina dan berkata, "Hei, tunggu sebentar. Nama calon suamimu adalah Rohan Larius, kan? Nama itu terdengar begitu tidak asing. Sepertinya aku pernah melihatnya di majalah mingguan."