icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 6
Namanya Terdengar Begitu Tidak Asing
Jumlah Kata:766    |    Dirilis Pada: 24/02/2023

Setelah ditolak, Ruben menjadi sangat sakit hati dan ingin meminta kesempatan kedua. Namun akhirnya, semua kata-katanya tersangkut di tenggorokan dan dia hanya bisa menundukkan kepala dengan sedih.

Sekarang, setelah meluruskan semuanya, Erina berkata dengan cuek, "Aku harus pergi sekarang." Kemudian, dia beranjak pergi.

Merasa putus asa, Ruben memanggil dan meminta Erina untuk tetap tinggal, tetapi permohonannya hanya dianggap angin lalu.

Melihat Erina, yang bertubuh tinggi dan langsing, melangkah menuju lift, Estella merasa cemburu karena tubuhnya tidak seindah itu. Ditambah lagi perhatian Ruben terhadap Erina, dia jadi semakin membenci saudara tirinya. "Lihat saja, Erina. Aku akan membuat hidupmu seperti neraka," gumamnya.

Setelah mengubah suasana hatinya, Estella mendekati Ruben dan berkata, "Ruben, apa kamu sudah selesai rapat? Bagaimana kalau kita makan bersama? Ada restoran yang terkenal di dekat sini."

Estella datang ke sini untuk mencari Ruben. Saat mengetahui pria itu sedang rapat, dia ingin mampir ke hotel dan mengejutkannya, berharap akhirnya mendapat kesempatan untuk naik ke ranjangnya malam ini.

"Apa kamu tidak sadar bahwa aku sedang kesal? Pergi!" usir Ruben sambil mendorong Estella yang berada di sebelahnya, lalu berjalan menuju pintu masuk hotel.

Ada masalah yang lebih mendesak dan membutuhkan perhatiannya sepenuhnya. Itu adalah Erina. Dia harus mencari cara untuk membuat wanita itu jatuh cinta padanya.

Karena tidak berhasil mendapatkannya lewat janji pernikahan, dia memutuskan untuk mengejar dan memenangkan hatinya. Pada akhirnya, dia berharap untuk menikahinya.

Setelah dipikir lagi, Ruben yakin bahwa rencananya bisa dilakukan. Dia memutuskan untuk mengejarnya sampai wanita itu jatuh hati padanya. Dalam benaknya, seiring berjalannya waktu, Erina akan bersedia menjadi istrinya.

Malam harinya, Erina mengajak putranya pergi ke restoran dekat hotel untuk bertemu dengan Dhea.

Melihat sahabatnya datang, Dhea segera berdiri untuk memeluk Erina dan Bram dengan gembira. "Astaga, Bram! Kamu sudah besar sekarang. Ayo sini, peluk aku," ucap Dhea sambil menyeringai lebar, lalu membuka tangan dan memberi isyarat pada anak angkatnya yang lucu untuk memeluknya.

"Oke!" Bram begitu senang melihat ibu angkatnya. Dia melingkarkan lengan di lehernya dan mendaratkan ciuman yang manis di pipinya.

Terkekeh geli, Dhea menepuk kepala anak kecil itu dengan penuh kasih sayang. Kepolosan dan kelucuan anak itu membuat hatinya luluh.

Sambil menunggu makanan datang, Dhea terus mengobrol dan bermain dengan Bram. Saking dekatnya mereka berdua, Erina merasa tersisih. Akan tetapi, mereka adalah orang yang paling dekat dengannya. Meskipun merasa sedikit cemburu, Erina senang melihat mereka begitu gembira.

Saat makan, Dhea mengobrol dengan Erina sambil membantu Bram makan. "Erina, apa yang terjadi di Grup Fulgensius hari ini?" tanya Dhea sambil tersenyum.

Dalam beberapa menit, Erina menceritakan semuanya, termasuk pertemuannya dengan seorang pria di kafe.

Ketika mendengar cerita Erina, Dhea menganga tidak percaya. "Jadi, demi mengambil alih Grup Fulgensius, kamu harus menikah dengan pria tak dikenal ini?" tanya Dhea sambil mengangkat alis.

Erina mengangguk dan terus menjelaskan, "Meskipun menikah dengan orang tak dikenal kedengarannya konyol, pria itu tampan dan mau menerima Bram. Jika semuanya berjalan dengan baik, kelak kami bisa hidup bersamanya."

Setelah menilai situasinya, Dhea perlahan menerima fakta. Dia mengangguk setuju dan berkata, "Yah, baguslah. Karena kamu memiliki kesan yang baik terhadap dia, kamu bisa memperkuat hubungan kalian setelah menikah. Selama kamu dan Bram bahagia, semuanya akan baik-baik saja."

Erina tidak yakin apakah dia akan hidup bahagia kelak. Akan tetapi, dia mempunyai harapan di dalam hati bahwa hidupnya akan membaik kali ini, jadi dia setuju dengan ucapan Dhea.

Sementara mereka sedang sibuk mengobrol, Bram menyantap makanan sambil menyimak percakapan mereka dengan penuh perhatian. Karena bingung dengan apa yang didengarnya, dia langsung bertanya, "Bu, apa aku akan punya ayah?"

Dulu, Bram bertanya pada ibunya di mana ayahnya. Dia bertanya-tanya mengapa dirinya tidak punya ayah, sementara anak-anak lain punya. Erina hanya menjawab tidak tahu.

Karena identitas ayah kandung Bram masih menjadi misteri dan Erina baru saja menyebutkan akan menikah dengan seorang pria dan tinggal bersamanya, sepertinya Bram akan segera mempunyai ayah baru.

Mendengar pertanyaan putranya yang polos, Erina kesulitan untuk menemukan jawaban yang tepat. Rohan bukanlah ayah kandung Bram. Namun, setelah pria itu menikah dengannya, mereka akan menjadi sepasang suami istri yang sah dan Rohan akan menjadi ayah dari anaknya.

Melihat Erina kebingungan dalam menjawab pertanyaan putranya, Dhea buru-buru menimpali, "Tentu saja! Sebentar lagi, kamu akan tinggal bersama ayah dan ibumu. Apa kamu senang?"

"Hore! Aku senang sekali," ucap Bram sambil tersenyum bahagia.

Melihat putranya tersenyum setelah mendengar jawaban itu, Erina merasa sangat senang. Dia memutuskan di dalam hatinya bahwa ayah tiri juga seorang ayah. Kelak, Rohan akan menjadi ayah dari anaknya.

Ketiganya terus makan sambil mengobrol dengan riang.

Karena teringat sesuatu, tiba-tiba Dhea menepuk tangan Erina dan berkata, "Hei, tunggu sebentar. Nama calon suamimu adalah Rohan Larius, kan? Nama itu terdengar begitu tidak asing. Sepertinya aku pernah melihatnya di majalah mingguan."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Ambil Kembali Semua yang Menjadi Hakmu2 Bab 2 Syarat yang Mengejutkan3 Bab 3 Aku Menerima Masa Lalumu dan Anakmu4 Bab 4 Melaksanakan Janji Pernikahan5 Bab 5 Itu Tidak Ada Hubungannya denganku6 Bab 6 Namanya Terdengar Begitu Tidak Asing7 Bab 7 Tunggu Aku Kembali8 Bab 8 Apa pun yang Aku Lakukan Tidak Ada Hubungannya dengan Kalian9 Bab 9 Bagaimana kalau Kita Membahas Soal Harga 10 Bab 10 Bos Saya Tidak Kekurangan Uang11 Bab 11 Ayah, Akankah Ayah Selalu Menemaniku 12 Bab 12 Apa Adikmu Sakit Lagi 13 Bab 13 Kita Adalah Keluarga14 Bab 14 Dia Sangat Merindukan Erina15 Bab 15 Istriku Adalah Ibu dari Anak-anak16 Bab 16 Apa Dia Pergi untuk Memasak 17 Bab 17 Siap untuk Bertemu dengannya18 Bab 18 Akhirnya Aku Ingat19 Bab 19 Kemitraan Kita Sudah Berakhir20 Bab 20 Menunggumu Pulang21 Bab 21 Menemukan Orang-Orang Jahat Itu Secepat Mungkin22 Bab 22 Bertanggung Jawab Sepenuhnya atas Kepentingan Anda23 Bab 23 Anak Laki-Laki Bernama Bram Itu24 Bab 24 Berusaha untuk Memenuhi Keinginanmu25 Bab 25 Grup Fulgensius Mendapatkan Prioritas Mutlak26 Bab 26 Aku Sudah Menikah27 Bab 27 Apa Kamu Berhak 28 Bab 28 Dasar Bajingan!29 Bab 29 Noni Datang ke Rumah30 Bab 30 Pernahkah Kamu Mencintai Seorang Pria 31 Bab 31 Menyerahkan Pengunduran Dirinya32 Bab 32 Mari Lakukan yang Terbaik33 Bab 33 Apakah Sesuatu Telah Terjadi pada Grup Fulgensius 34 Bab 34 Ada Hal Lain yang Perlu Kamu Lakukan35 Bab 35 Dia Sangat Senang dengan Itu36 Bab 36 Tidak Membiarkan Noni Masuk ke Dalam Rumah37 Bab 37 Tidak Ada Informasi Tentang Ibumu38 Bab 38 Apakah Departemen Proyek Terpengaruh 39 Bab 39 Maukah Kamu Makan Camilan Tengah Malam Bersamaku 40 Bab 40 Bagaimana Kamu Ingin Aku Berterima Kasih 41 Bab 41 Apakah Kamu Akan Menghadirinya 42 Bab 42 Sebuah Peluang untuk Bekerja Sama43 Bab 43 Aku Jatuh Cinta padanya44 Bab 44 Pergi Begitu Saja45 Bab 45 Kamu dan Bram Akan Aman46 Bab 46 Apa Sedang Terjadi Sesuatu 47 Bab 47 Lebih Cantik dari Sebelumnya48 Bab 48 Kita Bahas Ini Nanti Saja49 Bab 49 Tumbuh dengan Sehat50 Bab 50 Nona Noni Prastio Ada di Sini51 Bab 51 Aku Harus Menjawab Panggilan Kerja52 Bab 52 Mengadukan Perbuatannya pada Ayahnya53 Bab 53 Apa Ayah Punya Rencana untuk Besok 54 Bab 54 Mengerti Situasi55 Bab 55 Maaf, Aku Tidak Tertarik56 Bab 56 Apa Kamu Masih Ingat Itu 57 Bab 57 Bekerja Sama dengan Grup Prastio58 Bab 58 Apa yang Kamu dan Rohan Bicarakan 59 Bab 59 Aku Akan Mengundangmu dan Orang Tuamu60 Bab 60 Kita Tidak Bisa Pergi ke Sana61 Bab 61 Selamat Pagi, Ayah62 Bab 62 Apa Kamu Ingat 63 Bab 63 Itu Tidak Mungkin64 Bab 64 Membuat Keributan di Perusahaan Kalian65 Bab 65 Di Mana Anak Kita Sekarang 66 Bab 66 Belum Menemukan Dani67 Bab 67 Apa Ada Sesuatu yang Mengganggu Pikiran Ibu 68 Bab 68 Apa yang Terjadi pada Grup Fulgensius69 Bab 69 Apakah Ada yang Bisa Aku Bantu 70 Bab 70 Jika Kita Memiliki Kesempatan untuk Bekerja Sama71 Bab 71 Halo, Nona Noni72 Bab 72 Aku Terlalu Sibuk untuk Menemanimu73 Bab 73 Aku Setuju untuk Bekerja Sama denganmu74 Bab 74 Kamu Hidup dengan Baik Akhir-Akhir Ini75 Bab 75 Sama-Sama76 Bab 76 Aku Bisa Pergi ke Sana Bersamamu77 Bab 77 Apa Kamu Lelah78 Bab 78 Mengunjungimu79 Bab 79 Amarah Hebat80 Bab 80 Apa Dia Menakutinya 81 Bab 81 Mereka Tidak Boleh Bertengkar82 Bab 82 Apa yang Sedang Dia Lakukan 83 Bab 83 Kenapa Erina Begitu Sembrono 84 Bab 84 Apa Kamu Memercayaiku 85 Bab 85 Jagalah Jarak dari Lawan Jenis86 Bab 86 Biarkan Aku Tenang Sebentar87 Bab 87 Aku Mengerti, Bu88 Bab 88 Aku Tidak Akan Berbohong Lagi89 Bab 89 Aku Ingin Berbicara denganmu Secara Langsung90 Bab 90 Tidak Akan Ada Masalah91 Bab 91 Kita Masih Bisa Menjadi Teman Kerja92 Bab 92 Aku Masih Ingin Melihatmu93 Bab 93 Minta Mereka untuk Bekerja Sama denganku94 Bab 94 Ada Apa 95 Bab 95 Apa yang Akan Dihadapi Keluarga Larius 96 Bab 96 Aku Tidak Akan Menyakiti Evan dan Kirani97 Bab 97 Apa Ada Hal yang Menyenangkan Hari Ini 98 Bab 98 Teman Bram Benar-Benar Adalah Keponakannya99 Bab 99 Itu Tidak Akan Memengaruhi Persahabatanmu100 Bab 100 Ricky Harus Pindah ke Sekolah Lain