Dimanjakan oleh Suami Misterius
Penulis:GINA MACK
GenreRomantis
Dimanjakan oleh Suami Misterius
Erina merasa terkejut mendengar jawaban Rohan.
Dia mengangguk untuk menunjukkan bahwa tidak ada masalah lain. "Kalau begitu, mari kita menikah."
"Oke. Apa kamu ingin menjalani formalitas pernikahan pada jam delapan besok pagi?" saran Rohan.
"Boleh." Erina mengangguk mengiakan. Dia juga memiliki ide itu.
Dengan begitu, setelah resmi menikah, Erina masih memiliki waktu untuk pergi ke Grup Fulgensius untuk menyelesaikan prosedur warisan dalam jangka waktu yang disyaratkan oleh ayahnya.
Mencapai sebuah kesepakatan, Erina dan Rohan bertukar kontak, lalu menjadwalkan untuk bertemu keesokan paginya pada jam delapan pagi. Setelah itu, Erina pergi meninggalkan kafe lebih dulu.
Memperhatikan kepergiannya, senyum muncul di bibir Rohan. "Akhirnya aku bisa bersamamu, Erina," gumamnya pada dirinya sendiri.
Tepat saat dia selesai bergumam, ponselnya berdering.
Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa yang menghubunginya adalah Klaus, teman baiknya. "Ada apa, Klaus?"
"Sesuatu telah terjadi, Rohan. Penyakit yang diderita putrimu kambuh." Klaus terdengar cemas.
Klaus berasal dari keturunan keluarga dokter. Dia dan Rohan tumbuh bersama dan kini dia adalah seorang dokter serba bisa yang terkenal di dunia. Dia memiliki sebuah rumah sakit swasta dan laboratorium medis di Negeri Arfa.
"Apa?" seru Rohan, terlihat gelisah. Berusaha untuk tetap tenang, dia bertanya, "Bagaimana kabar Kirani? Apa kondisinya serius?"
"Dia baru saja dikirim ke ruang operasi. Dua orang dokter dan para perawat sedang bersiap untuk melakukan operasi. Aku sedang pergi ke apotek untuk mendapatkan obat," jawab Klaus sambil menuju ke apotek. "Kirani merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dia menangis dan mengatakan ingin bertemu denganmu."
Mendengar kalimat terakhir itu menghancurkan hati Rohan dan membuat matanya basah.
Dia merasa sangat kasihan pada Kirani. Menyadari bahwa kekhawatiran tidak akan menyelesaikan masalah, dia berhasil menenangkan dirinya. Setelah merenung sejenak, dia kemudian mengambil sebuah keputusan. "Tolong jaga Kirani untukku, Klaus. Aku akan segera pergi ke Negeri Arfa dan menemuinya segera setelah aku menyelesaikan tugasku besok."
"Serahkan padaku. Pastikan untuk bisa datang ke sini sesegera mungkin untuk menemani anak-anak, oke?" Klaus paham bahwa Rohan sibuk. Pasti ada sesuatu yang sangat penting yang harus ditanganinya sehingga dia harus menunda kepergiannya ke Negeri Arfa.
"Oke," jawab Rohan. Dia kemudian berterima kasih pada Klaus dan mengucapkan beberapa kata lagi sebelum menutup telepon.
Setelah menyimpan ponselnya, Rohan memikirkan wajah-wajah manis anak-anaknya. Namun, memikirkan putrinya yang lemah membuatnya merasa bersalah dan sedih.
Setelah berkubang dalam kesedihan, dia akhirnya berhasil menenangkan diri dan menyusun sebuah rencana. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Junardi.
"Pak Rohan." sapa Junardi melalui telepon.
"Besok aku akan pergi ke Negeri Arfa untuk menemani Evan dan Kirani. Aku membutuhkanmu untuk melakukan beberapa hal untukku," ucap Rohan.
"Saya mengerti."
Erina baru saja kembali ke hotel dengan memanggil taksi. Di dalam lobi hotel, dia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Erina, apa itu kamu?"
Itu adalah sebuah suara yang tidak langsung dikenalinya, tetapi dia berhenti untuk melihat siapa yang sudah memanggil namanya.
Di suatu tempat di dekatnya, Ruben Mardian berjalan menghampiri Erina dengan penuh semangat setelah merasa yakin bahwa dia tidak salah orang.
Erina juga mengenali Ruben.
Karena Keluarga Mandala dan Keluarga Mardian sudah berteman selama beberapa generasi, Erina dan Ruben saling mengenal sejak kecil. Kemudian, mereka pergi ke sekolah dasar swasta yang sama. Setelah SMP, keduanya tidak lagi bertemu atau menghubungi satu sama lain. Seiring waktu, mereka kehilangan kontak.
Begitu berdiri di depan Erina, Ruben menyadari betapa cantiknya dia. "Wah! Kamu jadi lebih cantik sekarang, Erina."
Usai mengatakan itu, Ruben bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?
Terlepas dari pertemuan yang tak terduga ini, Erina tidak memiliki gejolak atau kegembiraan di hatinya, jadi dia dengan sopan menjawab, "Aku baru saja kembali ke Orlen dan memutuskan untuk tinggal di sini selama beberapa hari."
Ruben mengerti dan mengenang kembali masa lalu mereka. "Ayah dan ibumu mengatakan bahwa kamu hamil oleh pria lain pada tahun itu dan kamu tidak pantas untuk menikah denganku. Jadi, mereka meminta Estella untuk menikah denganku, tapi aku tidak menyetujuinya. Kamu sudah pergi ketika aku pergi ke rumahmu untuk menemuimu. Aku bertanya pada beberapa teman dan teman sekelasmu ke mana kamu pergi, tapi mereka semua tidak tahu tentang situasimu, jadi ...." Dia benar-benar ingin tahu tentang situasi terkini Erina. "Apa kamu tinggal dengan pria itu?"
"Tidak. Aku merawat anakku sendiri," jawab Erina.
Dia tidak mengenal pria yang tidur dengannya tiga tahun lalu dan dia tidak memiliki perasaan padanya. Kadang-kadang, Erina memikirkan apa yang telah terjadi pada malam itu dan hal itu selalu membuatnya bingung, jadi dia tidak memikirkan pria itu.
Dia juga tidak peduli dengan pernyataan Ruben. Apakah pria itu menikah dengan Estella atau tidak, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Ruben terkejut mendengar fakta bahwa Erina adalah seorang ibu tunggal. Dia kemudian menjadi lebih bersemangat. Dengan sikap penuh harap, dia berkata, "Tunggu, kamu belum menikah? Kita bisa melaksanakan janji pernikahan sekarang. Aku bisa menikahimu."