icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 3
Aku Menerima Masa Lalumu dan Anakmu
Jumlah Kata:1133    |    Dirilis Pada: 24/02/2023

Pertanyaan seperti ini membuat Leonar tiba-tiba menyadari krisis yang akan menimpanya dan tidak berani menjawabnya. Dia tidak boleh kehilangan semuanya dan dia tidak rela semua itu direnggut oleh putri yang telah diasingkannya.

Seorang pengacara Grup Fulgensius yang duduk di dekatnya menimpali, "Ya. Kondisi khusus ini memang tercantum dalam dokumen yang ditandatangani oleh ibu Anda bertahun-tahun yang lalu. Surat-surat itu sudah diaktakan, yang artinya keinginan dan pernyataan beliau harus dilakukan di bawah hukum. Selama Anda memenuhi persyaratan yang tertulis dalam surat wasiat ibu Anda, Anda dapat menjalani prosedur untuk memperoleh warisan beliau." Pengacara dengan baik hati menjawab pertanyaan Erina dengan jujur dan mengungkapkan semua yang perlu diketahuinya.

Mendengar penjelasan dari pengacara, Erina merasa lega, sedangkan Leonar dan Dian merasa begitu marah sehingga wajah keduanya berubah muram.

Mengangguk pada pengacara, Erina merasa lebih baik mengenai situasi yang dialaminya dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menikah sesegera mungkin dan mengambil alih Grup Fulgensius."

Setelah gangguan yang ditimbulkannya pada rapat barusan, kini tidak ada jalan untuk kembali. Erina telah memperjelas niatnya dan hanya perlu untuk segera menindaklanjutinya. Grup Fulgensius akan segera berada di bawah namanya.

"Dengan senang hati saya akan membantu Anda dalam menangani kasus ini dan menjalani formalitas terkait hal itu." Pengacara itu mengangguk.

Erina tersenyum menanggapinya.

Melihat percakapan singkat antara Erina dan pengacara, Leonar dan Dian merasa semakin geram. Mereka yang bertanggung jawab atas perusahaan ini, bukan Erina!

"Hmph. Kamu tidak akan berhasil. Siapa yang akan menikahi atau menginginkan seorang wanita yang sudah melahirkan anak dari pria lain?" ucap Dian mengejek. Dia tidak percaya Erina akan bisa menemukan seorang suami untuk dirinya.

Mendengar perkataan istrinya, Leonar tiba-tiba mendapatkan sebuah ide. Menoleh ke arah putrinya, dia berkata dengan nada serius, "Aku memberimu waktu satu hari. Jika kamu belum juga menikah besok siang, kamu akan kehilangan hakmu untuk mewarisi perusahaan. Saat itu terjadi, aku yang ada di baris berikutnya sebagai pewaris perusahaan. Grup Fulgensius akan menjadi milikku dan perusahaan ini tidak ada lagi hubungannya denganmu."

Leonar merasa sangat yakin bahwa Erina tidak akan mampu memenuhinya dalam batas waktu yang begitu singkat dan tidak akan ada pria yang bersedia menikahi wanita yang sudah memiliki seorang anak di luar nikah. Dengan demikian, Grup Fulgensius akan menjadi miliknya untuk selamanya.

Mengetahui tentang batas waktunya, Erina menyadari bahwa hampir tidak mungkin untuk menikah hanya dalam sehari. Seketika dia menunjukkan ketidaksetujuannya dan mulai berdebat dengan Leonar dan Dian.

Akan tetapi, tidak peduli seberapa keras dia berusaha berargumen, tidak ada yang bisa dilakukannya untuk mengubah pikiran kedua orang itu. Pada akhirnya, dia dengan enggan menerima persyaratan itu.

Setelah meninggalkan ruang rapat, Erina duduk di tempat istirahat dan kembali memikirkan semuanya dengan cermat.

Hal terpenting saat ini adalah menemukan calon suami untuk dirinya. Seharusnya tidak sesulit itu karena dia tidak memiliki terlalu banyak persyaratan bagi pasangannya. Selama pria itu berkarakter baik dan siap untuk menikah, itu sudah cukup. Lagi pula, dia sendiri sudah memiliki seorang putra, meski belum tahu siapa ayahnya.

Namun, jika rencananya gagal dan batas waktu telah habis, apa yang harus dilakukannya?

Merasa khawatir dan juga cemas, Erina terus memikirkan cara untuk mewujudkan keajaiban. Kepalanya menjadi sakit dan dia kehabisan ide. Untuk menenangkan dirinya, Erina berencana untuk bersantai sejenak di kafe di sebelah gedung perusahaan.

Begitu sampai di kedai kafe tua itu, Erina memesan secangkir latte panas. Dengan minuman di tangannya, dia memindai seluruh ruangan untuk mencari sebuah kursi kosong. Akan tetapi, yang membuatnya kecewa, semua meja sudah terisi.

Tidak memiliki pilihan lain, Erina memutuskan untuk menghampiri sebuah meja yang ditempati oleh seorang pria yang tengah duduk sendirian.

Sangat normal bagi orang asing untuk berbagi meja di kafe, jadi dia berjalan mendekat dengan senyum ramah di wajah.

Ketika dia berada di sebelah kursi kosong di meja itu, dia melihat langsung ke arah pria yang sedang sibuk mengetik di laptopnya. Melambaikan tangannya, dia menyapa pria itu dengan sopan. "Halo, permisi."

Erina ingin menunggu tanggapan pria itu sebelum menanyakan apakah mereka bisa berbagi meja.

Namun, ketika pria itu mendengar suara Erina, dia menatap Erina dengan ekspresi dingin di wajahnya.

Kemudian dia dengan ringan membuka bibir tipisnya dan mengucapkan sepatah kata, "Duduk." Erina tercengang dengan tanggapan pria itu.

'Duduk? Apakah pria ini sudah tahu bahwa aku di sini untuk berbagi meja dengannya?'

Erina menduga itu masuk akal, jadi dia mengabaikan perilaku aneh pria itu dan dengan senang hati duduk di kursi yang masih kosong.

Saat Erina duduk dan meletakkan minumannya di atas meja, pria itu tiba-tiba menutup laptopnya dan menatapnya.

"Karena kita sedang kencan buta, izinkan aku memperkenalkan diri padamu terlebih dahulu. Namaku Rohan Larius dan usiaku dua puluh delapan tahun. Aku bekerja sebagai seorang programmer untuk sebuah perusahaan TI terkenal. Aku sudah memiliki sebuah rumah, mobil dan juga sejumlah tabungan. Kamu terlihat begitu menarik dan menawan. Secara keseluruhan, aku sangat menyukai penampilanmu. Aku bersedia menikahimu dan ... alasan utamaku menyetujui kencan buta ini adalah karena keluargaku terus mendesakku untuk segera berumah tangga. Jika kamu bersedia, kita bisa menikah secepatnya." Setelah meringkas informasi pribadi dan menjelaskan maksudnya, Rohan tetap tanpa ekspresi dan menunggu jawaban dari Erina.

Setelah mendengar ucapannya, mata Erina membelalak kaget.

'Orang ini ternyata sedang kencan buta? Dia bahkan menganggapku sebagai pasangan kencan butanya?'

Seperti sebuah hadiah yang dikirim dari surga, dia bertemu dengan seorang pria yang berkeinginan untuk segera menikah.

Itu adalah sebuah skenario yang sempurna bagi mereka berdua. Keduanya masih lajang dan memiliki pemikiran serta kebutuhan yang sama. Kini kesempatan itu hadir dan rencana Erina untuk bisa menikah sebelum tengah hari besok bisa terwujud.

Erina menatap Rohan dan mulai mengamati penampilan pria itu sambil menyesap latte-nya.

Pria ini memiliki garis wajah yang tampan dan fitur wajah yang sempurna. Selain itu, pakaian profesional dan aura percaya diri membuatnya tampak memegang posisi yang dihormati di tempat kerjanya. Meski sikapnya dingin, dia terlihat cukup menawan. Erina kembali menatap wajahnya. Kali ini, dia menyadari bahwa mata dan bibir pria ini mirip dengan putranya, Bram. Tidak dapat disangkal bahwa pria ini benar-benar tampan.

Setelah beberapa detik mempelajari penampilannya, Erina mendapat kesan yang baik tentangnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mempertimbangkan bahwa pria ini tampaknya adalah pria yang cocok untuk dinikahi. Memikirkan hal ini, dia memutuskan untuk memperkenalkan dirinya.

Setelah melakukan persiapan mental, dia duduk tegak dan berkata dengan suara yang menyenangkan, "Halo, namaku Erina Mandala dan saat ini aku berumur dua puluh lima tahun. Sebelumnya aku bekerja sebagai seorang penerjemah daring dan mahir berbicara dalam tiga bahasa asing. Saat ini aku tidak memiliki pekerjaan, tapi aku akan segera bekerja setelah aku menangani masalah keluarga yang tengah aku hadapi. Kesanku terhadapmu ... cukup baik. Aku bisa mempertimbangkan untuk menikah denganmu, tapi aku sudah memiliki seorang anak."

Erina tidak berniat menyembunyikan apa pun darinya, jadi dia berkata dengan jujur, "Aku hamil tiga tahun yang lalu. Aku bisa memahami jika kamu tidak bisa ...."

Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Rohan mengangkat tangan untuk menghentikannya.

"Aku sama sekali tidak keberatan," jawab Rohan dengan tenang. "Aku menerima masa lalumu dan anakmu."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Ambil Kembali Semua yang Menjadi Hakmu2 Bab 2 Syarat yang Mengejutkan3 Bab 3 Aku Menerima Masa Lalumu dan Anakmu4 Bab 4 Melaksanakan Janji Pernikahan5 Bab 5 Itu Tidak Ada Hubungannya denganku6 Bab 6 Namanya Terdengar Begitu Tidak Asing7 Bab 7 Tunggu Aku Kembali8 Bab 8 Apa pun yang Aku Lakukan Tidak Ada Hubungannya dengan Kalian9 Bab 9 Bagaimana kalau Kita Membahas Soal Harga 10 Bab 10 Bos Saya Tidak Kekurangan Uang11 Bab 11 Ayah, Akankah Ayah Selalu Menemaniku 12 Bab 12 Apa Adikmu Sakit Lagi 13 Bab 13 Kita Adalah Keluarga14 Bab 14 Dia Sangat Merindukan Erina15 Bab 15 Istriku Adalah Ibu dari Anak-anak16 Bab 16 Apa Dia Pergi untuk Memasak 17 Bab 17 Siap untuk Bertemu dengannya18 Bab 18 Akhirnya Aku Ingat19 Bab 19 Kemitraan Kita Sudah Berakhir20 Bab 20 Menunggumu Pulang21 Bab 21 Menemukan Orang-Orang Jahat Itu Secepat Mungkin22 Bab 22 Bertanggung Jawab Sepenuhnya atas Kepentingan Anda23 Bab 23 Anak Laki-Laki Bernama Bram Itu24 Bab 24 Berusaha untuk Memenuhi Keinginanmu25 Bab 25 Grup Fulgensius Mendapatkan Prioritas Mutlak26 Bab 26 Aku Sudah Menikah27 Bab 27 Apa Kamu Berhak 28 Bab 28 Dasar Bajingan!29 Bab 29 Noni Datang ke Rumah30 Bab 30 Pernahkah Kamu Mencintai Seorang Pria 31 Bab 31 Menyerahkan Pengunduran Dirinya32 Bab 32 Mari Lakukan yang Terbaik33 Bab 33 Apakah Sesuatu Telah Terjadi pada Grup Fulgensius 34 Bab 34 Ada Hal Lain yang Perlu Kamu Lakukan35 Bab 35 Dia Sangat Senang dengan Itu36 Bab 36 Tidak Membiarkan Noni Masuk ke Dalam Rumah37 Bab 37 Tidak Ada Informasi Tentang Ibumu38 Bab 38 Apakah Departemen Proyek Terpengaruh 39 Bab 39 Maukah Kamu Makan Camilan Tengah Malam Bersamaku 40 Bab 40 Bagaimana Kamu Ingin Aku Berterima Kasih 41 Bab 41 Apakah Kamu Akan Menghadirinya 42 Bab 42 Sebuah Peluang untuk Bekerja Sama43 Bab 43 Aku Jatuh Cinta padanya44 Bab 44 Pergi Begitu Saja45 Bab 45 Kamu dan Bram Akan Aman46 Bab 46 Apa Sedang Terjadi Sesuatu 47 Bab 47 Lebih Cantik dari Sebelumnya48 Bab 48 Kita Bahas Ini Nanti Saja49 Bab 49 Tumbuh dengan Sehat50 Bab 50 Nona Noni Prastio Ada di Sini51 Bab 51 Aku Harus Menjawab Panggilan Kerja52 Bab 52 Mengadukan Perbuatannya pada Ayahnya53 Bab 53 Apa Ayah Punya Rencana untuk Besok 54 Bab 54 Mengerti Situasi55 Bab 55 Maaf, Aku Tidak Tertarik56 Bab 56 Apa Kamu Masih Ingat Itu 57 Bab 57 Bekerja Sama dengan Grup Prastio58 Bab 58 Apa yang Kamu dan Rohan Bicarakan 59 Bab 59 Aku Akan Mengundangmu dan Orang Tuamu60 Bab 60 Kita Tidak Bisa Pergi ke Sana61 Bab 61 Selamat Pagi, Ayah62 Bab 62 Apa Kamu Ingat 63 Bab 63 Itu Tidak Mungkin64 Bab 64 Membuat Keributan di Perusahaan Kalian65 Bab 65 Di Mana Anak Kita Sekarang 66 Bab 66 Belum Menemukan Dani67 Bab 67 Apa Ada Sesuatu yang Mengganggu Pikiran Ibu 68 Bab 68 Apa yang Terjadi pada Grup Fulgensius69 Bab 69 Apakah Ada yang Bisa Aku Bantu 70 Bab 70 Jika Kita Memiliki Kesempatan untuk Bekerja Sama71 Bab 71 Halo, Nona Noni72 Bab 72 Aku Terlalu Sibuk untuk Menemanimu73 Bab 73 Aku Setuju untuk Bekerja Sama denganmu74 Bab 74 Kamu Hidup dengan Baik Akhir-Akhir Ini75 Bab 75 Sama-Sama76 Bab 76 Aku Bisa Pergi ke Sana Bersamamu77 Bab 77 Apa Kamu Lelah78 Bab 78 Mengunjungimu79 Bab 79 Amarah Hebat80 Bab 80 Apa Dia Menakutinya 81 Bab 81 Mereka Tidak Boleh Bertengkar82 Bab 82 Apa yang Sedang Dia Lakukan 83 Bab 83 Kenapa Erina Begitu Sembrono 84 Bab 84 Apa Kamu Memercayaiku 85 Bab 85 Jagalah Jarak dari Lawan Jenis86 Bab 86 Biarkan Aku Tenang Sebentar87 Bab 87 Aku Mengerti, Bu88 Bab 88 Aku Tidak Akan Berbohong Lagi89 Bab 89 Aku Ingin Berbicara denganmu Secara Langsung90 Bab 90 Tidak Akan Ada Masalah91 Bab 91 Kita Masih Bisa Menjadi Teman Kerja92 Bab 92 Aku Masih Ingin Melihatmu93 Bab 93 Minta Mereka untuk Bekerja Sama denganku94 Bab 94 Ada Apa 95 Bab 95 Apa yang Akan Dihadapi Keluarga Larius 96 Bab 96 Aku Tidak Akan Menyakiti Evan dan Kirani97 Bab 97 Apa Ada Hal yang Menyenangkan Hari Ini 98 Bab 98 Teman Bram Benar-Benar Adalah Keponakannya99 Bab 99 Itu Tidak Akan Memengaruhi Persahabatanmu100 Bab 100 Ricky Harus Pindah ke Sekolah Lain