Dimanjakan oleh Suami Misterius
Penulis:GINA MACK
GenreRomantis
Dimanjakan oleh Suami Misterius
Pertanyaan seperti ini membuat Leonar tiba-tiba menyadari krisis yang akan menimpanya dan tidak berani menjawabnya. Dia tidak boleh kehilangan semuanya dan dia tidak rela semua itu direnggut oleh putri yang telah diasingkannya.
Seorang pengacara Grup Fulgensius yang duduk di dekatnya menimpali, "Ya. Kondisi khusus ini memang tercantum dalam dokumen yang ditandatangani oleh ibu Anda bertahun-tahun yang lalu. Surat-surat itu sudah diaktakan, yang artinya keinginan dan pernyataan beliau harus dilakukan di bawah hukum. Selama Anda memenuhi persyaratan yang tertulis dalam surat wasiat ibu Anda, Anda dapat menjalani prosedur untuk memperoleh warisan beliau." Pengacara dengan baik hati menjawab pertanyaan Erina dengan jujur dan mengungkapkan semua yang perlu diketahuinya.
Mendengar penjelasan dari pengacara, Erina merasa lega, sedangkan Leonar dan Dian merasa begitu marah sehingga wajah keduanya berubah muram.
Mengangguk pada pengacara, Erina merasa lebih baik mengenai situasi yang dialaminya dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menikah sesegera mungkin dan mengambil alih Grup Fulgensius."
Setelah gangguan yang ditimbulkannya pada rapat barusan, kini tidak ada jalan untuk kembali. Erina telah memperjelas niatnya dan hanya perlu untuk segera menindaklanjutinya. Grup Fulgensius akan segera berada di bawah namanya.
"Dengan senang hati saya akan membantu Anda dalam menangani kasus ini dan menjalani formalitas terkait hal itu." Pengacara itu mengangguk.
Erina tersenyum menanggapinya.
Melihat percakapan singkat antara Erina dan pengacara, Leonar dan Dian merasa semakin geram. Mereka yang bertanggung jawab atas perusahaan ini, bukan Erina!
"Hmph. Kamu tidak akan berhasil. Siapa yang akan menikahi atau menginginkan seorang wanita yang sudah melahirkan anak dari pria lain?" ucap Dian mengejek. Dia tidak percaya Erina akan bisa menemukan seorang suami untuk dirinya.
Mendengar perkataan istrinya, Leonar tiba-tiba mendapatkan sebuah ide. Menoleh ke arah putrinya, dia berkata dengan nada serius, "Aku memberimu waktu satu hari. Jika kamu belum juga menikah besok siang, kamu akan kehilangan hakmu untuk mewarisi perusahaan. Saat itu terjadi, aku yang ada di baris berikutnya sebagai pewaris perusahaan. Grup Fulgensius akan menjadi milikku dan perusahaan ini tidak ada lagi hubungannya denganmu."
Leonar merasa sangat yakin bahwa Erina tidak akan mampu memenuhinya dalam batas waktu yang begitu singkat dan tidak akan ada pria yang bersedia menikahi wanita yang sudah memiliki seorang anak di luar nikah. Dengan demikian, Grup Fulgensius akan menjadi miliknya untuk selamanya.
Mengetahui tentang batas waktunya, Erina menyadari bahwa hampir tidak mungkin untuk menikah hanya dalam sehari. Seketika dia menunjukkan ketidaksetujuannya dan mulai berdebat dengan Leonar dan Dian.
Akan tetapi, tidak peduli seberapa keras dia berusaha berargumen, tidak ada yang bisa dilakukannya untuk mengubah pikiran kedua orang itu. Pada akhirnya, dia dengan enggan menerima persyaratan itu.
Setelah meninggalkan ruang rapat, Erina duduk di tempat istirahat dan kembali memikirkan semuanya dengan cermat.
Hal terpenting saat ini adalah menemukan calon suami untuk dirinya. Seharusnya tidak sesulit itu karena dia tidak memiliki terlalu banyak persyaratan bagi pasangannya. Selama pria itu berkarakter baik dan siap untuk menikah, itu sudah cukup. Lagi pula, dia sendiri sudah memiliki seorang putra, meski belum tahu siapa ayahnya.
Namun, jika rencananya gagal dan batas waktu telah habis, apa yang harus dilakukannya?
Merasa khawatir dan juga cemas, Erina terus memikirkan cara untuk mewujudkan keajaiban. Kepalanya menjadi sakit dan dia kehabisan ide. Untuk menenangkan dirinya, Erina berencana untuk bersantai sejenak di kafe di sebelah gedung perusahaan.
Begitu sampai di kedai kafe tua itu, Erina memesan secangkir latte panas. Dengan minuman di tangannya, dia memindai seluruh ruangan untuk mencari sebuah kursi kosong. Akan tetapi, yang membuatnya kecewa, semua meja sudah terisi.
Tidak memiliki pilihan lain, Erina memutuskan untuk menghampiri sebuah meja yang ditempati oleh seorang pria yang tengah duduk sendirian.
Sangat normal bagi orang asing untuk berbagi meja di kafe, jadi dia berjalan mendekat dengan senyum ramah di wajah.
Ketika dia berada di sebelah kursi kosong di meja itu, dia melihat langsung ke arah pria yang sedang sibuk mengetik di laptopnya. Melambaikan tangannya, dia menyapa pria itu dengan sopan. "Halo, permisi."
Erina ingin menunggu tanggapan pria itu sebelum menanyakan apakah mereka bisa berbagi meja.
Namun, ketika pria itu mendengar suara Erina, dia menatap Erina dengan ekspresi dingin di wajahnya.
Kemudian dia dengan ringan membuka bibir tipisnya dan mengucapkan sepatah kata, "Duduk." Erina tercengang dengan tanggapan pria itu.
'Duduk? Apakah pria ini sudah tahu bahwa aku di sini untuk berbagi meja dengannya?'
Erina menduga itu masuk akal, jadi dia mengabaikan perilaku aneh pria itu dan dengan senang hati duduk di kursi yang masih kosong.
Saat Erina duduk dan meletakkan minumannya di atas meja, pria itu tiba-tiba menutup laptopnya dan menatapnya.
"Karena kita sedang kencan buta, izinkan aku memperkenalkan diri padamu terlebih dahulu. Namaku Rohan Larius dan usiaku dua puluh delapan tahun. Aku bekerja sebagai seorang programmer untuk sebuah perusahaan TI terkenal. Aku sudah memiliki sebuah rumah, mobil dan juga sejumlah tabungan. Kamu terlihat begitu menarik dan menawan. Secara keseluruhan, aku sangat menyukai penampilanmu. Aku bersedia menikahimu dan ... alasan utamaku menyetujui kencan buta ini adalah karena keluargaku terus mendesakku untuk segera berumah tangga. Jika kamu bersedia, kita bisa menikah secepatnya." Setelah meringkas informasi pribadi dan menjelaskan maksudnya, Rohan tetap tanpa ekspresi dan menunggu jawaban dari Erina.
Setelah mendengar ucapannya, mata Erina membelalak kaget.
'Orang ini ternyata sedang kencan buta? Dia bahkan menganggapku sebagai pasangan kencan butanya?'
Seperti sebuah hadiah yang dikirim dari surga, dia bertemu dengan seorang pria yang berkeinginan untuk segera menikah.
Itu adalah sebuah skenario yang sempurna bagi mereka berdua. Keduanya masih lajang dan memiliki pemikiran serta kebutuhan yang sama. Kini kesempatan itu hadir dan rencana Erina untuk bisa menikah sebelum tengah hari besok bisa terwujud.
Erina menatap Rohan dan mulai mengamati penampilan pria itu sambil menyesap latte-nya.
Pria ini memiliki garis wajah yang tampan dan fitur wajah yang sempurna. Selain itu, pakaian profesional dan aura percaya diri membuatnya tampak memegang posisi yang dihormati di tempat kerjanya. Meski sikapnya dingin, dia terlihat cukup menawan. Erina kembali menatap wajahnya. Kali ini, dia menyadari bahwa mata dan bibir pria ini mirip dengan putranya, Bram. Tidak dapat disangkal bahwa pria ini benar-benar tampan.
Setelah beberapa detik mempelajari penampilannya, Erina mendapat kesan yang baik tentangnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mempertimbangkan bahwa pria ini tampaknya adalah pria yang cocok untuk dinikahi. Memikirkan hal ini, dia memutuskan untuk memperkenalkan dirinya.
Setelah melakukan persiapan mental, dia duduk tegak dan berkata dengan suara yang menyenangkan, "Halo, namaku Erina Mandala dan saat ini aku berumur dua puluh lima tahun. Sebelumnya aku bekerja sebagai seorang penerjemah daring dan mahir berbicara dalam tiga bahasa asing. Saat ini aku tidak memiliki pekerjaan, tapi aku akan segera bekerja setelah aku menangani masalah keluarga yang tengah aku hadapi. Kesanku terhadapmu ... cukup baik. Aku bisa mempertimbangkan untuk menikah denganmu, tapi aku sudah memiliki seorang anak."
Erina tidak berniat menyembunyikan apa pun darinya, jadi dia berkata dengan jujur, "Aku hamil tiga tahun yang lalu. Aku bisa memahami jika kamu tidak bisa ...."
Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Rohan mengangkat tangan untuk menghentikannya.
"Aku sama sekali tidak keberatan," jawab Rohan dengan tenang. "Aku menerima masa lalumu dan anakmu."