icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 2
Syarat yang Mengejutkan
Jumlah Kata:1324    |    Dirilis Pada: 24/02/2023

Pada detik terakhir, sepasang lengan yang kokoh melingkari Bram dalam sekejap dan melindungi anak kecil itu dari bahaya. Remaja yang mengendarai motor mencoba mengubah arah dan menyerempet pria itu dari belakang, lalu melaju kencang ke persimpangan jalan.

Beberapa saat kemudian, lingkungan menjadi sunyi. Setelah memastikan situasi sudah aman, pria itu melepaskan Bram secara perlahan. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya pria itu dengan suara pelan.

Baru pada saat itulah Bram melihat wajah pria itu dengan jelas. Pria itu terlihat sangat tampan. Beberapa saat yang lalu, Bram dalam bahaya. Namun, sekarang dia baik-baik saja semua berkat orang asing yang baik hati ini.

Oleh karena itu, Bram tersenyum penuh terima kasih dan menjawab dengan lembut, "Aku baik-baik saja, Om. Terima kasih sudah menolongku."

Pria itu menganggukkan kepala dan berkata dengan nada serius, "Kamu tidak boleh berlarian seperti ini. Di sini sering terjadi kecelakaan. Kembalilah ke ibumu dan jangan jauh-jauh darinya."

"Baik, Om." Bram, yang hampir saja mengalami kecelakaan, masih merasa sangat ketakutan. Dia buru-buru berlari menghampiri ibunya.

Melihat Bram menuruti perintahnya, pria itu merasa puas. Lalu, dia beranjak pergi menuju jalan yang ramai dan menghilang di tengah kerumunan.

Karena asyik mengobrol di telepon, Erina tidak sadar bahwa putranya hampir mengalami kecelakaan. Begitu mengakhiri panggilan, dia mendapati putranya berada di sampingnya. Karena mengira putranya sudah puas bermain dan ingin beristirahat, dia menepuk kepalanya dengan penuh kasih sayang sambil berkata, "Ayo kita check in di hotel dulu."

"Oke, Bu."

Setelah menerima kunci kamar dari resepsionis, Erina mendaftarkan putranya ke tempat penitipan anak. Dia masuk ke kamar, lalu meletakkan barang bawaannya dan memastikan semuanya sudah lengkap. Sebelum pergi bekerja, dia menyerahkan Bram ke pengasuh. Setelah mencium putranya dan berpamitan, dia pergi dengan tergesa-gesa.

Di dalam ruang rapat gedung Grup Fulgensius, Leonar dan Dian duduk bersama dengan didampingi pengacara mereka. Mereka sedang bernegosiasi dengan calon pembeli yang berniat untuk membeli perusahaan tersebut.

Di meja resepsionis, Erina menunjukkan KTP-nya pada sang resepsionis dan berkata, "Aku adalah putri sulung Keluarga Mandala. Aku datang ke sini untuk menemui ayahku. Di mana dia sekarang?"

Setelah memastikan identitasnya, sang resepsionis mengatakan yang sebenarnya, "Pak Leonar dan Bu Dian ada di ruang rapat di lantai paling atas. Mereka sedang rapat dengan calon pembeli."

Setelah mendengar jawaban sang resepsionis, mata Erina berkedip penuh dendam. Setelah mengantongi KTP-nya, dia langsung berjalan menuju lift.

Kembali ke ruang rapat, Leonar dan calon pembeli akhirnya mencapai kesepakatan. Para pengacara mereka telah memeriksa ulang surat-surat hukum dan tidak menemukan masalah. Sekarang yang perlu dilakukan hanyalah mengesahkan transaksi ini.

"Pak Jason, aku senang akhirnya kita bisa mencapai kesepakatan. Yakinlah, mulai sekarang hubungan bisnis kita akan semakin kuat. Tanpa basa-basi lagi, mari kita tanda tangani kontraknya." Leonar tidak sabar menjual Grup Fulgensius supaya dia bisa menerima uangnya dan memulai perusahaan baru dengan istrinya.

"Baik, Pak Leonar. Aku berharap bisa menambahkan Grup Fulgensius ke dalam perusahaanku. Selamat untuk kita berdua."

Begitu Jason Rustan menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka.

"Tunggu! Kesepakatan ini tidak boleh diteruskan!" teriak Erina dengan galak sambil melangkah masuk ke dalam ruangan dan memelototi pasangan yang terkejut itu.

Ketika mendengar dari balik pintu bahwa mereka akan menandatangani kontrak, Erina merasa beruntung telah tiba tepat waktu.

Di seberang meja panjang, Leonar dan Dian tiba-tiba menjadi geram. "Erina? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Leonar dengan tak percaya sambil bangkit berdiri.

Keluarga Mandala tidak pernah mendengar kabar dari Erina setelah dia diusir dari rumah mereka. Leonar mengira Erina merasa begitu malu dan bunuh diri. Dia tidak menyangka wanita ini muncul kembali di gedung perusahaan pada saat yang genting.

Sementara itu, Dian juga berdiri mengikuti suaminya. Lalu, dia menggertakkan gigi dan menuding putri tirinya. "Kamu pikir apa yang kamu lakukan?"

"Bukankah sudah jelas? Aku datang ke sini untuk menghentikan kalian menjual Grup Fulgensius," jawab Erina dengan tegas sambil memelototi ayah kandung dan ibu tirinya.

Dengan perasaan terdesak, Erina menoleh ke orang-orang di seberang mereka yang sedang terkejut. Karena berasumsi orang-orang ini adalah calon pembeli, dia menyapa mereka, "Halo, perkenalkan saya adalah Erina Mandala. Saya datang ke sini untuk mengambil kembali apa yang menjadi hak saya. Kakek saya mewariskan perusahaan ini pada ibu saya, dan beliau menyatakan bahwa saya akan menjadi penerus Grup Fulgensius. Ada dokumen tertulis tentang hal ini yang telah disahkan oleh pengacaranya. Oleh karena itu, ayah dan ibu tiri saya tidak berhak menjual perusahaan ini. Sekarang, yang bertanggung jawab atas Grup Fulgensius adalah saya."

Jason dan rombongannya sangat terkejut saat mendengar pernyataan Erina. Mereka segera berkasak-kusuk satu sama lain.

Karena khawatir akan kemungkinan terburuk, Leonar dan Dian menjadi cemas. Miliaran rupiah hampir terlepas dari tangan mereka.

"Omong kosong! Sejak kematian ibumu, perusahaan ini menjadi milikku dan aku berhak mengambil keputusan yang terbaik untuk bisnis," seru Leonar dengan sengit sambil menatap Erina dengan jijik.

"Benar," sahut Dian. Karena tidak bisa menahan diri, dia bergegas maju untuk mengonfrontasi Erina. "Dasar sialan, aku akan menghajar dan menendangmu keluar dari sini!"

Dengan darah mendidih, dia mengangkat tangannya untuk menampar Erina dan tangan lainnya bersiap mendorongnya keluar dari ruangan.

Akan tetapi, Erina tidak akan menyerah tanpa melawan. Dia menahan tangan Dian dengan mudah dan mempertahankan posisinya untuk menyatakan perlawanannya, dia tidak akan keluar.

"Beraninya kamu melawanku?" Setelah gagal mendorong Erina, dia menggertakkan gigi karena frustrasi. "Kamu ini cari mati. Aku akan menghabisimu hari ini!" Setelah Dian selesai berbicara, dia menjadi lebih impulsif untuk memukul Erina.

Menjaga ketenangannya, Erina terus bertahan dari serangan Dian dengan segenap kekuatannya.

Melihat istrinya tidak bisa mendaratkan satu pukulan pun pada Erina, Leonar bergegas membantu istrinya.

Karena dikeroyok, Erina tidak sanggup bertahan lagi. Saat telapak tangan Dian hampir mendarat di wajahnya, sebuah dentuman kencang menghentikan pertarungan.

Dengan raut wajah kecewa, Jason menggebrak meja dan bangkit berdiri. Sambil menatap Leonar, dia berkata dengan nada kecewa, "Pak Leonar, karena ada masalah internal di perusahaanmu, kita akan melanjutkan transaksi ini setelah kamu menyelesaikan masalah itu."

Saking kagetnya, Leonar dan Dian tidak bisa berkata apa-apa. Mereka berhenti mengeroyok Erina dan menjatuhkan tangan mereka.

Menyadari bahwa mereka baru saja bersikap sembrono di hadapan calon pembeli, Leonar dan Dian menjadi gugup. Hanya butuh selangkah lagi untuk menyelesaikan transaksi ini, yaitu sepasang tanda tangan di atas dokumen. Saat hendak meminta maaf dan membujuk Jason untuk tetap tinggal, suara pria itu menggema di ruang rapat.

"Ayo pergi. Urusan kita di sini sudah selesai," ucap Jason sambil berjalan menuju pintu dan memberi isyarat pada orang-orangnya untuk mengikutinya.

"Baik," jawab pengacaranya sambil buru-buru mengikutinya keluar dari ruangan. Dalam hitungan detik, mereka semua menghilang.

"P-Pak Jason, kita masih bisa ... melanjutkan ...." Leonar ingin menghentikan Jason, tetapi pada akhirnya dia gagal.

Ruang rapat itu menjadi sunyi dan tidak ada orang luar lagi. Erina merapikan blusnya, lalu berdehem dan menatap ayahnya sambil berkata, "Aku ingin mengambil kembali Grup Fulgensius."

Dian membantah, "Tidak mungkin! Selama ini, ayahmu dan aku telah mengelola Grup Fulgensius. Perusahaan ini milik kami. Kami tidak akan pernah memberikannya padamu."

Tanpa terpengaruh, Erina mengabaikan pernyataannya dan menunggu jawaban ayahnya.

Melihat keteguhan di wajah Erina, Leonar menghela napas dan mendecakkan lidah. Setelah merasa ragu sejenak, dia membeberkan syaratnya.

"Grup Fulgensius memang milik ibumu. Dia bilang kamu akan mewarisi perusahaan dan mengelolanya, tapi hanya setelah kamu menikah. Karena aku tidak melihat cincin kawin tersemat di jarimu, kamu tetap tidak berhak untuk menuntut warisanmu. Sebelum kamu menikah, Grup Fulgensius tetap milikku," jelas Leonar dengan tegas.

Butuh beberapa detik bagi Erina untuk memahami kata-kata ayahnya. Dia tercengang. Jadi, dia baru bisa mengambil alih perusahaan setelah menikah? Erina belum pernah mendengar tentang syarat ini sebelumnya.

Pada saat ibunya menceritakan tentang warisan ini padanya, Erina masih kecil. Ibunya hanya menyebutkan bahwa dia bisa menjalankan Grup Fulgensius begitu dia sudah dewasa. Ada dokumen yang menyatakan hal ini, tetapi sepertinya ibunya tidak menceritakan semua detailnya.

Erina tidak menyangka akan ada syarat yang mengejutkan ini. Hal ini bahkan sama sekali tidak tebersit di benaknya. Erina memeras otak untuk mencari jalan keluar dan tiba-tiba dia menemukannya. Satu-satunya hal yang menghentikannya untuk mengambil apa yang menjadi haknya adalah karena dia belum menikah, kan?

Erina menganggukkan kepala secara perlahan, lalu menatap mata ayahnya dan bertanya, "Jika aku menikah, apa aku bisa mengambil Grup Fulgensius kembali?"

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Ambil Kembali Semua yang Menjadi Hakmu2 Bab 2 Syarat yang Mengejutkan3 Bab 3 Aku Menerima Masa Lalumu dan Anakmu4 Bab 4 Melaksanakan Janji Pernikahan5 Bab 5 Itu Tidak Ada Hubungannya denganku6 Bab 6 Namanya Terdengar Begitu Tidak Asing7 Bab 7 Tunggu Aku Kembali8 Bab 8 Apa pun yang Aku Lakukan Tidak Ada Hubungannya dengan Kalian9 Bab 9 Bagaimana kalau Kita Membahas Soal Harga 10 Bab 10 Bos Saya Tidak Kekurangan Uang11 Bab 11 Ayah, Akankah Ayah Selalu Menemaniku 12 Bab 12 Apa Adikmu Sakit Lagi 13 Bab 13 Kita Adalah Keluarga14 Bab 14 Dia Sangat Merindukan Erina15 Bab 15 Istriku Adalah Ibu dari Anak-anak16 Bab 16 Apa Dia Pergi untuk Memasak 17 Bab 17 Siap untuk Bertemu dengannya18 Bab 18 Akhirnya Aku Ingat19 Bab 19 Kemitraan Kita Sudah Berakhir20 Bab 20 Menunggumu Pulang21 Bab 21 Menemukan Orang-Orang Jahat Itu Secepat Mungkin22 Bab 22 Bertanggung Jawab Sepenuhnya atas Kepentingan Anda23 Bab 23 Anak Laki-Laki Bernama Bram Itu24 Bab 24 Berusaha untuk Memenuhi Keinginanmu25 Bab 25 Grup Fulgensius Mendapatkan Prioritas Mutlak26 Bab 26 Aku Sudah Menikah27 Bab 27 Apa Kamu Berhak 28 Bab 28 Dasar Bajingan!29 Bab 29 Noni Datang ke Rumah30 Bab 30 Pernahkah Kamu Mencintai Seorang Pria 31 Bab 31 Menyerahkan Pengunduran Dirinya32 Bab 32 Mari Lakukan yang Terbaik33 Bab 33 Apakah Sesuatu Telah Terjadi pada Grup Fulgensius 34 Bab 34 Ada Hal Lain yang Perlu Kamu Lakukan35 Bab 35 Dia Sangat Senang dengan Itu36 Bab 36 Tidak Membiarkan Noni Masuk ke Dalam Rumah37 Bab 37 Tidak Ada Informasi Tentang Ibumu38 Bab 38 Apakah Departemen Proyek Terpengaruh 39 Bab 39 Maukah Kamu Makan Camilan Tengah Malam Bersamaku 40 Bab 40 Bagaimana Kamu Ingin Aku Berterima Kasih 41 Bab 41 Apakah Kamu Akan Menghadirinya 42 Bab 42 Sebuah Peluang untuk Bekerja Sama43 Bab 43 Aku Jatuh Cinta padanya44 Bab 44 Pergi Begitu Saja45 Bab 45 Kamu dan Bram Akan Aman46 Bab 46 Apa Sedang Terjadi Sesuatu 47 Bab 47 Lebih Cantik dari Sebelumnya48 Bab 48 Kita Bahas Ini Nanti Saja49 Bab 49 Tumbuh dengan Sehat50 Bab 50 Nona Noni Prastio Ada di Sini51 Bab 51 Aku Harus Menjawab Panggilan Kerja52 Bab 52 Mengadukan Perbuatannya pada Ayahnya53 Bab 53 Apa Ayah Punya Rencana untuk Besok 54 Bab 54 Mengerti Situasi55 Bab 55 Maaf, Aku Tidak Tertarik56 Bab 56 Apa Kamu Masih Ingat Itu 57 Bab 57 Bekerja Sama dengan Grup Prastio58 Bab 58 Apa yang Kamu dan Rohan Bicarakan 59 Bab 59 Aku Akan Mengundangmu dan Orang Tuamu60 Bab 60 Kita Tidak Bisa Pergi ke Sana61 Bab 61 Selamat Pagi, Ayah62 Bab 62 Apa Kamu Ingat 63 Bab 63 Itu Tidak Mungkin64 Bab 64 Membuat Keributan di Perusahaan Kalian65 Bab 65 Di Mana Anak Kita Sekarang 66 Bab 66 Belum Menemukan Dani67 Bab 67 Apa Ada Sesuatu yang Mengganggu Pikiran Ibu 68 Bab 68 Apa yang Terjadi pada Grup Fulgensius69 Bab 69 Apakah Ada yang Bisa Aku Bantu 70 Bab 70 Jika Kita Memiliki Kesempatan untuk Bekerja Sama71 Bab 71 Halo, Nona Noni72 Bab 72 Aku Terlalu Sibuk untuk Menemanimu73 Bab 73 Aku Setuju untuk Bekerja Sama denganmu74 Bab 74 Kamu Hidup dengan Baik Akhir-Akhir Ini75 Bab 75 Sama-Sama76 Bab 76 Aku Bisa Pergi ke Sana Bersamamu77 Bab 77 Apa Kamu Lelah78 Bab 78 Mengunjungimu79 Bab 79 Amarah Hebat80 Bab 80 Apa Dia Menakutinya 81 Bab 81 Mereka Tidak Boleh Bertengkar82 Bab 82 Apa yang Sedang Dia Lakukan 83 Bab 83 Kenapa Erina Begitu Sembrono 84 Bab 84 Apa Kamu Memercayaiku 85 Bab 85 Jagalah Jarak dari Lawan Jenis86 Bab 86 Biarkan Aku Tenang Sebentar87 Bab 87 Aku Mengerti, Bu88 Bab 88 Aku Tidak Akan Berbohong Lagi89 Bab 89 Aku Ingin Berbicara denganmu Secara Langsung90 Bab 90 Tidak Akan Ada Masalah91 Bab 91 Kita Masih Bisa Menjadi Teman Kerja92 Bab 92 Aku Masih Ingin Melihatmu93 Bab 93 Minta Mereka untuk Bekerja Sama denganku94 Bab 94 Ada Apa 95 Bab 95 Apa yang Akan Dihadapi Keluarga Larius 96 Bab 96 Aku Tidak Akan Menyakiti Evan dan Kirani97 Bab 97 Apa Ada Hal yang Menyenangkan Hari Ini 98 Bab 98 Teman Bram Benar-Benar Adalah Keponakannya99 Bab 99 Itu Tidak Akan Memengaruhi Persahabatanmu100 Bab 100 Ricky Harus Pindah ke Sekolah Lain