Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terikat oleh Cinta: Kelembutan Suamiku yang Cacat

Terikat oleh Cinta: Kelembutan Suamiku yang Cacat

Roselia Hartmann

5.0
Komentar
193.2K
Penayangan
337
Bab

"Kamu butuh pengantin wanita, aku butuh pengantin pria. Bagaimana kalau kita menikah?" Karena sama-sama ditinggalkan pasangan masing-masing, Elis memutuskan untuk menikah dengan pria asing cacat dari tempat pesta pernikahan sebelah. Mengasihani keadaan pria yang cacat itu, dia bersumpah untuk memanjakannya begitu mereka menikah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria itu sebenarnya adalah pebisnis kaya raya yang berkuasa. Joshua mengira Elis hanya menikah dengannya demi uangnya, dan berencana menceraikannya ketika wanita itu tidak lagi berguna baginya. Namun setelah menjadi suaminya, dia dihadapkan pada dilema baru. "Wanita itu terus meminta cerai, tapi aku tidak ingin bercerai! Apa yang harus kulakukan?"

Bab 1 Bagaimana Kalau Kita Menikah

"Kamu mau pergi ke mana?"

Di tengah sebuah pesta pernikahan, Elis Lazuardi panik saat dia meraih pergelangan tangan Tio Wintara untuk menghentikannya pergi, kedua matanya dipenuhi permohonan.

Aula perjamuan dipenuhi oleh keluarga dan teman-teman dari kedua belah pihak, semuanya duduk dan menunggu. Pembawa acara pernikahan telah mengajukan pertanyaan pada Tio tentang kesediaannya menikahi Elis. Alih-alih menjawab, dia mengabaikan pembawa acara, mengangkat telepon yang masuk, dan kemudian tiba-tiba berusaha pergi.

"Kesya tahu tentang pernikahan kita, dan sekarang dia mengancam akan bunuh diri dengan melompat dari atas gedung. Kamu tahu dia mengidap depresi, kan? Aku harus pergi menyelamatkannya," jelas Tio dengan nada tidak sabar dan mendorong Elis menjauh.

Dorongan dari Tio menyebabkan pergelangan kaki Elis terkilir, dan saat dia terjatuh ke lantai, dia mengulurkan tangannya dengan canggung, masih berusaha untuk menahan kepergian pria itu.

"Hari ini adalah hari pernikahan kita! Apa yang harus kulakukan jika kamu pergi? Kesya Benhur benar-benar telah mengkhianatimu sebelumnya, apa kamu sudah lupa tentang itu? Dia sudah membuatmu sangat menderita, kenapa kamu masih ingin menemuinya sekarang?"

Sorot mata Tio semakin dingin. "Kamu tidak berhak menghakimi atas apa yang terjadi antara aku dan Kesya. Tidak peduli seberapa besar kesalahan atau rasa sakit yang dia timbulkan, kamu tidak bisa dibandingkan dengannya!"

Rasa sakit menghantam hati Elis. Dia menyadari bahwa Tio tidak pernah benar-benar melupakan Kesya. Bagi pria itu, dia tidak akan pernah sepenting Kesya.

"Kesalahan apa yang telah aku perbuat sampai aku pantas menerima ini? Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Kumohon padamu, tunggulah sampai pernikahan selesai. Kita sebentar lagi akan bertukar cincin. Kamu bisa pergi setelah itu."

Tio menghindari tangannya dan berkata dengan jijik, "Kamu lebih mementingkan pernikahanmu daripada nyawa orang yang masih hidup. Kamu benar-benar tidak berperasaan! Pernikahan ini dibatalkan."

Tanpa melirik wajah pucat Elis, dia melangkah menjauh dari panggung yang didekorasi dengan indah, mengabaikan tatapan bingung para tamu di sekitarnya.

Saat pengantin pria pergi, para tamu menjadi gempar.

"Jangan, kumohon jangan tinggalkan aku, Tio! Apa yang harus kulakukan jika kamu pergi?" Elis berteriak putus asa sambil duduk dengan menyedihkan di lantai. Tubuhnya gemetar hebat, air mata merusak riasannya yang cantik.

Tanpa menghiraukan martabatnya, pria yang dicintainya selama tiga tahun telah memilih wanita lain tanpa berpikir dua kali di hari pernikahan mereka. Tio dipenuhi dengan pemikiran tentang Kesya yang kasihan dan tak berdaya, tetapi sepenuhnya tidak peduli terhadap betapa dia merasa kehilangan arah dan terhina saat ditinggal sendirian di panggung.

Di sekelilingnya, banyak sekali mata yang menatap ke arahnya, ada yang mengejek, ada yang mengasihani, dan bahkan ada yang tertawa di atas penderitaannya. Elis belum pernah merasakan siksaan seperti ini dalam hidupnya!

Ayahnya, Leno Lazuardi, menghampirinya. Dia mengharapkan kenyamanan, tetapi sebaliknya, ayahnya memarahinya dengan kejam, "Kamu bahkan tidak bisa mempertahankan seorang pria. Benar-benar tidak berguna!" Setelah memarahinya, Leno pergi bersama istrinya, Gita Ladika, tanpa melihat ke belakang.

Tepat pada saat ini, adiknya, Megan Lazuardi, muncul dari kerumunan sambil menyeringai. "Kak, kamu sungguh tidak berguna! Pengantin priamu kabur, dan sekarang kamu jadi bahan tertawaan orang banyak. Bahkan aku merasa malu untukmu. Bayangkan bagaimana perasaan Ibu dan Ayah." Setelah mengatakan ini, dia berbalik dan pergi.

Seluruh anggota keluarga Elis pergi satu per satu, meninggalkannya sendirian. Awalnya kedua orang tua Tio merasa bersalah, tetapi setelah menyaksikan reaksi keluarga Elis, semua rasa bersalah mereka lenyap.

"Bahkan orang tuanya sendiri tidak peduli padanya. Sepertinya pengantin wanita ini bermasalah. Tidak heran Tio ingin pergi."

"Ya, jika dia adalah pasangan yang baik, kenapa tunangannya sendiri meninggalkannya?"

"Mungkinkah dia berselingkuh? Kalau tidak, bagaimana bisa pengantin pria pergi begitu saja seperti tadi?"

Gumaman kritik dari para tamu di sekitar Elis semakin keras.

Tiba-tiba, terdengar suara berisik tidak jauh di dekatnya.

Saat menoleh, Elis melihat seorang pria berjas duduk sendirian di kursi roda. Pembawa acara tampak bingung saat memandang pria itu dan bertanya, "Di mana pengantin wanitamu?"

Elis menyeka air matanya saat dia menghentikan seorang anggota staf yang lewat dan bertanya, "Pria itu juga pengantin pria, kan? Di mana pengantin wanitanya?"

Anggota staf tersebut meliriknya dan menjawab, "Pengantin wanita tidak muncul. Kudengar alasannya karena dia tidak terima menikah dengan pria yang cacat."

"Selama ini dia menunggu kedatangannya di sini?"

Anggota staf itu mengangguk sebagai jawaban.

Pengantin pria yang berkursi roda itu menghadap ke arah Elis, dan jarak mereka cukup jauh. Dia tidak bisa melihat ekspresinya, tetapi dia mengerti betapa sakitnya ditinggal sendirian.

Mereka berdua sama-sama jiwa malang yang ditinggalkan.

Setelah beberapa saat merenung, pandangan penuh tekad terlihat di mata Elis.

Dia telah mencintai Tio selama tiga tahun, tetapi pria itu telah mengkhianatinya. Kenapa dia harus tetap setia padanya? Dia menyadari dia sama sekali tidak perlu bersama Tio.

Ketika dia tiba-tiba berdiri, para tamu yang tadi berbisik dan mengejeknya terdiam. Semua mata langsung terfokus padanya saat Elis mengangkat ujung gaunnya dan dengan percaya diri berjalan menghampiri pria berkursi roda itu.

Pemandangan seorang pengantin wanita dengan gaun pengantin berwarna putih mendekat membuat para tamu pengantin pria itu sama-sama tercengang.

Mendengar suara gemeresik gaun Elis, pria berkursi roda itu berbalik secara perlahan.

Elis berhenti dan menatap pria tampan di hadapannya, kilatan keterkejutan terlihat di matanya. Kemudian, dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Halo, kudengar kamu sedang membutuhkan seorang pengantin wanita. Pengantin priaku baru saja meninggalkanku. Bagaimana kalau kita menikah?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku