/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
Di sebuah rumah sederhana nan nyaman, pepohonan hijau rindang dan bunga-bunga warna-warni menghiasi halaman depan. Terletak di pinggiran kota, rumah itu tampak asri-tempat penuh kedamaian untuk sebuah keluarga kecil.
"Aish, Kakak curang! Kakak sudah jauh, pion Fio malah terus turun!" seru Fiona dengan nada kesal.
"Itu karena Kakak pintar," sahut Fillio dengan bangga, hidungnya terangkat sedikit.
"Narsis!" Fiona mencibir, tangannya menyilang di dada.
"Kenapa pion Fio selalu dimakan ular, sih? Ihh, sebel!" protesnya lagi.
"Mungkin ularnya suka sama Fio."
"Ihh, amit-amit! Fio takut sama ular. Kalo kucing Fio suka," katanya dengan lidah cadel yang mengundang senyum.
"Suka Fio, bukan cuka," koreksi sang kakak dengan tegas.
"Ihh, Kakak! Terserah Fio dong mau bilang apa!"
Dari dapur, Freya hanya bisa menggeleng sambil tersenyum kecil mendengar celoteh si kembar. Tangannya sibuk menyiapkan camilan dan dua gelas susu hangat untuk buah hatinya.
Freya Amalia. Seorang ibu muda berusia awal dua puluhan, dengan tinggi sekitar 160 cm, bermata cokelat hangat, dan rambut panjang yang selalu ia ikat kuda saat di rumah. Wajahnya manis, begitu memesona hingga tetangga dan teman kerjanya sering menjulukinya "Barfien"-karena wajahnya mirip dengan aktris ternama Thailand.
"Ayo, sayang, istirahat dulu. Minum susu dan makan camilan, ya," ucap Freya lembut sambil meletakkan nampan di meja.
"Yee... minum susu!" seru Fiona, langsung berlari menyambut.
"Hey, bantuin Kakak beresin dulu mainannya, dong!" panggil Fillio sambil menatap adiknya yang kabur begitu saja.
"Kakak sendiri aja deh! Fio mau minum susu!" jawab Fiona sembari nyengir, suara cadelnya membuat Freya tertawa kecil.
"Fiona, nggak boleh gitu, Sayang. Tadi kan mainnya berdua. Sekarang beresinnya juga harus sama-sama, ya."
"Tapi Fio udah haus, Mom..."
"Bantu Kakak dulu sebentar, baru kita minum susu bareng. Oke?"
Fiona menatap Freya, lalu mengangguk pelan. "Oke deh, Mom..."
Freya selalu berusaha adil. Meskipun kadang si kembar bertengkar atau menangis, ia tak pernah lelah menjadi penengah yang sabar. Mungkin capek, mungkin pusing, apalagi menghadapi Fiona yang selalu aktif, tapi kasih sayangnya tak pernah berkurang.
Si kembar adalah segalanya.
/0/24620/coverorgin.jpg?v=725947fa3b097626db0d0373481740c4&imageMogr2/format/webp)
/0/2708/coverorgin.jpg?v=1544f1ea2527345627d1471c3bb8168b&imageMogr2/format/webp)
/0/8261/coverorgin.jpg?v=37d28305a1bae5878e550791b15c2e99&imageMogr2/format/webp)
/0/21929/coverorgin.jpg?v=581cb9cecd80f4df23d756a46712c2f8&imageMogr2/format/webp)
/0/2296/coverorgin.jpg?v=2008866c80d36e4e1adae0ee504febcc&imageMogr2/format/webp)
/0/5243/coverorgin.jpg?v=2fb2e20e62d5ea065f773049861dd861&imageMogr2/format/webp)
/0/18446/coverorgin.jpg?v=27b73657c0d70b191e06621a77e319a7&imageMogr2/format/webp)
/0/20632/coverorgin.jpg?v=19469340177cae0fce27231fd5495320&imageMogr2/format/webp)
/0/7258/coverorgin.jpg?v=077149da20fcc935cb13d7d84611ef3e&imageMogr2/format/webp)
/0/20345/coverorgin.jpg?v=a02a7c4de4910123e4cceb4564090bc4&imageMogr2/format/webp)
/0/6947/coverorgin.jpg?v=b3f96f717c85327f329ec3cbdbaf42c6&imageMogr2/format/webp)
/0/9966/coverorgin.jpg?v=d67e4f318c955a96a840db011a89bc29&imageMogr2/format/webp)
/0/14204/coverorgin.jpg?v=093bf1e17e86ae254be707cc7cf7cfe2&imageMogr2/format/webp)
/0/3033/coverorgin.jpg?v=5649f195c4b1728b9f5e17557a743f86&imageMogr2/format/webp)
/0/15590/coverorgin.jpg?v=35fd20b0094463cb5e66752595faf011&imageMogr2/format/webp)
/0/20775/coverorgin.jpg?v=37c962090e42cfdd88a08b0d03185d8b&imageMogr2/format/webp)
/0/12886/coverorgin.jpg?v=317e7d246b47c0397da1e96dda29d196&imageMogr2/format/webp)
/0/19676/coverorgin.jpg?v=196c69bd67dd3749b9c2cc6f107083e1&imageMogr2/format/webp)
/0/8904/coverorgin.jpg?v=5870844ca746c5f82b880fe9d7786a42&imageMogr2/format/webp)