/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
Moana berjalan lambat di Kota North Port yang gelap. Langkahnya terkadang terhenti karena kakinya yang bersepatu hak tinggi itu tersendat karena lecet di bagian belakang.
"Uh! Kemiskinan ini melelahkan," lirihnya sembari melanjutkan perjalanannya menuju sebuah gubuk reot dekat pelabuhan. "Hari sudah gelap tapi kenapa lampu-lampu jalan masih padam!" Matanya melirik ke atas dan sadar jika banyak lampu yang mati bahkan lebih banyak dari malam sebelumnya.
Dia terus berjalan hingga tiba di depan rumah tuanya kemudian membuka pintu kayu setelah memutar kunci. "Aku lelah!" kesalnya sambil melangkah masuk ke dalam rumah yang lampunya sudah putus sejak dua hari yang lalu. "Aku harus cari jalan untuk kaya," gumamnya.
Nafasnya terdengar terengah karena dadanya yang sesak setelah kemiskinan ini membuatnya terpuruk.
Tak ada nasi di meja makan dan sepotong roti pun tak mampu dibeli. Matanya perlahan meneteskan air mata dan tangannya yang biasa penuh dengan lembaran uang kini hanya hampa tanpa makna.
"Aku harus bagaimana sekarang?" bisiknya sambil duduk di atas lantai tanpa alas. "Aku harus cari cara untuk bertahan hidup." Ucapnya berkali-kali sambil terus memutar isi kepalanya berharap menemukan jalan yang dia cari. "Aku harus bagaimana?" Air matanya semakin membasahi pipinya dan perlahan matanya pun terpejam.
Dalam tidurnya Moana melihat seberkas cahaya datang mendekat dan menyinari rumah tua tempatnya kini berada.
Dia hanya bisa terdiam sambil berbaring lemas karena belum makan sejak kemarin. "Siapa mereka?" ucapnya dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
Dua orang wanita berambut putih sepinggang lalu mendekatinya kemudian mengulurkan tangannya yang penuh keriput namun sangat hangat ke arah Moana. "Bangunlah," ucapnya lembut dan Moa segera meraih uluran tangan itu.
"Kalian siapa?" tanya Moa yang tak mengenali keduanya.
"Katakan padaku apa yang kau mau?" ucap salah satu dari wanita tua itu dengan suara yang lembut.
"Tapi kalian siapa?"
"Jangan banyak tanya. Tak penting siapa kami. Katakan saja apa yang kau mau dan aku akan membantumu,"
Moa terdiam sesaat. Isi kepalanya mulai berputar dan perasaan lapar yang sangat membuat bibirnya segera bergetar. "Aku mau kaya. Miskin membuatku sangat susah dan aku tak bisa apa-apa dengan keadaan ini!"
"Kau mau kaya," Nenek tak diundang itu terkekeh. "Itu mudah untuk kami!"
"Mudah?" Moa mengernyitkan keningnya lalu menghela nafas berat. "Tapi tidak untukku!"
"Psst! Kau bawa kan alat untuk membuat Money Bowl," bisik Nenek yang berada dekat dengan Moa pada temannya.
"Iya, aku bawa!" Dia lalu berdiri sambil melebarkan senyumannya pada Moa yang memang sudah dia perhatikan gerak-geriknya sejak seminggu belakangan ini.
"Money Bowl?!" Moa tertegun mendengar ucapan tamunya itu.
"Benar ini namanya Money Bowl! Kau akan kaya dengan benda ini!"
"Bagaimana caranya?"
"Akan aku ajarkan padamu caranya dan dengan Money Bowl kau akan dapat uang dengan mudah, tapi kau harus janji ini tak boleh kau gunakan sembarangan!" ucap salah satu nenek dengan suara lembut namun sangat tegas.
"Baiklah, katakan padaku,"
Nenek yang satunya lalu meraih mangkok kosong usang milik Moa kemudian mengisinya dengan garam, beras dan beberapa lembar kayu manis yang dia bawa kemudian meletakkannya di depan Moa.
"Setelah semua masuk kini giliranmu mengucap mantra," tambah Nenek sihir itu kemudian temannya membisikkan mantra yang dimaksud.
"Aku harus mengucapkan mantra itu?"
"Iya, katakanlah. Aku akan berbisik agar tak ada orang yang aku katakan. Ini sangat rahasia jadi kau tak boleh mengatakannya kepada sembarangan orang!"
"Kau yakin aku bisa kaya hanya dengan mangkok jelek dan benda-benda yang kau bawa?"
/0/15060/coverorgin.jpg?v=186205408f203f5ce4501784bff6c570&imageMogr2/format/webp)
/0/16835/coverorgin.jpg?v=20250911154134&imageMogr2/format/webp)
/0/16644/coverorgin.jpg?v=c00f599b8ec08b1b6ed69463abb68eb4&imageMogr2/format/webp)
/0/20147/coverorgin.jpg?v=094d6dee3fe128eb23ca338f58cea767&imageMogr2/format/webp)
/0/3092/coverorgin.jpg?v=6017a83f5795db14f6aeff4606c5d9c3&imageMogr2/format/webp)
/0/5309/coverorgin.jpg?v=318edda748a512baafbab30c446567be&imageMogr2/format/webp)
/0/4019/coverorgin.jpg?v=e1ef4fa87eee2dc58998acc3365705d4&imageMogr2/format/webp)
/0/3467/coverorgin.jpg?v=526864a4342f26f6a9b70352d999bf13&imageMogr2/format/webp)
/0/3822/coverorgin.jpg?v=5116589108a57a18ef2dd8e2017914b3&imageMogr2/format/webp)
/0/7429/coverorgin.jpg?v=84e91445dd5a8d6ad3350ad2d733146b&imageMogr2/format/webp)
/0/13816/coverorgin.jpg?v=dcd375df5c7eb6ce2b672d32a556e176&imageMogr2/format/webp)
/0/20601/coverorgin.jpg?v=c767a518547a1a5362b5171616e93730&imageMogr2/format/webp)
/0/20602/coverorgin.jpg?v=d75af516ce6fb953d1ae24f7069b49dd&imageMogr2/format/webp)
/0/21102/coverorgin.jpg?v=c55ab420031c6a689fe09783289427aa&imageMogr2/format/webp)
/0/29626/coverorgin.jpg?v=d8cac33ef2d543b9f1242d18eecb9f24&imageMogr2/format/webp)
/0/30174/coverorgin.jpg?v=3fce10af200491cc19356ae3f7a2b9fa&imageMogr2/format/webp)
/0/29976/coverorgin.jpg?v=d1d4433cdd5df3d4b63172c66fabef97&imageMogr2/format/webp)
/0/17756/coverorgin.jpg?v=67f8281776458874bdf9be3e50b257a5&imageMogr2/format/webp)