Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Salma baru saja duduk ketika teriakan itu mendekat. Jantung Salma berdebar ketika melihat beberapa lelaki masuk ke dalam rumah duka.
"Kenapa tidak bilang kalau Ibuk meninggal, Mas?"
"Aku sudah mencoba menghubungi komandanmu, Gil, tetapi ...."
"Alasan!"
Tiga pria itu masuk ke dalam rumah dengan kasar. Mereka bertiga berteriak bersamaan dengan untaian air mata. Salma yang duduk di lantai dengan ibu-ibu Sekar Langit berpandangan takut dan resah, mereka bingung harus melakukan apa.
"Aku mau melihat wajah Ibuk!" teriak pria yang memakai seragam tentara. Dia berdiri di samping jenazah yang sudah dikafani dengan sempurna.
Salma memandang Bu Tris, anggota Sekar Langit yang paling senior. Bu Tris mengedikkan kepalanya kepalanya kepada Salma agar ikut dengannya.
Aduh! Salma tidak bisa mengelak lagi, dia pun segera mengikuti Bu Tris berdiri dan mendekati tiga pria yang nampak tegang itu.
"Boleh, Mas. Jenazah Ibu boleh dilihat dan dicium, tetapi air matanya jangan sampai kena Ibu, ya?" kata Bu Tris tegas. Perlahan Bu Tris membuka tali pengikat kafan di bagian kepala. Beliau menyibakkan satu persatu kain kafan yang menutupi wajah jenazah, diiringi dengan isak tangi ketiga pria yang sepertinya putra Sang Ibu.
Salma berdiri dengan kaki, tangan dan tubuh gemetaran. Dia berusaha untuk tidak melihat wajah jenazah yang tadi dimandikannya. Salma berusaha bersembunyi di belakang tubuh Bu Tris, tetapi entah kenapa Salma merasa sedikit penasaran. Dia ingin melihat wajah jenazah.
"Sampun, Mas, (Sudah, Mas,)" kata Bu Tris perlahan. Salma menjengit. Dia mengintip dari balik tubuh Bu Tris untuk melihat wajah jenazahnya.
Oh! Salma nyaris berteriak ketakutan ketika melihat melihat wajah jenazah itu. Oh ... tidak ... tadi wajahnya tidak seperti itu. Wajah jenazah itu tadi bersih dan normal, bahkan terlihat cantik, tetapi sekarang wajah itu tampak hitam legam, seperti bekas terbakar dan di beberapa bagian wajah itu kulitnya nampak begitu kering sehingga merekah dan mengeluarkan cairan kemerahan yang berbau anyir.
"Kenapa Ibu saya seperti ini, Bu?"
"Apa yang terjadi? Kenapa Ibu jadi seperti ini?"
Ketiga pria itu mulai menjerit histeris dan menangis lagi. Salma mendongak dan .... Salma menjerit panjang ketika melihat wajah ketiga pria itu sama persis dengan wajah jenazah didepannya. Hitam, kering dan ada beberapa bagian kulit yang merekah dan mengeluarkan cairan yang berbau amis.
"Salma ... Salma ...." Bu Tris memanggil Salma yang terus berteriak.
Salma bergidik merasakan Bu Tris memegang tangannya. Tangan Bu Tris terasa begitu kasar dan sedikit lengket. Salma melihat tangan Bu Tris dan menjerit lagi ... oh, tangan Bu Tris sama persis dengan wajah jenazah di depan Salma. Tangan Bu Tris kehitaman dan begitu kering, sehingga kulitnya pecah-pecah dan ....
Salma nyaris muntah ketika tangan Bu Tris mengeluarkan cairan kemerahan dan mengenai tangan Salma. Ternyata cairan itu panas dan sangat lengket. Salma mencoba melepaskan tangan Bu Tris tetapi tidak bisa.
"Kenapa, Ma?" tanya Bu Tris.
Salma mendongak dan melihat wajah Bu Tris sama persis dengan wajah jenazah ketiga pria di depannya,
kehitaman dan mengeluarkan cairan busuk. Salma menangis histeris.
"Siapa kamu? Lepaskan aku! Lepaskan!" Salma berteriak sambil mencoba melepaskan tangan Bu Tris yang sekarang mencengkeram tangannya. Tetapi cengkeraman tangan Bu Tris begitu kuat, sehingga tangan Salma lengket dan penuh dengan cairan anyir yang keluar dari kulit Bu Tris.
"Ma ... Salma ... Istighfar, Ma!" Salma merasakan bahunya digoncang.