/0/26439/coverorgin.jpg?v=ecd29a2007477a657f9164537df95b96&imageMogr2/format/webp)
Prolog
Aku berani bersumpah bukan aku yang memulai!" bantah Zehra tercekat sesenggukan dengan air mata yang mulai mulai mengalir di pipi.
"Nggak ada untungnya buat dia berbohong sama aku."
"Ada!!" jerit Zehra, "Kamu jelas tahu kalau dari awal dia benci sama aku,, dia ingin menyingkirkanku...."
"Wah...Kamu pikir kamu seberharga itu? Kamu nggak lebih dari pelacur yang aku tarik dari klab malam untuk aku simpan... apa kamu setamak itu, sampai terima dia juga? Apa dia membayar kamu lebih besar dari yang aku tawarkan? Berapa? Berapa yang harus aku tambahkan biar kamu cukup sama aku, hah?! Berapa?!
Zehra mulai panik ketika Javas melepas kemejanya, "Mau... Apa kamu?"
Dengan takut Zehra beringsut di ranjang mencoba sejauh mungkin dari Javas.
"Yah...Aku sudah pernah bilang kan?", lelaki itu tersenyum kejam sambil mulai melepas ikat pinggangnya, tatapan matanya nyalang terpaku pada Zehra yang berusaha bangun.
"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur!" desis Javas sarat penghinaan.
Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirJavas, “Aku mau dia,” gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.
Kalimat itu diucapkan dengan nada datar yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Zehra merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan menurunkan rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman.
Dengan gugup Zehra menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata coklat pekat sehingga nyaris gelap, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.
“Cepat kesana! Dia mau kamu,” Anggito si bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Zehra tidak cepat-cepat menuruti keinginan Javas, akan berakibat fatal.
Zehra mengernyit pada Javas, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.
Zehra mengabaikan siulan dan nada-nada sumbang yang terdengar, membuat ia mencebikkan bibirnya dan mencoba berjalan menuju pria itu dengan wajar.
“Apakah… apa..” Zehra berdehem karena suaranya begitu serak, “Apa Anda ingin dibawakan minuman?”
Javas menatap Zehra dalam seolah tak puas ia memindai penampilan Zehra dari bawah hingga atas lalu berhenti tepat pada belahan dada yang sedikit terbuka hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.
“Bawakan satu, minumanku yang biasa!”
Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan pria itu, minuman yang biasa. Tangan Zehra gemetar ketika menerima nampan minuman itu. Pasalnya bos menatap memperingatinya ditambah beberapa rekan kerjanya yang melirik ingin tahu, Zehra sadar dan tak nyaman menjadi subjek perhatian, Sebentar saja Zehra….., gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sedikit lagi tugasmu selesai …… setelah itu ia akan mengerjakan yang lain yang biasa ia lakukan, sedikit lagi….
Zehra mengucapkan kata-kata itu bagaikan melafalkan doa, dengan langkah hati-hati ia mendekati Javas yang duduk di sofa berbentuk U bersama beberapa teman prianya yang memiliki vibes yang sama.
Zehrameletakkan gelas dan sebotol bir di atas meja yang kelewat rendah mengharuskannya menunduk dalam.
Pandangan Javas tertuju pada Zehra dan memandangnya tajam.
“Duduk!” Javas menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.
Sekujur tubuh Zehra mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan penentangan, luar biasa sungguh arogan dan tak sopan!!
Ketika Zehra sibuk berdebat dalam hati, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk tepat di sampingnya, menuruti permintaan Javas. Sehingga dengan kaku Zehra menggeser sedikit memberi jarak yang pantas di sebelah Javas.
“Siapa namamu?” Javas menatap tajam ke arah Zehra, sama sekali tidak melirik gelas minuman tadi dipesan.
Zehra sudah terbiasa dengan pertanyaan ini, ia melirik Bosnya dan semakin yakin atas anggukan itu.
/0/17900/coverorgin.jpg?v=f1f2373bc8cacb04006479fe87f70548&imageMogr2/format/webp)
/0/16153/coverorgin.jpg?v=20240218183845&imageMogr2/format/webp)
/0/15179/coverorgin.jpg?v=382cab3baa2563080ea8e6828e564211&imageMogr2/format/webp)
/0/10786/coverorgin.jpg?v=20250122182835&imageMogr2/format/webp)
/0/22533/coverorgin.jpg?v=ac42a10c716b1b3cb93cf42b843fe60b&imageMogr2/format/webp)
/0/6529/coverorgin.jpg?v=cddeb0bc243bcef36794eb78d95cc4dd&imageMogr2/format/webp)
/0/24611/coverorgin.jpg?v=ec8a20c274b82dd9df63cf3f627d9889&imageMogr2/format/webp)
/0/16645/coverorgin.jpg?v=ef346df3b63e19bf964828ca82a1a7a0&imageMogr2/format/webp)
/0/7632/coverorgin.jpg?v=ce45d869568359bb87d6d808cb9c3e9e&imageMogr2/format/webp)
/0/22609/coverorgin.jpg?v=716779415ae18478e858361ac7dd49d4&imageMogr2/format/webp)
/0/30743/coverorgin.jpg?v=206a36a220d7e12db2205562ad6c9db6&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)
/0/6208/coverorgin.jpg?v=07ac3c4377f57d7fd0471ba83b4acb18&imageMogr2/format/webp)
/0/15074/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=20250123144703&imageMogr2/format/webp)
/0/26396/coverorgin.jpg?v=948f50f3180d2a821bc99b2cbb166d2b&imageMogr2/format/webp)
/0/16545/coverorgin.jpg?v=4f70e22dd60d7dd78ffb06b4e475bd0c&imageMogr2/format/webp)
/0/19437/coverorgin.jpg?v=10f7a26f993d2fbbc8598e531f76a716&imageMogr2/format/webp)
/0/2562/coverorgin.jpg?v=1c0bc876cf31e2917d8e16ad7eb33bc5&imageMogr2/format/webp)
/0/7843/coverorgin.jpg?v=fd5abd8393c59ee69f53adb1cf5258c0&imageMogr2/format/webp)