/0/10051/coverorgin.jpg?v=77e5cecb4311ca37c6777987f025b6a7&imageMogr2/format/webp)
Menghadiri pesta pernikahan Papa sendiri di saat umur yang sudah layak menikah mungkin terdengar sangat lucu. Tetapi itulah yang Raka alami. Di saat umurnya yang sudah memasuki kepala dua dan layak untuk menikah, tetapi ia harus melihat Papanya yang sudah sedikit berumur menikah dengan wanita yang masih muda. Raka sudah menolak pernikahan Papanya itu, tetapi dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal membuat pernikahan itu tetap berlangsung.
"Mengapa wajahmu kecut seperti itu? Apa kamu tidak menginginkan pernikahan ini?" tanya Satya, sahabat Raka.
"Kau tahu, harusnya aku yang ada di pelaminan dan menikah. Tetapi si tua bangka itu lebih mementingkan nafsunya saja," protes Raka tidak terima.
"Itu karena kau tidak memiliki kekasih, Raka. Tidak ada wanita yang betah menjalin hubungan denganmu, bukan?" ledek Satya dengan kekehan ringannya.
Raka tidak mendengarkan ucapan Satya itu lagi. Pandangannya fokus kepada seorang wanita ralat gadis yang berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu memiliki tubuh yang sangat seksi dan menggoda sekali. Dengan payudara yang menonjol di balik gaunnya yang tipis itu. Raka bisa menebak jika payudara gadis itu berukuran sangat besar sekali. Bahkan tangannya sendiri tidak akan bisa menangkup payudara itu.
Raka menelan salivanya saat gadis yang baru saja ia bayangkan ukuran payudaranya itu berdiri di depannya dan mengulurkan tangan ke arahnya.
"Haii, apa namamu Raka?" tanya gadis yang berdiri di depan Raka dan Satya.
Satya melirik ke arah gadis itu dan membelalakkan matanya saat melihat bentuk tubuh gadis itu yang terlihat sangat molek dan subur sekali. Ia memegang pundak Raka dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.
"Kamu mengenalku?" tanya Raka heran. Pasalnya ia tidak mengenal siapa gadis yang berdiri di depannya.
"Aku Aluna, adik tirimu," kata gadis itu memperkenalkan dirinya.
Raka dan Satya saling berhadapan saat mendengar ucapan gadis di depannya yang bernama Aluna dan mengenalkan dirinya sebagai adik dari Raka. Sebuah hal yang membuat Raka sangat terkejut sekali.
Raka menghela nafasnya dan kembali menatap Aluna. "Kau anak Diana?"
Aluna mengangukkan kepalanya dan tersenyum manis. Senyum yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya langsung jatuh hati termasuk Raka. Tetapi Raka langsung menepis pikirannya itu. Karena tidak mungkin ia jatuh hati kepada gadis yang merupakan anak dari Ibu tiri yang sangat ia benci itu.
"Mama Diana," koreksi Aluna. "Bukankah Papa Tio dan Mama Diana sudah menikah? Jadi kau harus memanggil Mamaku dengan sebutan Mama juga."
"Aku tidak akan sudi memanggilnya dengan sebutan Mama," kata Raka dengan tegas. "Dan aku juga tidak akan pernah menganggapmu sebagai adik tiriku. Karena aku tahu jika kau dan Mamamu itu hanya ingin menikmati harta Papaku dan menumpang hidup dengan kami. Jadi jangan pernah berharap jika hidupmu dan Mamamu yang murahan akan bahagia setelah ini."
Raka melangkahkan kakinya meninggalkan Aluna setelah mengatakan kalimat pedas itu. Kalimat pedas yang langsung keluar dari hatinya karena ia benar-benar tidak menginginkan pernikahan Papanya ini.
Aluna menatap kepergian Raka dengan senyum kecutnya. Harusnya sedari awal ia sudah mengetahui jika Raka tidak akan pernah menginginkan pernikahan ini, terbukti dengan Raka yang tidak pernah datang pada saat pertemuan menjelang pernikahan.
"Tidak usah memikirkan ucapan Raka barusan, Aluna. Dia memang seperti itu jika bertemu dengan orang baru. Tetapi sebenarnya dia sangat baik," kata Satya mengeluarkan suaranya setelah sedari tadi ia hanya diam saja.
Aluna mengalihkan pandangannya menatap ke arah lelaki yang berada di sebelahnya. Karena terlalu fokus dengan Raka, ia sampai tidak menyadari jika ada lelaki di sampingnya sedari tadi.
/0/20921/coverorgin.jpg?v=23715292097ca61d9f139215a1a906d2&imageMogr2/format/webp)
/0/6800/coverorgin.jpg?v=bb215ec44e5fcbdc9a77524e4a36d19c&imageMogr2/format/webp)
/0/7539/coverorgin.jpg?v=ed8fe97d5a9ca68a26b7170cd08632de&imageMogr2/format/webp)
/0/10339/coverorgin.jpg?v=7244edee781154bedeaf59222cc144ab&imageMogr2/format/webp)
/0/17522/coverorgin.jpg?v=550dee4eea939e661124be5b10e0dfae&imageMogr2/format/webp)
/0/23009/coverorgin.jpg?v=cec8733e53fa02909fb2287c0859722f&imageMogr2/format/webp)
/0/16899/coverorgin.jpg?v=fca4d450081232d9cc9b483d83197345&imageMogr2/format/webp)
/0/22626/coverorgin.jpg?v=485cd7b500a1ad06999626b76425f654&imageMogr2/format/webp)
/0/17802/coverorgin.jpg?v=f5003c6624880c47706b7f7a18f2466d&imageMogr2/format/webp)
/0/3565/coverorgin.jpg?v=e3cb0343bbd128c218a354b3ab719c21&imageMogr2/format/webp)
/0/6079/coverorgin.jpg?v=00a1f6c0c468fd46d51c37e5460a9c74&imageMogr2/format/webp)
/0/8366/coverorgin.jpg?v=7f911a9bc8a5fc1b2c82524542a66ba8&imageMogr2/format/webp)
/0/24879/coverorgin.jpg?v=0d67d7338b7cc49c969c5ad1a9444060&imageMogr2/format/webp)
/0/2377/coverorgin.jpg?v=67acf49fea73fef129ee87c869b4833f&imageMogr2/format/webp)
/0/10786/coverorgin.jpg?v=acca911ad3273c023b5b25527cb43fb0&imageMogr2/format/webp)
/0/15744/coverorgin.jpg?v=06abe3e55eacaf5d8b461595cbfda95e&imageMogr2/format/webp)
/0/17676/coverorgin.jpg?v=c838b304dcffa7016fddab1360bd3c1c&imageMogr2/format/webp)