/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
“Kapan kamu akan segera menikah? Usiamu sudah 25 tahun, Maryam.”
Maryam diam. Dia tak bisa menjawab pertanyaan ayahnya yang sudah berulang kali ditanyakan kepadanya.
“Jawab Maryam!”
Maryam menggeleng. Dia masih belum sependapat dengan kedua orang tuanya yang terus mendesaknya untuk segera menikah. Menganggap kalau usianya sudah tak bisa ditawar lagi untuk menolak menikah. Sementara Maryam masih belum menemukan laki-laki yang dia rasa tepat untuk menjadi imamnya
“Maryam?” Ibu memanggil lembut nama putri bungsunya itu.
“Bukannya aku tidak mau menikah, Ibu. Tapi—” Maryam menghentikan ucapannya sebelum dia menjelaskan alasannya.
Sungguh, dia tak bisa selalu menjadikan Tyas sebagai alasan dia tak tertarik untuk menikah cepat. Melihat kehidupan rumah tangga yang dijalani kakaknya dengan penuh perbedaan prinsip, membuatnya merasa muak dengan laki-laki yang tak sekufu dengannya.
“Tyas dan kamu berbeda. Dia terlalu idealis dalam berpikir,” Ibu mencoba memberikan penjelasan atas pemikiran Maryam yang selama ini selalu salah dalam memandang tentang pernikahan.
“Itulah alasannya mengapa aku mempelajari tentang filsafat, agar aku—”
“Agar kamu terus menutup pikiranmu tentang sebuah pernikahan, yang selalu kamu anggap sulit!” ucap Arga, memotong perkataan putrinya yang belum selesai disampaikan.
“Maka dari itu, pikiranmu tentang kehidupan jadi dipandang sempit olehmu. Hingga membuatmu menjadi orang yang jauh lebih idealis melebihi kakakmu!”
Maryam kesal, sangat kesal mendengar ucapan ayahnya. Dia merasa tidak terima dikatakan seperti itu. Dibandingkan dengan Tyas yang selalu dia anggap buruk, dan sekarang, ayahnya malah membuatnya menjadi terlihat lebih buruk dari Tyas.
“Sekarang, aku sudah tidak peduli dengan apapun alasanmu lagi tentang pernikahan. Aku akan menjodohkanmu dengan Abizar.”
Maryam terkesiap mendengar perjodohan tersebut. Kedua matanya langsung mendelik, dan dia hampir menolaknya kembali.
Tapi, dengan cepat Arga langsung mengatakan, “Kali ini, aku tidak ingin mendengar penolakan darimu lagi!”
Dia sudah sangat tahu, kalau Maryam akan kembali menolak untuk dijodohkan.
“Abizar?” Maryam menyebut nama itu dengan penuh kegelisahan.
“Iya, Abizar. Dia lulusan doktor, yang pastinya seorang laki-laki yang sudah memiliki masa depan.”
“Hanya karena dia seorang lulusan doktor, Ayah dan Ibu jadi ingin menjodohkannya denganku?” Maryam mulai kembali memprotes perjodohannya untuk yang kesekian kalinya.
“Kau dengar Ibu?” ucap Arga pada istrinya. “Itulah kelakuan putrimu yang satu ini.” Arga benar-benar sudah sangat mengenali sifat putrinya yang sering tidak menurut padanya, meski hanya dalam persoalan perjodohan saja.
Ibu menarik pelan nafasnya, dan menghembuskannya perlahan. Dia mencoba untuk tidak ikut terbawa emosi seperti suaminya, setiap kali bicara pada anak-anaknya.
“Besok malam, akan ada pertemuan dua keluarga. Antara keluarga Abizar dan keluarga kita.” Beritahu Ibu pada putrinya.
Maryam mulai merasa cemas, dan sungguh, dia benar-benar tidak ingin datang dalam pertemuan itu.
“Sepulang dari kampus, aku terbiasa mengikuti kajian agama setiap hari Selasa. Dan, kajian agama itu sampai malam.”
“Selama itu?” tanya Ibu, merasa heran.
Arga masih diam, sengaja untuk mendengar alasan Maryam, sampai sejauh mana putri bungsunya itu akan membuat sebuah karangan cerita.
“Ya, karena sebentar lagi mau bulan puasa. Jadi, kami akan mengadakan rapat untuk membuat kegiatan selama bulan Ramadhan nanti.”
/0/8865/coverorgin.jpg?v=b0f251fb5677da3a58746637023c4f5e&imageMogr2/format/webp)
/0/14518/coverorgin.jpg?v=eb9f14af7318c5e775b1c8541b257181&imageMogr2/format/webp)
/0/16816/coverorgin.jpg?v=ca17449bdd183df58328c8a1b4cf6182&imageMogr2/format/webp)
/0/6245/coverorgin.jpg?v=d535072e2917cb94d84c979ae309cb58&imageMogr2/format/webp)
/0/2620/coverorgin.jpg?v=811f9380fe506339a94017ee43b9d326&imageMogr2/format/webp)
/0/10056/coverorgin.jpg?v=cb813d8920d599ee124d3e5a3aef71fa&imageMogr2/format/webp)
/0/18576/coverorgin.jpg?v=f39a89fbf7849eeef25333734d70477a&imageMogr2/format/webp)
/0/17785/coverorgin.jpg?v=86dde25f3ab3d9f218ff50cc775f2d06&imageMogr2/format/webp)
/0/2763/coverorgin.jpg?v=c13d98027b5c9cb99c3bf8ee58e4bfd6&imageMogr2/format/webp)
/0/6457/coverorgin.jpg?v=5dd8743fe501710526e667bea827bd10&imageMogr2/format/webp)
/0/8008/coverorgin.jpg?v=79ba6ad4827ba7e37efa1231190f6ccd&imageMogr2/format/webp)
/0/14092/coverorgin.jpg?v=9d6ecb0c199c3a3451345bc2a722b7b2&imageMogr2/format/webp)
/0/28729/coverorgin.jpg?v=c633ef4c6b3b70c6acc2ffdbdfbb1bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/16699/coverorgin.jpg?v=ef38da27c5b45f8a4b46710eefac8e7c&imageMogr2/format/webp)
/0/17375/coverorgin.jpg?v=f5494a05a3dc42a3314fa0f160ba5c1f&imageMogr2/format/webp)
/0/16534/coverorgin.jpg?v=9783fb74ab4a42df0093da2e0e29ff1f&imageMogr2/format/webp)
/0/19473/coverorgin.jpg?v=5b35f08efb01ffdd89524973843cdcca&imageMogr2/format/webp)
/0/8783/coverorgin.jpg?v=af27107cbfc6acc2dcf03bdf570d81b2&imageMogr2/format/webp)
/0/6939/coverorgin.jpg?v=536d7981939f235022db29fa66b5db4a&imageMogr2/format/webp)
/0/10836/coverorgin.jpg?v=8d0975248f15c19e079103be94872283&imageMogr2/format/webp)