Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Daniel sedang bersantai di kantornya dan tiba-tiba ia dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis cantik bermata biru, hanya melihat sekilas dari wajah si gadis saja Daniel sudah bisa menebak kalau gadis itu sedang marah akan tetapi ia sendiri tidak mengetahui kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai membuat gadis yang kini sedang berdiri di depan meja kerjanya itu marah besar.
"Apa kau tidak punya sopan santun? Setidaknya kau harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke ruanganku.”
Gadis itu langsung melempar selembaran kertas yang sejak tadi dibawanya itu ke wajah Daniel. "Aku datang ke sini bukan untuk bersopan santun seperti yang kau inginkan. Tuan Myers. Kau adalah seorang pengusaha berengsek yang tidak punya hati sehingga kau tidak pantas untuk mendapatkan penghormatan dariku.”
"Apa? Coba ulangi lagi kata-katamu.”
"Selain angkuh, sombong dan berengsek ternyata kau juga tuli rupanya. Aku paling benci dengan orang jahat sepertimu seharusnya kau ditendang ke neraka, dasar berengsek!! Jangan mentang-mentang kau adalah pemilik gedung apartemen MYS sampai kau tega melakukan penggusuran,” maki Alice tanpa basa-basi karena ia sudah sangat emosi kepada lelaki berwajah dingin yang sedang duduk di kursi kekuasaannya.”
"Jadi kau datang ke sini lalu memaki diriku hanya untuk memprotes penggusuran gedung apartemen tua itu? Besar sekali nyalimu, Nona.”Emosi Daniel terpancing sudah karena harga dirinya telah diinjak-injak oleh seorang gadis rendahan yang tidak ia kenal.
"Tentu saja aku berani melakukan protes karena gedung itu adalah satu-satunya tempat tinggalku dan aku minta kepadamu untuk segera membatalkan penggusuran apartemen itu atau--”
"Atau apa, hah?! Aku adalah pemilik gedung apartemen tua itu dan itu adalah hakku jika aku ingin merobohkannya ataupun menjualnya, lebih baik tutup saja mulutmu itu lalu tinggalkan kantorku sekarang juga sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu pergi dari sini," ancam Daniel cepat setelah ia memotong kata-kata Alice.
Namun, Alice hanya berdiri mematung sambil menatap Daniel dengan tatapan tajam penuh kemarahan. “Aku tidak akan pernah menyerah dan aku akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan gedung apartemen itu.”
"Oh, benarkah? Silahkan saja, kau bisa menggunakan semua kemampuanmu untuk menghalangi penggusuran itu tapi aku tidak yakin kalau kau bisa menghalangi rencanaku. Aku bukanlah tipe orang yang bisa ditundukkan dengan mudah, Nona ….” Daniel menghentikan kata-katanya karena ia tidak tahu nama gadis yang sedang berdiri di hadapannya sekarang ini, tatapan mata Daniel kini tertuju ke arah name tag yang terpasang di baju Alice sehingga Daniel kini mengetahui nama lengkap gadis yang dianggapnya gila itu.
“Nona Alice Morgan, nama yang sangat bagus tapi tidak dengan sikapmu. Sekarang cepat pergi dari kantorku,” usir Daniel.
Alice membalikkan badan kemudian ia pergi meninggalkan kantor Daniel dengan emosi yang masih membara, ia bersumpah akan berjuang mati-matian untuk mempertahankan gedung yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama 25 tahun ini dan tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup Alice.
“Shit!! Dasar gadis gila tidak berpendidikan, berani sekali dia berkata kasar kepadaku. Lagi pula siapa juga yang menggusur penghuni apartemen tua itu? Kenapa gadis itu seperti orang kesetanan padahal aku tidak mengeluarkan perintah untuk menggusur gedung?“ Daniel mengomel kesal sekaligus penasaran, lelaki itu membaca selebaran kertas yang dilemparkan oleh Alice ke wajahnya tadi.
"Kenapa surat penggusuran ini mengatasnamakan aku? Siapa orang yang berani menggunakan namaku untuk melakukan hal gila ini?”Daniel memutar otaknya dan di dalam pikirannya terlintas satu nama wanita yang selama ini sudah membuatnya jengah dan muak
"Helena … pasti Helena, wanita itu selalu saja melakukan semua yang diinginkannya bahkan sekarang dia bisa bertindak sejauh ini dengan memalsukan namaku untuk melakukan penggusuran gedung apartemen itu. Gedung itu sangat penting bagi keluarga Myers, aku harus menghentikan wanita itu dan aku akan membatalkan keputusanku untuk mengalihkan gedung itu atas nama Helena atau aku akan mendapat masalah besar nantinya,” ujar Daniel.
Daniel membuka laci lalu diambilnya sebuah dokumen yang tersimpan di dalam amplop cokelat kemudian ia segera pergi meninggalkan kantornya.
****
I jam kemudian.
"Cepat tanda tangani surat cerai itu," titah Daniel setelah melemparkan sebuah berkas dokumen ke atas meja rias Helena.
Jari-jari lentik Helena seketika terhenti saat ia sedang memoles bibir mungilnya dengan lipstik warna merah terang. "Surat cerai? Apa kau sekarang ini sedang mabuk?"
"Aku tidak sedang mabuk dan aku sepenuhnya sadar," sanggah Daniel.
"Lalu kenapa tiba-tiba kamu memberiku surat cerai untuk ditandatangani?" Helena menatap tajam wajah Daniel melalui cermin riasnya.
"Kamu sudah tahu jawabannya, bukan? Sudah tidak ada lagi kecocokan di antara kita berdua dan alasan yang utama ada—"
"Masalah anak, bukan? Kita berdua sudah berkali-kali membicarakan tentang masalah ini, Daniel! Dan kau mengatakan akan memberiku kesempatan dengan terus mencobanya," potong Helena cepat.
"Aku sudah menepati ucapanku untuk memberimu kesempatan dan maafkan aku, aku tidak bisa lagi memberikanmu kesempatan karena di satu sisi aku juga sangat membutuhkan seorang pewaris kerajaan bisnisku, Helena. Usiaku akan terus bertambah dan aku tidak mau membuang-buang waktuku untuk terus menunggu seorang pewaris yang tak kunjung hadir," ujar Daniel.
BRAKKK!
Helena menggebrak meja riasnya dan menyebabkan botol-botol parfum serta skincare-nya berjatuhan. "Sampai mati pun aku tidak akan pernah mau menandatangani surat cerai darimu, Daniel. Aku tidak mau bercerai darimu," tegas Helena.
Helena berbalik cepat menghadap Daniel dan menatap suaminya penuh kemarahan. "Memangnya selama ini kau anggap aku apa?! Aku istrimu yang sah dan aku bukan mesin pencetak anak, seharusnya kau bisa sedikit bersabar dan menunggu sampai aku bisa melahirkan keturunan untukmu," protesnya.