Skandal Calon Adik Ipar

Skandal Calon Adik Ipar

Putu Amerta

5.0
Komentar
4.1K
Penayangan
31
Bab

Rafael seorang pengusaha sukses yang statusnya seorang tunangan Dhea. Dia melakukan perjalanan bisnis ke thailand. Namun ketika di bangkok rafa tanpa sengaja bertemu dengan arin seorang calon adik iparnya. Saat di Bangkok Rafa membantu Arin, mulai dari memperbaiki ponsel, hingga mengurus paspor nya yang hilang ke KBRI. Kedekatan mereka pun berlanjut, dan benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya. Seketika Rafa mulai goyah dengan pertunangannya. Karena rasa cintanya kepada Arin terjadi begitu saja tanpa ia kendalikan. Namun Arin menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak bisa bersama Rafa, karena statusnya sebagai calon adik ipar. Ia menjaga perasaan Dhea sang kakak. Suatu ketika Arin mengetahui bahwa ternyata Rafa memutuskan pertunanganya dengan Dhea karena alasan dirinya. Sejak saat itu ia membenci Rafa, namun di satu sisi cintanya kepada Rafa tidak bisa dibohongi.

Bab 1 Breath

BREATH

Bab 1

Arin tiba di Swarnabhumi Airport, airport ini tergolong besar dan masih baru. Arin berjalan sesuai penunjuk arah, tertulis jelas dalam bahasa Thai dan English. Petugas imigrasi disini terkesan tidak profesional dan agak lambat menjalankan tugasnya.

Setelah pemeriksaan selesai, Arin menarik koper hitam milik menuju Area bandara bersama pengunjung lainnya. Arin mengalihkan tatapnya ke salah satu petugas avsec yang sedang memeriksa para penumpang. Tidak jauh berbeda dari Indonesia menurutnya.

Arin menatap layar handphone miliknya, dan lalu duduk disalah satu kursi tunggu. Arin lalu menekan layar kamera, untuk menjadikan kenang-kenangan menandakan keberadaanya di Bangkok. Arin masih menikmati suasana baru, ia memperhatikan satu persatu para pengunjung bandara. Sejujurnya ia sama sekali tidak mengerti bahasa Thai, apalagi gaya tulisan yang lebih mirip cacing membuatnya pusing menerjemahkannya. Percuma saja ia membawa kamus berbahasa Thai yang ia beli di Melbourne.

Arin lalu berdiri, melangkahkan kakinya, dan tanpa sengaja tubuhnya tersengkur kelantai, dan handphone yang digenggamnya terlempar jauh. Terdengar benturan handphone dan ubin, handphone itu hancur berderai, softcase dan layar ponsel miliknya ia pastikan retak parah.

Arin meringis menahan sakit di tubuhnya, sungguh ini merupakan pengalaman paling memalukan di tengah-tengah area bandara. Jatuh yang ia alami sama sekali tidak cantik, dengan posisi tengkurap mencium ubin.

"Hey, sorry, I'am so sorry" .

Arin dengan cepat membenarkan posisinya, ia ingin menangis melihat handphone miliknya lebih mirip kepingan puzzle. Suara itu begitu khas, berat dan serak-serak basah. Mendengar suara itu ia seperti mendengar suara Bebi Romeo. Arin lalu mengalihkan tatapannya kearah sumber suara.

"Arin".

Arin menatap laki-laki dihadapannya. Laki-laki itu tampan, itu yang pertama kali yang ada dibenakknya. OMG ia mengenal laki-laki itu, ia tidak percaya ia bertemu disini. Laki-laki itu malah mengenalinya terlebih dahulu.

"Rafael" kata itu meluncur dengan sendirinya.

"Kamu tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Tanya Rafa. Ia memperhatikan tubuh Arin, ia memastikan tidak ada terluka sedikitpun ditubuhnya.

Rafa mengenal wanita berparas cantik itu. Pertama kali ia lihat bahwa itu adalah Arin, calon adik ipar. Dulu Rafa, mengenal Arin saat Arin masih kecil, kira-kira ia masih duduk di sekolah dasar, dan sekarang tumbuh sebagai wanita dewasa. Oh Tuhan, kenapa Arin tumbuh begitu cantik, kulitnya pucat seperti porselen, tidak pernah disentuh. Matanya begitu bening dan hidungnya mancung.

"Saya tidak apa-apa, kesayangan, kenapa bisa hancur begini" Arin melangkah mendekati ponsel miliknya, ia memunguti satu persatu kepingan-kepingan ponsel miliknya.

Kesayangan? Ternyata Arin menyebut ponsel itu dengan kata kesayangan. Rafa ingin tertawa, Rafa lalu mendekati Arin, dan ikut berjongkok memunguti kepingan-kepingan ponsel Arin yang hancur berderai. Diliriknya lagi Arin dihadapannya.

"Maaf, saya akan mengganti ponsel baru untuk kamu" ucap Rafa mencoba memberi solusi.

Sesungguhnya kejadian tadi bukan salah ia sepenuhnya. Arin lah yang tidak melihat arah tujuannya, Arin lebih asyik dengan layar ponsel itu. Sehingga menyebabkan adegan tebarkan itu.

"Tapi, disini banyak foto-foto saya".

"Yasudah nanti kita ke konter, saa yakin pihak konter tahu cara memindahkan foto-foto kamu itu" Rafa lalu berdiri, dan kembali menatap Arin.

"Kamu kenapa bisa ada disini, Arin?" Tanya Rafa.

"Liburan" ucap Arin ia malah menyengir.

"Sendiri?".

"Iya dong, sama siapa lagi".

"Liburan sendiri itu tidak baik, kalau terjadi apa-apa bagaimana? Ini Bangkok loh" ucap Rafa, lalu duduk dikursi tunggu, diikuti juga oleh Arin.

"Tapi, saya sudah biasa kok. Kamu kenapa ada disini?".

"Saya ada urusan kerja" ucap Rafa.

"Jadi gimana, handphone saya?".

Rafa lalu beranjak dari duduknya, "Yasudah, ayo kita cari konter handphone,".

Arin tersenyum, ia lalu beranjak mengikuti langkah Rafa. "Yes, handphone baru" gumam Arin dalam hati. Ia tersenyum bahagia.

*****

Rafa menghentikan taxi di hadapannya, dan lalu masuk bersama Arin. Arin dan Rafa hanya diam, ketika sang supir bertanya kepada mereka. Sumpah demi bumi dan langit, supir itu gunakan bahasa Thai.

Rafa dan Arin hanya melongo tidak percaya. Rafa mencoba menggunakan bahasa inggris untuk menujukkan arah tujuannya. Tapi percuma sang supir sama sekali tidak mengerti bahasa inggris.

"Supirnya tidak mengerti bahasa Inggris".

"Iya, dia tidak mengerti" ucap Rafa, membenarkan ucapan Arin.

Rafa mengeluarkan ponsel miliknya, ia lalu mencari google. Menandakan keberadaanya, dan mencari hotel terkenal di Bangkok. Ia harus berterima kasih kepada Google, yang telah menciptakan mesin pencarian begitu canggih dan serba cepat.

Rafa lalu memperlihatkan gambar itu kepada sang supir. Supir itu tersenyum, dan mengangguk. Ia lalu menyalakan mesin mobil dan meninggalkan area bandara.

"Kamu katanya urusan kerja. Kamu tidak dijemput sama klien" tanya Arin.

"Disini saya adalah pihak kedua, saya yang mesti membuat kerja sama dengan klien tersebut. Jadi saya lah pihak harus berkorban untuk mendapatkan kerja sama itu".

"Owh, begitu. Jadi pihak kedua, jadi sekarang kamu mau kemana?" tanyanya lagi.

Rafa kembali menatap Arin, "Mestinya, saya yang harus tanya begitu kepada kamu. Kamu mau kemana setelah ini".

"Saya sih mau cari homestay gitu, biar hemat dan seru".

"Hey, Arin ini bukan Bali. Ini jangan sekali-sekali jadi backpaker bahaya".

Arin tersenyum, ia melirik Rafa, ia sudah memperkirakan bahwa Rafa berkata seperti itu. Tidak ada salahnya ia memanfaatkan Rafa di Bangkok, "Yasudah, saya ikut kamu saja ya, biar tambah irit. Kamu tenang saja, saya tidak ganggu kerjaan kamu".

"Iya, bersama saya, kamu lebih aman" timpal Rafa.

Arin tertawa, "kamu, baik deh".

Rafa ikut tertawa, ia kembali menatap Arin, tawa itu begitu cantik. Ia lalu menatap kedapan. Membiarkan Arin dengan pikirannya.

******

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Putu Amerta

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku