/0/20257/coverorgin.jpg?v=d895fe5a67d001708f299466b8794622&imageMogr2/format/webp)
Pesta pernikahan mewah baru saja digelar, aku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang Dimas Mahardika, laki-laki tampan dan juga mapan yang baru saja menghalalkanku.
Yah, apa lagi yang aku cari dari Mas Dimas, sudah ganteng pekerja keras, memiliki karir yang bagus dan yang paling penting dia mengerti agama. Aku berharap Mas Dimas bisa membimbingku hingga ke jannah-Nya.
Aku bisa melihat kebahagiaan di wajah Papa dan Mama saat melihat putri tunggalnya telah menikah dengan orang yang tepat.
Walaupun sebenarnya aku dan Mas Dimas belum lama kenal, yang membuat aku yakin, Mas Dimas tidak mengajak aku untuk pacaran tapi melainkan langsung menikah. Siapa yang bisa menolak, dinikahi pria mapan dan juga tampan seperti Mas Dimas.
Aku dan Mas Dimas turun dari mobil pengantin dan langsung masuk ke dalam rumahku, aku mengajak Mas Dimas untuk masuk ke kamarku.
Kami belum merencanakan bulan madu, karena waktu cuti Mas Dimas tidak panjang. Sehingga bulan madu kita tunda dulu.
"Ini kamarku Mas yuk masuk!" Ungkapku saat di depan pintu kamar, sambil mempersilahkan suami ku masuk. Rasa bahagia membuncah di dadaku, tak kupungkiri memang aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya.
"Eh iya, terima kasih," ungkapnya agak canggung. Mas Dimas beristirahat sejenak di tempat tidur, merebahkan tubuhnya.
Aku melirik suamiku yang sudah sibuk memegang ponselnya. Sepertinya dia sedang membalas pesan seseorang. Terlihat dari jarinya yang lincah menyentuh keyboard di layar ponsel.
Aku segera mengganti pakaian pengantin dan tak ingin kepo dengan apa yang dikerjakan oleh suamiku. Setelah mandi aku melihat dia masih memegang ponselnya. Betah sekali dia bermain ponsel.
"Mandi dulu Mas, ini handuk dan pakaian ganti nya," ungkapku sambil memberikan handuk padanya. Ia melihatku sekilas dan tersenyum tipis.
"Oh iya, aku mandi dulu ya?" Pamitnya sambil mendaratkan kecupan kilat di pipiku membuat aku tersipu-sipu dan membuat wajahku memanas. Aku pikir, aku lah wanita uang paling bahagia di dunia ini malam ini.
Malam kian larut, aku melirik suamiku yang masih sibuk memainkan ponselnya dari tadi, apa seperti ini malam pengantin baru? Pikirku.
Padahal aku sudah mengenakan lingerie berwarna gelap yang sengaja aku beli untuk malam pertama. Menyenangkan hati suami bukankah suatu hal yang bernilai ibadah, tak apa terlihat lebih agresif di depan suami toh kita berdua sudah halal.
Setelah menyemprotkan parfum dan mengenakan lipstik. Aku beranjak dari meja riasku dan merebahkan tubuhku di sampingnya. Ia masih cuek dan tak meliriku sedikit pun.
"Mas!" Panggilku lembut dengan nada menggoda.
"Hmmm!" Sahutnya cuek. Namun ia masih memainkan ponselnya itu tanpa melihat ke arahku.
"Mas...? Ini malam pertama kita lho, kenapa Mas selalu saja memainkan ponsel itu?" Tanyaku sambil menatap suamiku yang terlihat sangat tampan malam ini. Aku wanita normal yang pasti menginginkan sentuhan dari seorang suaminya.
"Oh, ya? Maaf ada kerjaan sedikit dari kantor, tadi aku membalas pesan dari klienku," ucapnya. Ia meletakan ponselnya di atas nakas dan menoleh padaku sesaat. Hanya sesaat.
Aneh, apa aku tak menarik di matanya. Padahal aku sudah memakai pakaian dinas malam khusus untuk malam pertama kita.
Kemudian aku melihat dia menguap beberapa kali, aku tahu kita sama-sama capek karena resepsi pernikahan yang digelar dari pagi hingga sore hari. Namun, apa mungkin dia bisa secuek itu padaku, terlihat sekali dia seperti tak bernafsu melihatku.
"Sayang ...aku capek banget, dari tadi malam aku nggak tidur, ditambah lagi saat resepsi tadi, pegel...banget kakiku," ungkapnya sambil memijit kaki dengan sebelah tangannya.
/0/23240/coverorgin.jpg?v=c997b3e39e8840ccf5e8fc6adcbe5620&imageMogr2/format/webp)
/0/28886/coverorgin.jpg?v=990aa4b0743153405a92edba20938b8d&imageMogr2/format/webp)
/0/2402/coverorgin.jpg?v=e0a0067615d192cf6689c8ec8af147f1&imageMogr2/format/webp)
/0/3761/coverorgin.jpg?v=053c837d844ca1c9c4b5a40b04fbaad6&imageMogr2/format/webp)
/0/10815/coverorgin.jpg?v=c5b40876bf7b8c049e586a8b1a8faaf0&imageMogr2/format/webp)
/0/4968/coverorgin.jpg?v=cb76e5b35230efd9aa46694c99914157&imageMogr2/format/webp)
/0/3566/coverorgin.jpg?v=b4cc8877018b358b1161e90e0d4180e7&imageMogr2/format/webp)
/0/14035/coverorgin.jpg?v=6df71ef5961f8965f39eac320dc8ffbd&imageMogr2/format/webp)
/0/3936/coverorgin.jpg?v=e3236347ae04f00ccb2874ec63d5379e&imageMogr2/format/webp)
/0/3576/coverorgin.jpg?v=79bd0c4fd1e86ba1bc67090a59109612&imageMogr2/format/webp)
/0/18318/coverorgin.jpg?v=61ea63f2eead9255a5b8aea2dcc3793e&imageMogr2/format/webp)
/0/5575/coverorgin.jpg?v=fc1b12f1b88558f4d5c99de4fc26d905&imageMogr2/format/webp)
/0/5134/coverorgin.jpg?v=e4a5e42f64bc6c2ddd68a5a988c91550&imageMogr2/format/webp)
/0/7407/coverorgin.jpg?v=811d87897bffc09e9a8d754c592829bc&imageMogr2/format/webp)
/0/12071/coverorgin.jpg?v=ea52ecc16eceed74de503a6d06454ddc&imageMogr2/format/webp)
/0/12866/coverorgin.jpg?v=fdaf1540e18d535e1b557aba64423218&imageMogr2/format/webp)
/0/20183/coverorgin.jpg?v=e68f92e0bd9403ae9542515c81ab2ee3&imageMogr2/format/webp)
/0/29601/coverorgin.jpg?v=8d41466709386b9515973ae68513f09f&imageMogr2/format/webp)