
/0/23359/coverorgin.jpg?v=6cc1c8db761967eeaa4c45bc90ba2de5&imageMogr2/format/webp)
"Pembunuhan di komplek Tronto kembali menjadi sorotan setelah kemarin malam terjadi pembunuhan yang kedua. Polisi menyatakan jika ini akan ditetapkan sebagai pembunuhan berantai. Kini, rekan kami sudah berada di TKP untuk melakukan pengamatan lebih jauh. Terlihat di gang yang menuju komplek memiliki pencahayaan yang minim, menambah keyakinan masyarakat bahwa tempat ini sangat mudah dijadikan lokasi aksi kejahatan. Terlebih, tidak ada CCTV di sekitar gang."
Penyiar berita menyampaikan informasi itu dengan suara lantang dan tenang, lengkap dengan gestur seorang profesional. Namun perhatian seorang pria di ruangan remang itu tidak tertuju pada isi beritanya-melainkan pada kotak kecil di pojok layar, tempat seorang wanita cantik dengan raut tenang menerjemahkan seluruh informasi dalam bahasa isyarat.
Tatapan mata biru tajam itu hanya terpaku pada wanita tersebut. Pandangannya sedingin lautan es, namun sorotnya menyiratkan badai dalam diam.
Klik.
Televisi dimatikan. Sang kepala divisi kriminal, Sato Daneyo, mengembuskan napas panjang sebelum memutar kursinya, menatap para anggotanya.
"Siapa yang menyebarkan informasi kacau ini? Pembunuhan berantai? Media hanya memperkeruh situasi. Pembunuh itu pasti sedang mengawasi kita dan merasa bangga karena karyanya menjadi sorotan publik."
Nada suaranya sarat dengan kekesalan. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma kopi yang mulai dingin dan ketegangan yang menggantung berat di udara.
Lalu, tatapannya jatuh pada seorang pria berbadan kekar yang duduk diam dengan wajah termenung.
"Yaaa, apa yang kau pikirkan? Jangan buat masalah dulu. Kepala polisi memerintahkan kita untuk menunggu perintah," ucap Sato dengan nada tegas.
Grey Massimo, sang "Hiu Daratan"-julukan yang ia sandang karena reputasinya yang keras, cepat, dan tak kenal takut-membuang napasnya kasar. Ia membuka minuman kaleng lalu menenggaknya dengan santai, meski jelas ada bara api dalam dadanya.
"Kita harus menunggu korban selanjutnya untuk bertindak?" tanyanya dingin. "Jangan dengarkan pria tua itu. Aku akan tanggung semua konsekuensinya."
Sato memutar bola matanya sambil mendecak. "Kenapa aku harus memimpin mereka?" gumamnya lirih. "Mereka sungguh membuatku mati cepat."
Tanpa menunggu instruksi, Grey berdiri. Ketiga rekannya-Naco, Mores, dan Kezi-langsung ikut berdiri dari kursi masing-masing seolah sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Yaaa, kalian mau ke mana?" Sato hampir berteriak. Tak satupun yang menjawab.
Grey berjalan keluar dengan langkah lebar. Di luar kantor, udara malam begitu dingin, namun rokok yang ia ambil dari tangan Mores segera menghangatkan bibirnya.
"Kita ke TKP," ucap Grey sembari menyulut rokok.
"Bagaimana dengan media?" tanya Naco.
"Aku yang akan menanganinya," jawab Grey singkat.
Tak lama, keempatnya sudah berada di gang sempit di komplek Tronto. Garis polisi masih membentang, dan kapur putih di aspal menandai posisi korban saat ditemukan. Bau darah masih menyengat di udara.
Mereka meneliti sekitar, memperhatikan setiap detil.
"Grey, lihat ini!" seru Naco, menunjuk ke sebuah jejak sepatu yang samar. "Kurasa tim BFN belum menyentuh ini."
Grey menyeringai tipis. "Potret. Panggil BFN sekarang juga."
Baru saja mereka melanjutkan penyelidikan, sebuah mobil bertuliskan HBC MEDIA berhenti tak jauh dari sana.
"Res! Naco! Cepat ke sini, idola kita datang," seru Kezi girang.
/0/24554/coverorgin.jpg?v=efa550fab4bf78f97ede38270ee7890f&imageMogr2/format/webp)
/0/3226/coverorgin.jpg?v=85046611eadfb8bb7dba5808bd226181&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=b7288fd582e717b7e191b077dd23abc5&imageMogr2/format/webp)
/0/19554/coverorgin.jpg?v=e2ddfb012f086e8984bf7e2b8e1940d6&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/17227/coverorgin.jpg?v=f42c773851b4dbf45b7b7aef1f048bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/4198/coverorgin.jpg?v=8ad174ac7680484771a5862dc3dab72b&imageMogr2/format/webp)
/0/3633/coverorgin.jpg?v=42dd9aaa43f5769795cc2568832e2d35&imageMogr2/format/webp)
/0/14429/coverorgin.jpg?v=20250123120045&imageMogr2/format/webp)
/0/10202/coverorgin.jpg?v=f01715c90da80331e5935f2f6757360d&imageMogr2/format/webp)
/0/14000/coverorgin.jpg?v=553d7d5440358c4617b96dd62abe9f44&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)