/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
Wajahnya selalu menunduk dan tak pernah berani menatap orang lain. Ia adalah salah satu siswa tingkat dua di Woodstone Private High School namun tak ada yang mengenal namanya. Ketika ia turun dari bis sekolah berwarna kuning, ia hampir terjerembab diantara kendaraan dan para siswa yang berebutan keluar. Anak itu begitu pemalu dan selalu merasa dirinya tak sebanding dengan orang lain.
Aidan Orlando hanya bisa menghela napas dan menunggu semua orang pergi meninggalkannya baru ia akan melanjutkan berjalan kaki masuk ke pekarangan sekolah. Sambil menggenggam tali ransel dengan erat, Aidan menelan ludah dan memperbaiki letak kacamatanya.
Ia sempat terdiam sejenak memandang bangunan besar di depannya. Jika ia bisa kembali, rasanya ia ingin pulang saja. Hidup di LA sudah cukup sulit baginya, lalu masuk ke sekolah swasta seperti ini makin membuatnya frustasi. Aidan cukup lama terdiam merutuki dirinya yang terlahir pengecut dan tak mampu melawan keadaan yang membelenggunya bertahun-tahun.
"HEY, MORON!” (bodoh) teriak salah seorang siswa senior pada Aidan. Aidan terpaksa berhenti dan menundukkan kepalanya. Siswa itu mendekat padanya dan membully-nya seperti biasa.
"Kamu ingatkan janjimu hari ini? Jangan bilang kamu melupakannya!" ujar senior itu sambil memukul bagian belakang kepala Aidan. Aidan tidak menjawab dan menelan ludahnya dengan perasaan takut. Tangannya yang gemetaran kemudian merogoh saku celana lalu mengeluarkan uang sakunya hari ini dan menyerahkannya pada senior itu.
"What a nerd!" ejek (dasar kuper) para senior yang mengerjai Aidan. Mereka kemudian tertawa keras dan Aidan pun pergi tanpa bicara sepatah kata pun.
Aidan masih berjalan sendirian masuk ke bangunan sekolahnya, SMA Woodstone Private ketika bel tanda masuk tengah berbunyi dengan keras. Semua siswa bersiap akan masuk kelas seperti biasa. Aidan kemudian berjalan ke arah loker untuk mengambil beberapa buku dan menyimpan tas. Tiba-tiba ia didorong dengan keras sehingga keningnya membentur pintu loker.
"Aah!" hanya suara kecil kesakitan yang keluar dari mulutnya. Ia menegakkan lagi tubuhnya dan menoleh ke belakang melihat kumpulan anak-anak populer di sekolah yang sengaja mendorongnya hingga membentur loker dan mereka pura-pura tidak sengaja. Aidan masih diam saja, ia membuka pintu loker dan mengambil buku yang diperlukan untuk kelas Sains pagi ini.
"BALL CHEEK!" (pipi bola) teriak salah seorang siswa yang menggunakan skateboard lalu menabrak Aidan tiba-tiba. Ia terjatuh dengan keras seperti pin bowling. Aidan lalu meringis kesakitan sedangkan siswa yang menabraknya dengan sengaja, melakukan tos bersama teman-temannya sambil berteriak "STRIKE!" tanda pin bowling jatuh.
Satu koridor tertawa lepas melihat bahan buruan mereka kesakitan dan bisa saja cedera. Tapi bagi mereka, mengerjai anak seperti Aidan adalah sebuah lelucon wajib setiap hari. Tak jarang, siswa-siswa populer itu seakan berlomba memberikan bully-an yang paling menyakitkan sekalipun dan memamerkannya.
Aidan kemudian duduk sambil memegang sikunya di tengah meledaknya tawa seluruh siswa di sana. Untung ia memakai hoody besar, jika tidak seluruh tubuhnya pasti lecet. Seorang guru kemudian berteriak di ujung lorong membubarkan tertawaan dan kerumunan anak-anak itu.
"Apa yang kamu lakukan disitu! Bangun dan masuk ke kelasmu!" hardik guru itu pada Aidan yang masih terduduk di lantai. Dengan tubuh kesakitan, Aidan berusaha berdiri sambil memungut buku-bukunya. Ia menutup pintu loker dan menguncinya sebelum berjalan ke arah kelas.
Begitulah keseharian yang dialami oleh Aidan Orlando, siswa kelas dua SMA Woodstone Private, Los Angeles. Ia menjadi bahan bullyan dan jahilan adalah makanannya sehari-hari semenjak ia masuk ke sekolah itu.
Aidan sebenarnya siswa yang pintar, meski bukan jenius tapi ia cukup cepat menyerap pelajaran. Namun kepintaran sepertinya hanya akan jadi alasan bagi siswa di sana untuk mendapatkan bullyan.
Aidan hidup berdua dengan ibunya, Celia Orlando di sebuah flat di pinggiran LA. Mereka tidak kaya tapi juga bukan orang miskin. Celia sendiri bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan perhotelan dan resort.
Ayah Aidan pergi meninggalkan dirinya dan Ibunya untuk alasan yang tidak ia ketahui sampai hari ini. Yang ia tahu sang Ayah pergi saat ia masih sangat kecil, ia bahkan tak bahkan tak ingat nama dan wajahnya. Ibunya Celia tak menyimpan satu pun foto ayahnya. Aidan akhirnya memakai nama belakang Kakeknya, Demian Orlando sebagai nama keluarga karena sang Ibu tak mau memakai nama belakang Ayahnya.
/0/12861/coverorgin.jpg?v=50862bb119633161793ce9e596cfef93&imageMogr2/format/webp)
/0/28404/coverorgin.jpg?v=52f20601141c296a60175d856f4756b5&imageMogr2/format/webp)
/0/7628/coverorgin.jpg?v=a2bf591f34fc4cbb6fc1ee28b6eb7611&imageMogr2/format/webp)
/0/16773/coverorgin.jpg?v=8ef7f308fa3de717dd54f8d4fe472377&imageMogr2/format/webp)
/0/19562/coverorgin.jpg?v=aae4c13aba3e51f2a2c80a8c61476b59&imageMogr2/format/webp)
/0/4346/coverorgin.jpg?v=e99ad841c1d7ed14fd14bd07f0817b0f&imageMogr2/format/webp)
/0/13507/coverorgin.jpg?v=38da432f69ee9f0aa700787786fd7b13&imageMogr2/format/webp)
/0/18075/coverorgin.jpg?v=22197f456e123d64a5ab781d0f0a5bb5&imageMogr2/format/webp)
/0/16824/coverorgin.jpg?v=ede1f76b400f3cfd57bd9b253e5f1fd4&imageMogr2/format/webp)
/0/2351/coverorgin.jpg?v=33bc23e32df7f5ac3937c4479d10eeea&imageMogr2/format/webp)
/0/14868/coverorgin.jpg?v=ed691902cab62c9f9016d20bc582a957&imageMogr2/format/webp)
/0/12753/coverorgin.jpg?v=30f189ccce34b86d3dfb76da73c6e95f&imageMogr2/format/webp)
/0/23788/coverorgin.jpg?v=49b7e99d293c396a41c9a16456321089&imageMogr2/format/webp)
/0/17274/coverorgin.jpg?v=1da3b24971bfb3a9b1dc9acb56b5a671&imageMogr2/format/webp)
/0/7036/coverorgin.jpg?v=3768f1a05ad69c5323f0572622993a69&imageMogr2/format/webp)
/0/7674/coverorgin.jpg?v=e866ee1b29c1e01e154519c8586ac548&imageMogr2/format/webp)
/0/8094/coverorgin.jpg?v=66e57ae9fa36a1754fd96f0abedfde6d&imageMogr2/format/webp)
/0/8091/coverorgin.jpg?v=73a688c21282e81768896b6661e6f5d9&imageMogr2/format/webp)
/0/24570/coverorgin.jpg?v=8c31daa6eac4ffbe32c2510e4cacdb94&imageMogr2/format/webp)