Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Aria memandangi cermin besar di kamar hotelnya. Gaun merah elegan yang dipakainya membingkai tubuhnya dengan sempurna, memberikan kesan anggun dan percaya diri. Rambut hitam panjangnya ditata dengan rapi, mengalir lembut di bahunya. Di balik penampilan luarnya yang tenang, jantungnya berdegup kencang. Konferensi bisnis internasional ini adalah kesempatan besar baginya untuk membuktikan diri.
Aria adalah seorang wanita karier sukses yang bekerja sebagai manajer proyek di salah satu perusahaan teknologi terkemuka. Dia telah menghabiskan bertahun-tahun bekerja keras untuk mencapai posisinya sekarang. Konferensi ini adalah momen penting untuk memperluas jaringan, mencari mitra bisnis baru, dan tentunya, menarik perhatian para eksekutif senior.
Saat dia melangkah keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang konferensi, dia merasakan getaran kegembiraan bercampur gugup. Aula besar itu sudah penuh dengan para profesional dari berbagai negara, semua sibuk berbicara dan bertukar kartu nama. Aria mengambil napas dalam-dalam dan melangkah masuk, siap untuk memulai hari yang panjang.
***
Raka duduk di salah satu meja bulat, mengamati kerumunan di sekitarnya. Sebagai CEO dari sebuah perusahaan teknologi besar, dia sudah terbiasa dengan acara-acara seperti ini. Namun, hari ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang membuatnya merasa gelisah, seolah-olah dia sedang menunggu sesuatu yang tak terduga.
Raka adalah pria tampan dengan postur tinggi dan wajah yang tegas. Matanya tajam, menunjukkan kecerdasan dan ketegasan yang membuatnya sukses dalam dunia bisnis. Namun, di balik penampilan luar yang kuat, ada kerentanan yang jarang diketahui orang. Dia telah menghadapi banyak tantangan dalam hidupnya, termasuk tekanan dari keluarganya untuk menikah dan meneruskan garis keturunan mereka.
Saat matanya menyapu ruangan, dia melihat seorang wanita yang menarik perhatiannya. Gaun merah yang dia kenakan membuatnya berdiri keluar dari kerumunan. Raka tidak bisa menahan senyum kecil saat melihat cara dia membawa dirinya dengan penuh percaya diri. Ada sesuatu tentangnya yang membuat Raka ingin mengenalnya lebih dekat.
***
Aria mengambil segelas sampanye dari pelayan yang lewat dan memutuskan untuk mencari tempat duduk. Saat dia berjalan melewati kerumunan, matanya bertemu dengan seorang pria yang duduk sendirian di salah satu meja. Tatapan mereka bertemu sejenak, dan dia merasakan ada sesuatu yang mengalir di antara mereka. Pria itu tersenyum padanya, dan Aria merasa wajahnya memerah.
“Mau bergabung?” Pria itu menawarkan, suaranya dalam dan ramah.
Aria ragu sejenak, tetapi kemudian mengangguk. “Tentu, terima kasih.”
Dia duduk di kursi di sebelahnya dan menyesap sampanyenya. “Saya Aria,” katanya, memperkenalkan diri.
“Raka,” jawab pria itu, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Mereka berjabat tangan, dan Aria merasakan kehangatan dari sentuhan tangan Raka. “Jadi, apa yang membawa Anda ke konferensi ini?” tanya Aria, mencoba memulai percakapan.
“Saya di sini untuk melihat perkembangan terbaru di industri teknologi,” jawab Raka. “Perusahaan saya selalu mencari inovasi baru yang bisa kami adopsi.”
“Ah, sama seperti saya,” kata Aria. “Saya bekerja sebagai manajer proyek di Tech Innovate. Kami juga sangat tertarik dengan perkembangan terbaru di bidang ini.”
Raka tersenyum. “Tech Innovate, ya? Saya pernah mendengar banyak tentang perusahaan Anda. Kalian cukup terkenal dengan produk-produk inovatif kalian.”
Aria merasa bangga mendengar pujian itu. “Terima kasih. Kami memang berusaha untuk selalu berada di garis depan teknologi.”
Percakapan mereka mengalir dengan lancar, dan Aria merasa semakin nyaman berbicara dengan Raka. Mereka membahas berbagai topik, dari teknologi terbaru hingga hobi pribadi mereka. Raka ternyata seorang penggemar berat hiking, sementara Aria suka menghabiskan waktu luangnya dengan membaca buku dan menonton film.
Namun, saat mereka semakin akrab, Aria merasa ada sesuatu yang aneh. Ada momen-momen ketika Raka terlihat canggung, seolah-olah dia menyembunyikan sesuatu. Aria mencoba mengabaikan perasaan itu dan menikmati malam itu.
***
Malam semakin larut, dan konferensi berlanjut ke sesi cocktail di area rooftop hotel. Lampu-lampu kota yang berkilauan menciptakan suasana yang magis. Aria dan Raka memutuskan untuk melanjutkan obrolan mereka di luar.
“Indah sekali pemandangannya,” kata Aria sambil melihat ke arah cakrawala kota.
“Memang, tempat ini selalu membuat saya merasa tenang,” jawab Raka.
Mereka berdiri di tepi balkon, berbicara tentang impian dan aspirasi mereka. Raka berbicara tentang tekanan yang dia rasakan dari keluarganya untuk menikah dan melanjutkan bisnis keluarga. Aria berbicara tentang ambisinya untuk memimpin proyek besar yang bisa mengubah dunia.
Tanpa mereka sadari, malam semakin larut dan suasana semakin intim. Percakapan mereka semakin dalam, dan Aria merasa ada koneksi yang kuat dengan Raka. Mereka berdua tertawa, berbagi cerita, dan akhirnya, tanpa sadar, saling mendekat.
Raka memandangi Aria dengan tatapan yang penuh arti. “Aria, aku merasa ada sesuatu yang istimewa tentang kamu,” katanya dengan lembut.
Aria merasakan detak jantungnya semakin cepat. “Aku juga merasa begitu, Raka.”
Tanpa banyak kata, Raka mendekat dan mencium Aria dengan lembut. Ciuman itu terasa hangat dan penuh perasaan. Mereka berdua terhanyut dalam momen itu, melupakan segala hal di sekitar mereka.
***
Keesokan paginya, Aria terbangun dengan perasaan campur aduk. Dia menatap langit-langit kamar hotelnya, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Dia dan Raka telah menghabiskan malam bersama, dan perasaan hangat masih terasa di hatinya. Namun, dia juga merasa sedikit cemas. Apakah ini hanya satu malam yang akan mereka lupakan, atau ada sesuatu yang lebih?
Saat dia bersiap-siap untuk hari kedua konferensi, ponselnya berdering. Itu pesan dari Raka.
“Good morning, Aria. Aku berharap bisa melihatmu lagi hari ini. Bisakah kita bertemu untuk sarapan?”
Aria tersenyum dan mengetik balasan. “Pagi, Raka. Tentu, aku akan segera ke restoran hotel.”
Dia merasa senang dengan undangan itu. Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang baru dan indah.
***