Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Apa?!!”
“Janda?”
Ucapannya yang begitu keras dan melengking membuat suasana yang awalnya hangat menjadi hening. Alisnya terangkat dengan wajah sangat terkejut. Bukan hanya itu, tawa mengejek juga keluar dari bibirnya. Mengejek pada dirinya, ibunya dan juga pemilik rumah.
Tak peduli jika ada hati yang berdarah karena ucapannya. Dirinya hanya melampiaskan rasa marah, tidak percaya sekaligus kesal. Sangat tidak percaya dengan pilihan dan pemikiran ibunya itu. Dari semua status di dunia ini, kenapa status itu yang menjadi pilihan ibunya. Sungguh, ia tak habis pikir.
Ia pikir ada kejadian apa sehingga sang Mama menyuruhnya kesini dengan cepat dan tergesa-gesa. Bahkan pikiran buruk terus menghantui saat perjalanan. Terus berdoa supaya yang diatas melindungi wanita yang dicintainya ini. Namun, saat sampai disini, orang yang dikhawatirkan malah tertawa tanpa dosa. Lalu dengan entengnya bicara tentang perjodohan dan pernikahan.
Dua hal yang tak terlihat tapi menentukan kehidupan sepanjang masa. Memenjara secara tak kasat mata. Membebani kehidupan dan pikirannya. Tindakan yang tak bisa diambil terburu-buru. Harus dipikirkan secara matang dengan kemantapan hati tanpa keraguan sedikitpun. Harus dengan pertimbangan yang begitu teliti karena menyangkut masa depan. Pengorbanannya pun tak main main, ada dua hati, dua jiwa dan dua keluarga yang dipertaruhkan. Namun Mamanya dengan ringan mengatakan tentang itu seolah sedang memilih minuman jus alpukat atau jus jambu favoritnya.
Apa Mamanya tak tahu kalau kegagalan dalam rumah tangga itu akan berakibat pada kehancuran mental dan fisik? Dan Rendra sungguh tak habis pikir Mamanya sanggup melihat hidupnya hancur karena kesalahan besar tanpa pertimbangan ini.
Di hatinya sudah ada satu wanita dan dia yang akan menjadi tujuan hidup Rendra. Bukan malah wanita janda seperti di hadapannya saat ini. Jangankan menikah dengan janda, memikirkannya saja tak pernah terbesit di otak Rendra. Tak pernah ada rencana itu dalam buku kehidupannya.
“Iya. Memangnya kenapa? Tidak ada yang salah dengan status itu.” Yuanita, Mama sang pria yang menolak perjodohan dengan janda menjelaskan dengan tenang bak air dalam galon. Tanpa tahu bahwa dalam diri putranya sudah seperti air ombak yang siap menerjang apapun di lautan.
“Tidak ada yang salah?” Rendra menatap Mamanya tidak percaya. Apa katanya? Tidak salah? Justru ini adalah kesalahan terbesar yang akan sangat ia sesali seumur hidup. Kesalahan yang takkan pernah dilupakan. Menikah dengan janda.
Rendra tertawa mengejek pada ucapan Mamanya. Tertawa seperti orang kesurupan. “Justru kesalahan terbesar adalah menikahinya, Ma,” ucapnya menusuk. Menunjuk wanita yang kini tengah menunduk dengan meremas kedua sisi dressnya.
“Ma, Rendra bisa mendatangkan seribu! Oh tidak, satu juta gadis perawan di hadapan Mama besok pagi jika Mama ingin. Kenapa harus janda?” Matanya menyipit, memberikan penawaran pada Mamanya. “Atau kalau Mama tidak sabar, sekarang kita pulang dan aku pastikan semua gadis perawan di kota ini ada di rumah kita.”
“Rendra!” panggil Mamanya penuh penekanan. Tidak percaya putra kesayangannya mampu berkata sekejam itu. Dirinya ikut sakit dengan ucapan pria yang dibesarkan penuh kasih sayang itu. Apalagi wanita yang memiliki status itu, kini hanya mampu diam. Nyonya Yuanita merasa sangat bersalah pada calon menantu dan juga sahabatnya, sang calon besan. “Jaga ucapanmu!”
“Ucapanku tidak ada yang salah. Tapi pilihan Mama!”
“Rendra!”
“Ma, aku itu kaya, tampan, berwibawa, sukses dan dipuja banyak wanita. Aku bisa menikah dengan wanita manapun yang aku mau!” Rendra mulai menyombongkan diri supaya Mamanya sadar siapa dirinya. Menyadarkan perbedaan
“Asal Mama tahu, di setiap sudut kota ini banyak wanita yang antri meski hanya minum teh denganku. Mereka bahkan rela memberikan keperawanannya padaku hanya untuk bisa jalan ke mall denganku. Lalu kenapa Mama bisa berpikiran sesempit ini untuk menikahkanku dengan seorang janda?” Rendra berkali-kali menyugar rambutnya frustrasi.
“Ma, dia itu janda. Mama tahu kan artinya janda? Apa mama tidak salah?”
Rendra menyugar rambutnya. Mengusap wajahnya kasar. Frustrasi dengan pemilihan ibunya. Sungguh dia tidak habis pikir dengan wanita paruh baya di hadapannya. Apa perlu bukti betapa ia disanjung dan dipuja oleh semua wanita dan juga gadis? Jadi, kenapa harus dengan seorang janda? Ini janda yang artinya ia pernah menikah dan gagal. Bukan hanya perkara ranjang, tapi pernikahan pertamanya saja batal. Bagaimana dengan pernikahan selanjutnya? Sebesar apa jaminan yang diberikan bahwa pernikahan ini akan utuh?
Jangankan satu, seribu wanita pun akan datang sekarang juga. Cukup menulis di sosial media bahwa ia mencari wanita yang mau melamarnya sekarang juga. Tidak hanya itu, ia yakin seribu persen bahwa mahar yang diberikan pun akan sangat menggiurkan. See, mahar pun yang membawa pihak perempuan bukan dia. Jadi, jika ia bisa mendapatkan mahar kenapa harus memberi?
“Tapi Mama sangat menyukainya. Mama yakin hanya dia yang bisa membuat kamu bahagia, Ren.”