Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Carissa menundukkan wajahnya, tak mau menatap wajah ibunya lantaran keputusan yang akan mereka buat saat ini. Bagaimana dia akan meninggalkan rumahnya karena rumah yang telah ia tinggali selama lima belas tahun disita oleh pihak bank karena utang ayahnya.
Ayahnya yang tak sanggup membayar utang tersebut hanya pasrah dan meminta pengertian pada istri dan anaknya untuk mau tinggal sementara waktu di rumah paman mereka yang termasuk dalam keluarga berada.
Berbeda dengan ayahnya, pamannya adalah orang kaya di mana memiliki sebuah toko furniture yang sudah besar dan banyak cabang di Indonesia.
"Ayah mohon Ris," pinta ayahnya pada Carissa.
"Tapi Yah, itu artinya Carissa akan meninggalkan rumah ini dan sekolah juga?" tanya Carissa masih dengan mata yang basah. Dia tak ingin meninggalkan sekolahnya juga teman-temannya yang ada di sekolah saat ini.
"Maafin ayah Nak, nanti ayah pasti akan beli rumah lagi," kata ayah Carissa. Hingga Carissa pun tak bisa menawar lagi. Itu sudah keputusan bulat keluarganya jadi dia tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dan keesokan harinya mereka sudah tiba di sebuah rumah besar yang jauh dari kata sederhana. Sangat mewah dan terlihat jika pamannya itu adalah benar orang kaya.
Rumah dengan dua lantai, lalu halaman yang luas. Bahkan rumah tersebut ada juga kolam renang di dalamnya.
Carissa memandang ayahnya dari samping. "Kenapa ayah gak pinjam uang dari Paman aja?" tanya Carissa masih tak mengerti.
Padahal bisa saja ayahnya meminjamnya sebentar lalu mengembalikannya nanti.
Ayahnya menggelengkan kepalanya. "Utang ayah terlalu besar."
"Jadi artinya ayah gak akan pernah bisa membayar utang itu?" tanya Carissa lagi. Dia sendiri yang mengatakan jika utang ayahnya sangat banyak. Jika Pamanya saja enggan meminjaminya jadi mana mungkin dia sendiri akan mampu melunasinya.
Carissa sudah putus asa dengan takdirnya. Mungkin dia bisa keluar dari rumah itu setelah dia sudah bekerja nanti.
Ibunya sudah berencana akan bekerja di toko Pamannya itu sedangkan ayahnya juga sama. Dan mereka akan diberikan gaji oleh pamannya itu sendiri.
Paman Carissa adalah adik angkat ayahnya. Jadi hal itulah mungkin yang membuat ayahnya malu untuk meminjam uang pada Rian, pamannya.
"Udah ayo masuk," ajak ayah Carissa. Langkahnya ragu seakan ia tak akan tinggal lama di rumah itu.
Di dalam rumah itu masih ada seorang perempuan yang tak lain adalah Rossa, anak dari Rian. Ia tidak memiliki ibu saat ini karena meninggal tiga tahun yang lalu lantaran penyakit yang dideritanya.
Pamannya sudah menduda selama itu dan belum memikirkan untuk menikah lagi karena Rossa tak ingin memiliki ibu baru.
Lama menunggu, seorang pembantu membukakan pintu rumah tersebut. Melihat ketiga orang berdiri di depannya, ia langsung tahu jika mereka bertiga adalah kerabat dari majikannya.
"Pak Rian udah bilang tadi pagi, kalau kerabatnya ada yang akan datang," kata pembantu tersebut. Ia kemudian mengajak mereka bertiga menuju ke sebuah ruangan khusus untuk mereka bertiga tempati.
Ruangan yang berada di belakang dekat dengan kamar pembantu.
"Kamar ini sudah dibersihkan, dan kalian tinggal menggunakannya saja," katanya membuka dua pintu kamar satu per satu.
"Carissa mau di kamar ini aja ya Yah!" seru Carissa ia memilih sebuah kamar yang lebih besar dari satunya. Dengan kasur tebal dan juga lemari putih cantik di dalamnya.
Ada sebuah jendela di salah satu sisi kamar, yang jika dibuka maka akan terlihat pemandangan kolam renang rumah tersebut.
Carissa memandang takjub pemandangan itu, jauh sekali dari rumahnya yang kecil yang berada di sebuah gang sempit.
"Kayaknya kamu bakalan betah di sini ya, Ris," kata ayahnya pada Carissa yang sedang melihat ke arah luar jendela.
Carissa diam, dia belum memutuskanya sekarang.