Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Aku Shaleta, bukan Maria!"
Sakit dan perih harus Shaleta rasakan ketika Shane merenggut keperawanan yang dia jaga selama ini, lelaki itu bahkan terus menyebut nama Maria dan Maria saja dalam setiap desahannya.
"Sakit, aku mohon berhentilah," pinta Shaleta mencengkeram bahkan mencakar pundak Shane begitu pusakanya merobek selaput dara milik wanita itu.
Sakit dan pedih ketika diperlakukan seperti ini, diperkosa dan dianggap orang lain. Shaleta berusaha meronta dan membuat Shane sadar, namun usahanya sia-sia saja. Lelaki itu terus mengagahi tubuh Shaleta yang bergetar hebat akibat hujaman keras Shane.
Rintihan dan tangis seolah tak mempengaruhi hujaman yang Shane lakukan, dimata lelaki itu Shaleta adalah Maria, tunangannya. Gairah Shane tiada habis, seolah terus bertambah akibat himpitan nikmat pada pusaka besarnya.
"Kamu semakin nikmat, Sayang," desah Shane terus mencengkeram pinggang Shaleta dan terus bergerak untuk menuju nikmatnya surga dunia.
"Sadarlah, Shane. Aku Shaleta," isak Shaleta bercampur perih dan nikmat, pipi mulusnya telah basah akibat bening kristal yang sejak tadi luruh tiada henti.
Jika saja Shaleta tidak menginap di Apartemen sahabatnya, Maria. Semua ini tidak akan pernah terjadi, Shane akan tetap menjadi lelaki baik di matanya. Tapi, saat ini semua telah berbeda. Bagaimana Shaleta bisa menghadapi Maria setelah ini?
“Shane, please!" pinta Shaleta terus berusaha mendorong Shane, tapi percuma.
Aroma alkohol begitu tercium, pasti Shane minum banyak malam ini karena ada pesta bersama para sahabatnya. Maria meminta dirinya untuk datang, tapi dia tolak karena masih ada tugas kuliah yang harus diselesaikan.
Ketika Shaleta ingin berucap kembali, Shane lebih dulu mencium bibirnya dengan rakus. Bergairah dan bernafsu. Shaleta tentu saja sadar dengan yang dilakukan oleh Shane, lelaki itu pasti akan menyesal setelah melakukan hal ini padanya.
“Aku merindukanmu, dan aku ingin menciummu,” ujar Shane tersenyum, begitu tampan seorang Shane Davies dimata Shaleta selama ini.
Tubuh Shaleta bergetar, dan merasakan penyatuan mereka terasa berbeda. Awalnya memang sakit, tapi nikmat. Namun, akal sehatnya harus tetap sadar. Shane sudah memiliki tunangan, dan dia tidak mungkin berkhianat pada Maria.
"Kita akan bermain seperti biasanya," seringai Shane menatap Shaleta yang tampak menantang posisinya.
Shaleta menggeleng kuat, dia menampar Shane sekuat tenaga supaya membuat lelaki itu sadar dengan apa yang dia lakukan. Bahkan sebelum ini, Shaleta sudah menampar lelaki itu tapi tak membuat Shane bergeming.
"Aku suka kamu yang kasar seperti ini, aku lebih bersemangat, Sayang," bisik Shane suka dan mengikat tangan Shaleta ke atas.
Shane kembali mencumbu tubuh Shaleta yang tetap memberikan perlawanan, percuma wanita itu berteriak sekencang apa pun karena apartemen ini kedap suara. Shaleta tak bisa berbuat apa pun, apalagi dengan tangan terikat. Dia hanya bisa menangis, merasakan pangkal pahanya begitu berkedut dan sakit secara bersamaan. Apalagi hatinya semakin terkoyak tak kala Shane terus menyebut nama Maria dalam pelepasannya.
Tak hanya sekali saja Shane menggagahi tubuh Shaleta, berkali-kali hingga lelaki itu merasa terpuaskan. Sakit, pedih dan nikmat. Air mata tiada henti mengalir deras membasahi pipi mulusnya, hingga Shane melepas ikatan tangannya.
"Aku mencintaimu, Maria," bisik Shane menatap Shaleta penuh pujaan dan penekanan.
Shane kembali menyapu bibir ranum Shaleta yang telah membengkak akibat ulahnya, terasa manis dan membuatnya menginginkan lebih. Hanya cumbuan sesaat, dan Shane tertidur di samping Shaleta.
***
"Shit," umpat Shane begitu bangun, dan kepalanya berdenyut.
Semalam Shane memang berpesta dengan rekan bisnisnya, dia sangat merindukan Maria sehingga datang ke apartemen ini. Shane melihat seseorang di sampingnya yang masih berbaring memunggungi dia, punggung polos dan menggoda.
Namun, Shane menajamkan mata bahkan mengucek mata miliknya. Bukankah rambut Maria berwarna pirang, tapi kenapa sekarang berubah cokelat?
"Sayang, bangunlah," ucap Shane mencium dan menyentuh pundak Shaleta.