Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
“Fokus!" Sebuah hentakan keras dari laki-laki yang berusia senja itu mengejutkan ratusan mahasiswa baru dan mahasiswa lama yang berada di ruangan itu. Perhatian mereka yang sebelumnya terpencar ke berbagai penjuru, beralih ke sumber hentakan.
“Saya tidak suka kalau kalian main-main! Fokus atau keluar dari ruangan ini!” teriakan bernada tinggi itu keluar dari mulut laki-laki berusia senja itu. Seorang perempuan di antara ratusan mahasiswa baru itu berzikir pelan, menenangkan diri dari efek kejut itu.
“Saya di sini hanya mengingatkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Jika kalian meremehkan praktikum pemograman ini, kalian akan menyesal! Kami punya mahasiswa yang gagal lulus karena praktikum ini, jadi jangan diremehkan!” teguran lantang beliau itu di dengarkan dengan seksama oleh ratusan mahasiswa yang akan menjadi peserta praktikum pemograman, sebuah praktikum wajib untuk ditunaikan sebagai syarat kelulusan kuliah pemograman dan kuliah kompetensi teknologi elektro dan informatika.
“Asisten!” teriak beliau lagi. Mahasiswa yang memakai baju khusus laboratorium mereka semua langsung menghadap kepada bapak itu, “jika mereka melanggar peraturan praktikum, segera laporkan kepada saya! Saya akan pastikan nilai mereka E di mata kuliah pemograman!”
Seluruh mahasiswa baru hanya diam hening, Sebagian menelan air liur mereka untuk mengurangi rasa tegang dan takut. Salah seorang asisten laki-laki segera memberikan jawaban.
“Siap Pak Arianto. Akan kami pastikan semuanya lancar,” ucap laki-laki yang di pakaian laboratorium berwarna biru dongker yang dia kenakan terdapat tulisan Legendaria.
“Baiklah. Sekian dulu dari saya. Asisten, ambil alih dari sini!” perintah Pak Arianto. Beliau lalu turun dari podium di ruangan itu dan berbisik kepada beberapa asisten sebelum meninggalkan ruangan. Entah apa pesan yang beliau sampaikan kepada para asisten.
Setelah beliau keluar, seorang asisten perempuan segera naik ke podium dan mengaktifkan proyektor. Tulisan Smile.Princess terlihat rapi di pakaiannya. Asisten lainnya menyebar di seluruh ruangan, mengelilingi para calon praktikan, mereka yang menjadi peserta praktikum.
“Saya akan bacakan peraturan selama praktikum dasar pemograman. Harap diperhatikan dengan seksama dan siapkan catatan kalian. Saya hanya akan membacakan seluruh ini peraturan sebanyak satu kali,” ucap perempuan itu. Semua peserta praktikum menyiapkan kertas catatan mereka. Perempuan itu lalu menyebutkan satu per satu peraturan yang harus dipatuhi praktikan, apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum, saat, dan sesudah praktikum, serta sanksi untuk pelanggaran selama praktikum. Semua mahasiswa mencatat dengan seksama.
“Demikian semua peraturan, ada yang ditanyakan?” tanya perempuan itu. Tidak ada yang menaikkan tangannya, sehingga perempuan itu menyimpulkan tidak ada yang ditanyakan.
“Baiklah. Karena tidak ada yang ditanyakan, saya cukupkan.”
Setelah pertemuan selama satu jam yang menegangkan itu, semua mahasiswa membubarkan diri dari ruangan tersebut. Mahasiswa baru langsung menuju ke papan pengumuman laboratorium X-106. Di sana, mereka mencari nama anggota kelompok mereka serta asisten yang akan membimbing mereka selama praktikum.
Salah seorang perempuan berjilbab hitam tampak sibuk mencari namanya yang dia temukan di daftar kelompok di sana. Perempuan lain di dekatnya yang memakai jilbab merah maroon menyapa temannya yang terlihat kebingungan itu.
“Zihan! Zihan!” teriaknya. Perempuan berjilbab hitam yang bernama Zihan itu segera menuju ke tempat yang memanggilnya.
“Ada apa, Riris?” tanya Zihan. Temannya yang dipanggil Riris itu langsung memeluk dirinya. Zihan tampak sedikit terkejut.
“Kita sekelompok Zih!” teriak temannya itu girang. Zihan tampak tidak percaya, namun tangan temannya yang mengarah ke salah satu kertas di papan membuatnya senang.
Shadox [kontak]
Karim Hakim (7)
Chen Da (5)