WARUNG KOPI JENNY
5.0
Komentar
1.5K
Penayangan
37
Bab

Jennyta Junitha adalah gadis manis asal Sunda-Betawi yang tinggal di komplek Rusunawa Depok. Dulunya ia adalah seorang Tenaga Kerja Wanita yang mengadu nasib ke Negeri Jiran, Malaysia. Namun hanya tiga tahun, ia memilih untuk kembali ke Tanah Air dan membeli satu unit Rusunawa untuk sang ibu yang sudah menjanda. Ia pun akhirnya banting stir dan menggunakan modal yang tersisa untuk membangun sebuah warung kopi kecil di pinggiran Rusunawa, sampai di sanalah ia bertemu dengan seorang mantan preman Kota Depok bernama Jimmy Waluyo. Hari-hari Jenny benar-benar berubah seperti di Neraka, sejak Jimmy selalu saja mengusili hidupnya. Bagaimanakah kisah di Warung Kopi ini terjadi? Lantas ketika tai kucing rasa coklat itu diam-diam timbul di antara selisih paham yang acap kali berlangsung, dapatkan Jennytha Junitha menghilangkan pesona sang kekasih yang bernama Januar Arifin dan pindah ke hati Jimmy Waluyo?

Bab 1 PROLOG

"Mak, air panasnya udah?" Jenny bertanya di sela cepolan rambutnya yang hampir selesai ia buat.

"Udah semua, Jen. Pokoknya beres dah. Lo turun gih sono. Kelamaan dandan keburu rejeki lo di patok ayam jago tuh nanti," cerocos Mak Ratna, yang baru saja naik ke Rusunawa miliknya.

"Ya kali digorok aja tuh Ayam jago napa, Mak. 'Kan enak bisa bikin ayam goreng atau di semur pake jengkol. Ribet amat!"

"Astaga naga nih anak! Masih aja terus nyolot. Jodoh lo jauh ntar, Jen!" kesal Mak Ratna akhirnya memilih menuang segelas air ke dalam gelas dan meminumnya hingga tandas.

Jenny terkekeh melihat Ibunya berhenti menggerutu, dan segera berpamitan untuk turun dan melanjutkan aksi pertamanya di Warung kopi.

"Jejen turun dulu ye, Mak? Nitip daleman kalo Emak mau ke laundry!" teriak Jenny yamg sudah berada di depan pintu.

"Emak bakal nyuci sendiri! Duitnya udah tipis bakal modal elu jualan, kan? Heran banget deh. Kenapa nggak lu cuci aja sendiri ntar pas udah tutup?"

"Jejen mau buka 24 Jam, Mak."

"Astaga! Yang bener lu? Kuat emang?" Mak Ratna terkejut bukan main.

Jenny tertawa semakin keras dan kembali repetan Mak Ratna terdengar sebelum pintu ia tutup.

"Makkk... Mak! Ya, mana kuatlah Jejen buka sampai 24 jam. Yang ada malah ketemu pocong pengen ngopi kayak film Suzanna pesen sate!" seru Jenny terus saja terbahak.

Ia berniat turun ke bawah, karena memang ia mendapat hunian di lantai lima.

Sayangnya satu insiden tak di duga terjadi, dan perkara besar timbul bagaikan bom atom yang tiba-tiba membumi hanguskan kota Hiroshima dan Nagasaki.

BRUGH... PRANK...

"Aduh!"

"Handphone gueee...!"

Perang dunia di buka.

"Woi, ganti rugi! Handphone gue pecah nih LCD-nya!" teriak suara berat seseorang yang di tabrak Jenny.

"Enak aja! Lo duluan yang nabrak gue, keles! Kenapa harus gue yang ganti handphone lo? Aneh!" Jenny tak terima, karena memang itulah kenyataan yang terjadi.

"Alah, alasan lo! Gue nggak mau tau lo musti ganti nih handphone gue! Ini barang baru gue, tau! Sial--"

"Apa lo bilang? Sialan? Egh, elo tuh yang bikin sial gue! Nih, lo liat siku gue," jawab Jenny menunjukkan sikunya yang berdarah, "Gue juga minta duit ganti rugi buat ke Dokter karena lo udah aniaya gue, tau! Jadi cepet kasih duitnya cepetan!"

"Yah, udah ada cincin polos di jarinya. Bini orang dong nih cewek berarti. Ck, cakep tapinya dia. Nggak bisa di apa-apain dah. Padahal bodynya--"

"Heh! Ngelamun lo?! Ye sarap nih laki! Udah aneh, stres tingkat dewa pula! Habisin waktu gue aja," kesal Jenny hendak melangkah maju.

"Urusan kita belum kelar! Gue nggak peduli lo udah punya Suami dan lo mau laporin ke dia atau ke siapa pun! Intinya Handphone gue rusak dan elo akibatnya!"

"What?! Suami? Kapan gue nikahnya? Kawin aja belom. Jangan ngarang lo, ya? Minggir lo. Gue buru-buru!" dan Jenny melangkah juga.

"Hah? Beneran dia belum nikah? Belom kawin juga? Wah, seriusan nih? Pas banget dong kalo gitu! Misi gue harus berhasil kali ini," Jimmy bersorak dalam hati, namun langkah kaki Jenny sudah jauh hingga ke lantai tiga.

Tapi bukan Jimmy Waluyo namanya jika kalah sebelum bertanding, sebab kini kakinya pun segera turun mengikuti langkah si gadis manis bermulut pedas itu ke bawah.

"Ck! Ke mana dia? Cepet amat ngilangnya. Buset! Jangan-jangan mahluk jadi-jadian la--"

"Siapa yang mahluk ghoib jadi-jadian, Bang? Mana pisang gorengnya? Ipah tungguin dari tadi, malah ada di sini! Nyebelin aja lo. Awas sana deh! Ipah mau beli ke warungnya Mpok Jenny aja tuh baru buka di bawah. Sekalian sama es kopi. Tunggu Abang mah banyakan janjinya. Sampai lebaran monyet juga nggak kesampain terus," dan itu adalah suara di centil Saripah Waluyo, Adik satu Bapak dari Jimmy Waluyo.

"Ikut, Pah. Biar Abang yang bayarin deh ntar. Jadi lunas deh utangnya. Iya, kan?"

"Terserah, Abang deh. Ayo kalo gitu!"

Maka turunlah kedua Kakak beradik itu ke bawah, dengan maksud nongkrong di warung kopi baru.

"Emang di mana tempatnya, Pah? Beneran ada warung kopi baru emang?" Jimmy yang penasaran, akhirnya bertanya juga.

Tapi Saripah sibuk mengutak atik ponsel pintarnya, sehingga Jimmy pun kembali teringat insiden sial yang menimpa barusan.

"Heh, ini mah cuma anti goresnya yang pecah. Mau aja tuh cewek gue kibulin. Tapi tetap aja sial beneran karena nggak sempet dapat nomor handphonenya. Ach, elah! Oncom lo, Jim!"

"Abang ngomong apaan sih? Kayak orang gila tau nggak?! Suka banget dari dulu senyam senyum atau ngedumel sendiri. Jangan aneh deh, Bang. Udah gede tau!" repet Saripah berbalik tiba-tiba, "Lha itu kenapa di lepas anti goresnya?" tanya Saripah.

"Gue tadi di tabrak cewek di atas, tau! Makanya jadi hancur gini anti goresnya. Untung cuma ini doang! Coba kalau rusak beneran? Rugi 'kan gue? Sialan emang tuh cewek! Pengen gue cipok aja mulutnya tadi!"

"Yeee... Bini orang jangan-jangan lagi, Bang. Asal main cipak cipok aja! Lagian kalo rusak yah beli baru dong, Bang. Bosnya Abang 'kan baik tuh. Suka royal sama--"

"Egh! Itu dia tuh cewek yang tadi! Mau lari ke mana lo sekarang, hah?! Gue pepet lo sampai dapat," batin Jimmy setengah berlari, dan meninggalkan sang Adik di belakang.

Tak peduli Saripah meneriaki namanya, Jimmy pun sudah hampir dekat dengan Jenny yang berjalan menuju ke warung kopinya.

"Kalo lo nggak mau ganti handphone gue yang lo rusak? Gue bakalan laporin lo ke polisi! Jadi ganti atau kalau lo mau, cepet kasih nomor handphone lo ke gue sekarang?!" ucap Jimmy mencekal lengan Jenny.

Secara otomatis gadis manis itu berbalik dan tangannya refleks melayang satu tamparan keras di pipi Jimmy.

PLAK!

"Mpok Jejennn...! Astagaaa...!" teriak Saripah berlari menghampiri keduanya, "Ini itu Abang-nya Ipah, Mpok. Bang Jimmy yang aku ceritakan kemarin. Kok malah Mpok tampar sih?" kesal Saripah, dan Jenny kikuk di tempatnya.

"Urusan kita belum selesai, Mpok Jejen yang manis! Karena lo berani nampar gue, hem? Harus ada bayaran lebih yang gue dapatin habis ini! Intinya Ipah kenal sana lo, jadi informasi apapun tentang lo bakal gue dapatin dari dia nanti!" batin Jimmy dengan wajah yang sudah sangat memerah.

Tak ada lagi satu kata pun yang keluar dari mulutnya, selain dua kaki yang melangkah cepat menuju ke arah parkiran Rusunawa.

"Ipahhh... Mpok nggak sengaja, Pah. Abang lo yang mulai duluan, tuh. Bagaimana ini?" Jenny nampak shock dengan perbuatannya.

"Udah, nanti Ipah kasih nomor handphone Bang Jimmy deh. Mpok Jejen minta maafnya lewat SMS aja kalau ngerasa nggak enak hati, oke?" bujuk Saripah, "Lagian dia itu gampang banget baiknya kali, Mpok. Ntar sore bikinin aja kopi sama pisang goreng kalau pulang kerja, pasti udah nggak marah lagi. Gampang, kan?" Dan keduanya tersenyum, menuju ke arah warung kopi baru milik Jenny.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku