/0/8366/coverorgin.jpg?v=7f911a9bc8a5fc1b2c82524542a66ba8&imageMogr2/format/webp)
"Aku harus bagaimana?!" keluh Arlando Meshach tanpa sadar.
Meski sudah umur 27 tahun, pria tampan itu tidak pernah tahu rasanya berpacaran.
Sayangnya, kedua orangtuanya sudah mengultimatum agar secepatnya menikah kalau tidak ingin semua fasilitas kemewahan yang selama ini dinikmatinya dicabut sang Papi yang tak lain adalah pemilik perusahaan yang selama ini dipimpinnya, Gold Star corp.
"Pokoknya, Papi dan Mami tidak mau tahu! Dalam waktu tiga bulan ke depan, kamu harus membawa calon istrimu ke rumah! Titik!" ucap sang Papi tegas menatap tajam wajah Arlando yang terduduk lemas.
"Tapi Papi, bagaimana mungkin, aku bisa membawa calon istri kalau pacar saja aku tidak punya!" jawab Arlando kesal. "Papi pikir, mencari istri itu gampang seperti memungut sampah di jalan?!"
Mami hanya bisa geleng-geleng kepala. "Kalian ini seperti air dan minyak, tidak bisa bersatu. Heran deh, apa tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik dan kepala dingin?!"
"Anakmu ini dari tadi terus saja membantah ucapan Papi. Cuma diminta cari istri, susahnya minta ampun! Percuma punya wajah ganteng, cari satu biji wanita saja tidak bisa!" ledek Papi.
"Papi pikir, mencari satu biji wanita bisa dengan mudah didapatkan seperti menjentikkan jari?! " ucap Arlando mendelik. "Papi ini kekanakan banget!"
"Eh! Kamu yang kekanakan, masa mencari satu biji wanita saja, Papi harus turun tangan! Memimpin perusahaan besar saja bisa, tapi cari satu biji wanita tidak bisa!" Papi semakin meledek.
Arlando mendengus kesal melihat pria yang sangat dihormati dan disegani dirumahnya ini. "Bicara itu gampang, tapi prakteknya sulit!"
"Mau gampang, mau sulit, pokoknya Papi tidak mau tahu, kalau dalam waktu tiga bulan kamu tidak bisa membawa calon mantu buat Papi dan Mami," Papi menjeda kalimatnya, menatap tajam pada putranya. "Semua fasilitas kemewahan yang kamu dapatkan selama ini akan Papi cabut. Titik!"
"Papi tidak adil! Masa hanya gara-gara satu biji wanita, aku yang jadi korban?!" Protes Arlando tidak terima.
"Satu biji wanita, satu biji wanita!" celetuk Mami memotong perdebatan suami dan putranya. "Ganti dong jangan biji! Tidak enak didengar! Dari jaman dahulu kala yang punya biji itu hanya kaum adam, bukan kaum hawa!"
Papi dan Arlando langsung melihat wanita yang duduk di antara mereka berdua. "Kalau bukan biji lalu apa?!" tanya keduanya bersamaan.
"Pikir sendiri! Biji, biji! Pokoknya yang punya biji itu kalian, kaum adam bukan kaum hawa," jawab Mami bangun dari duduk kemudian langsung pergi. "Lama-lama kepalaku pusing mendengar perdebatan kalian berdua yang tidak ada ujungnya."
Tak lama Papi juga bangun dari duduk. "Pokoknya, ingat apa yang Papi katakan tadi! Kamu hanya punya waktu 3 bulan untuk membawa calon mantu ke rumah ini! Kalau tidak bisa, nanti Papi akan menjodohkan kamu dengan putri teman Papi!" Selesai bicara, Papi pergi menyusul Mami ke kamar.
"Hah! Apa?!" Arlando langsung berdiri. "Aku tidak mau dijodohkan! Tuan besar Theo, ini bukan jaman Siti Nurbaya!" teriak Arlando menatap punggung Papi semakin pergi menjauh.
Tok tok tok!
Kilasan kejadian kemarin malam yang ada dalam memori Arlando langsung buyar begitu pendengarannya menangkap daun pintu kamarnya diketuk dan namanya dipanggil.
"Masuk Bi!" jawab Arlando sudah sangat hapal dengan suara asisten rumah tangganya.
Bibi masuk dengan membawa nampan berisi segelas air putih dingin dan beberapa camilan kue basah. "Tuan muda, ini ada kue basah."
"Taruh saja di atas meja Bi," Arlando tidak bersemangat langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Kenapa? Apa tuan muda sakit?!" tanya bibi heran melihat putra semata wayang majikannya terlihat kusut dan tidak bersemangat.
Tatapan Arlando jauh menatap langit-langit kamarnya. "Bi, apa bibi bisa bantu aku?!"
"Bantu apa?" tanya Bibi langsung berdiri di depan Arlando.
"Apa Bibi mau menikah denganku?!" tanya Arlando tanpa mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar.
"Hah! Apa tuan muda?!" tanya Bibi kaget, mimpi apa semalam sampai tuan muda mengajaknya menikah.
Arlando melihat wajah asisten rumah tangganya yang nampak kebingungan. "Bibi tidak mau menikah denganku?!"
/0/16645/coverorgin.jpg?v=ef346df3b63e19bf964828ca82a1a7a0&imageMogr2/format/webp)
/0/21237/coverorgin.jpg?v=7e90218b32918639b2b212e0858d597e&imageMogr2/format/webp)
/0/5575/coverorgin.jpg?v=fc1b12f1b88558f4d5c99de4fc26d905&imageMogr2/format/webp)
/0/5134/coverorgin.jpg?v=e4a5e42f64bc6c2ddd68a5a988c91550&imageMogr2/format/webp)
/0/3926/coverorgin.jpg?v=4197dc5431d625fbde309664f6306c13&imageMogr2/format/webp)
/0/8125/coverorgin.jpg?v=5ad6f5ddf27985fb57a4bf580902103a&imageMogr2/format/webp)
/0/6810/coverorgin.jpg?v=f14bc6f3ed8bd8b7b68c3bb10cd43b3c&imageMogr2/format/webp)
/0/10832/coverorgin.jpg?v=9b9f2c3b7a6e12f9a112bb5eaac99684&imageMogr2/format/webp)
/0/12071/coverorgin.jpg?v=ea52ecc16eceed74de503a6d06454ddc&imageMogr2/format/webp)
/0/12637/coverorgin.jpg?v=f6d89dd9dde6f49a7a9a94f70a878eae&imageMogr2/format/webp)
/0/12866/coverorgin.jpg?v=fdaf1540e18d535e1b557aba64423218&imageMogr2/format/webp)
/0/13723/coverorgin.jpg?v=04ed4c67faa8214b17a1b990dc5397e5&imageMogr2/format/webp)
/0/29603/coverorgin.jpg?v=6967d2d46e10cc5bc2b5aa5208faea10&imageMogr2/format/webp)
/0/17805/coverorgin.jpg?v=da2604aade4536ab630fb92c1b75f23a&imageMogr2/format/webp)
/0/16922/coverorgin.jpg?v=898ded81e9ef68399a8ca6b2245fad0c&imageMogr2/format/webp)
/0/19023/coverorgin.jpg?v=ece7031e039dc2359eb734b7e124c242&imageMogr2/format/webp)
/0/5797/coverorgin.jpg?v=c84643e7c71ee55fe97f461f71b19e02&imageMogr2/format/webp)
/0/4309/coverorgin.jpg?v=b5780a5b1873c92bc5151b1dde0265dc&imageMogr2/format/webp)
/0/7016/coverorgin.jpg?v=22a04219ee629184806e353356457cf6&imageMogr2/format/webp)
/0/22405/coverorgin.jpg?v=51f48758e88c4bcd40d9c3f7e5563a82&imageMogr2/format/webp)