Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Anindita terpaksa menemani Mega ke Lapas untuk membesuk Hosen. Mereka bertiga berteman dekat sejak kecil, jadi Anindita tak bisa menolak saat Mega merengek meminta Anindita pergi bersamanya membesuk Hosen yang sudah dua tahun ini berpacaran dengan Mega.
"Hubungan kalian terlalu rumit. Kau masih saja membela Hosen yang tak bisa berhenti jadi pemakai narkoba. Kalau saja kalian berdua bukan sahabatku sejak masih memakai popok mungkin aku memilih untuk membiarkanmu pergi sendiri." Anindita bersungut-sungut sembari membawa dua kantong belanjaan berisi berbagai pesanan Hosen yang harus dibawa oleh Mega dan Anindita.
"Siapa tahu dengan perhatian dari kita berdua, pacar dan sahabat kesayangannya ini nanti setelah bebas dari penjara maka si Hosen akan berhenti jadi pemakai narkoba." Mega menenangkan Anindita.
"Kau ini selalu membelanya. Kalau nanti dia justeru jadi pengedar bagaimana? Kau masih akan membelanya sampai ke langit biru?" Anindita mulai hampir meledak.
"Sudah.. tenangkan dirimu. Aku akan membawa barang-barangnya. Berat ya?" Mega mengambil alih kantong belanjaan berisi kebutuhan yang dipesan Hosen dari kedua tangan Anindita.
Kedua gadis itu memasuki Lapas yang dijaga ketat oleh sipir bertampang sangar. Anindita merasa risih harus melewati penjagaan yang sangat ketat, wajah kesalnya membuat Mega menahan tawa. Setelah melewati dua pintu penjagaan, di mana mereka digeledah dengan sopan dan barang bawaan mereka pun diperiksa dengan begitu teliti maka tibalah Anindita dan Mega di sebuah ruangan tempat mereka bisa bertemu dengan narapidana yang akan dibesuk.
Hosen terlihat sumringah saat berjalan mendekati Mega dan Anindita. Seorang lelaki ikut bersama Hosen di belakangnya mengenakan pakaian berwarna biru cerah dengan tulisan di punggungnya 'warga binaan'. Hosen memperkenalkan lelaki itu kepada Mega dan Anindita.
"Ini Zack, teman satu kamarku. Dia berasal dari Bogor, jadi jarang dibesuk keluarganya makanya aku bawa kemari biar ikut ngerasain dibesuk." Hosen nyengir sambil memeriksa barang bawaan Mega.
"Aku bawakan handuk dan sikat gigi baru. Kalau beli di sini kan lebih mahal. Juga ada rendang buatan ibuku. bisa dibagi-bagi untuk teman sekamarmu." Mega dan Hosen memeriksa barang bawaan bersama-sama.
"Namaku Anindita. Teman Hosen dan Mega." Anindita berinisiatif memperkenalkan dirinya pada Zack.
"Iya aku tahu. Hosen selalu menceritakan tentang kalian berdua." Zack tersenyum kepada Anindita, ada lesung pipi di kedua belah pipinya yang membuatnya terlihat sangat manis.
"Dia titip salam beberapa kali buat kamu Nin, katanya terakhir kamu ke sini dua Minggu lalu dia lihat kamu dari jauh. Aku sih gak yakin kalau dia beneran naksir kamu makanya gak aku sampaikan salamnya. Mana ada sih cowok naksir cewek jutek bin judes kayak Anindita." Hosen menggoda Anindita yang tersipu malu di hadapan Zack yang baru ia kenal.
"Jadi kamu sendirian di sini Zack? Kasus narkoba juga ya? Kok bisa ketangkap di sini?" Mega bertanya pada Zack penuh penasaran.
"Panjang ceritanya. Yah namanya juga pertemuan hidup. Kalau kata orang penjara mah, yang masuk penjara pasti udah ada janjinya jauh sebelum kita lahir. Jadi menghindar seperti apa pun ya pasti masuk juga." Zack berusaha mengelak untuk menceritakan kisahnya.
Hosen mencoba mencairkan suasana dengan banyolannya yang selalu dibalas Anindita dengan nasihat dan ceramah panjang lebar. Anindita begitu perduli pada Hosen dan Mega. Ia sangat ingin agar Hosen menyadari kesalahannya dan berhenti menggunakan narkoba.
"Nanti setelah bebas mending kalian nikah aja deh. Kamu, Hosen cari kerja yang bisa kamu kerjakan supaya bisa menghidupi Mega nantinya." Omelan Anindita mulai membuat Hosen gerah.
"Iya ustadzah. Aku di sini belajar di bimker.. belajar membuat meubel. Alhamdulillah bisa belajar dengan cepat."