Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SENTUH HATIKU DENGAN CINTAMU

SENTUH HATIKU DENGAN CINTAMU

lyns_marlyn

5.0
Komentar
329
Penayangan
40
Bab

Dicintai? atau Mencintai? Mana yang akan kalian pilih, ketika cinta datang menyentuh hati kalian. "Kenapa kamu tidak percaya, kalau aku begitu mencintaimu?" "Tuan Kenzo! Sampai kapanpun, aku tidak percaya kamu mencintaiku. Kamu hanya terobsesi dengan kecantikan ku! Kamu hanya terobsesi dengan tubuhku! Kamu hanya terobsesi dengan apa yang ada di dalam diriku! Kamu tidak pernah mencintaiku!" teriak Ratu. "Apa yang harus aku buktikan agar kamu percaya?" "Lepaskan aku! Biarkan aku pergi dengan cintamu itu. Baru aku percaya, kamu memang benar-benar mencintaiku," jawab Ratu. Mencintai tanpa bisa memiliki, itu adalah luka yang sangat dalam dari air mata yang jatuh tanpa mengeluarkan suara, tapi meninggalkan luka di hati yang teramat dalam. Note : (18+) Bijaklah dalam membaca. Karya ini murni hasil dari imajinasi author sendiri tanpa bermaksud untuk menyinggung siapapun atau unsur apapun.

Bab 1 RATU HATIKU

Ratu kaget bukan kepalang, ketika tiba-tiba sebuah tangan besar menarik tangannya agar masuk ke dalam mobil Jeep Wrangler Robicon hitam ketika sedang berjalan sendirian di trotoar menuju rumahnya.

"Lepaskan!" Teriak Ratu berusaha melepaskan diri dengan menarik tangannya agar terlepas.

"Diam!" Bentak pria tinggi besar berkulit hitam dengan suara baritonnya memaksa Ratu untuk masuk ke dalam mobilnya.

Ratu tetap berontak dalam cengkraman pria yang telah memeluk tubuhnya dari belakang. "Lepaskan! Apa yang kamu lakukan padaku? Lepaskan!"

Pria itu tidak mau kalah, meskipun Ratu tidak berhenti berontak, pria itu tetap berusaha keras memaksa Ratu untuk masuk ke dalam mobil. "Diam!"

Ratu tidak kehabisan akal, disaat genting otaknya masih bisa bekerja. Dengan sekuat tenaga, kaki besar pria yang memeluknya dari belakang diinjaknya sekuat tenaga sehingga spontan pelukan pria itu terbuka. Tanpa membuang waktu, Ratu dengan cepat segera ke luar dari dalam mobil yang pintunya masih terbuka lebar.

"Mau ke mana Ratu?" Tiba-tiba sebuah tangan berkulit putih dengan sedikit berbulu mencengkeram pergelangan tangannya ketika dirinya telah berhasil ke luar dari dalam mobil.

"Kamu!" Teriak Ratu dengan mata melotot karena pasti dalang yang terjadi sekarang adalah ulah orang yang sekarang ada di hadapannya.

"Hai, Ratu hatiku," sapanya tersenyum lebar tanpa melepaskan cengkeraman tangannya.

Ratu menatap galak pria yang mencengkeram tangannya. "Lepaskan atau aku akan berteriak!"

Pria itu malah tersenyum. "Berteriaklah sesuka hatimu. Tidak ada orang di sini yang akan menolongmu. Lihatlah sekelilingmu, begitu sepi dan sunyi. Daripada cape berteriak yang tidak ada gunanya, lebih baik kamu ikut denganku."

"Aku tidak mau!" Teriak Ratu dengan suara kencang sambil berusaha keras melepaskan pergelangan tangannya.

"Jangan sampai aku memakai kekerasan seperti tadi hanya untuk memintamu menemaniku makan siang! Ikut denganku atau aku akan menyuruh anak buahku untuk memaksamu masuk!" Ancam pria itu menatap tajam kedua bola mata Ratu.

Napas Ratu naik turun, jantungnya berdetak kencang. Meskipun pria yang ada di hadapannya punya paras yang sempurna, tapi Ratu tetap takut jika pria itu sudah terlihat marah.

Melihat Ratu terdiam, pria itu tersenyum. "Bagus! Jadilah gadis yang penurut agar aku tidak berbuat kasar padamu. Sekarang masuk ke dalam mobil!"

Pria besar tadi yang kakinya diinjak Ratu segera ke luar dari dalam mobil dan segera mempersilahkan Ratu untuk masuk.

"Apa harus aku meminta dia menarikmu masuk kembali seperti tadi!" Ancam pria itu melihat Ratu masih berdiri mematung tanpa pergerakan sedikitpun.

Ratu memejamkan matanya sejenak menahan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun. Jauh di dalam hatinya sangat kesal, tapi untuk melawan pria itu sama saja dengan membuang tenaga.

"Cepat masuk! Jangan membuatku kesal!" Pria itu mendorong punggung Ratu pelan agar segera masuk.

Mau tidak mau akhirnya Ratu masuk dengan wajah menahan marah. Ingin rasanya dia memukul pria itu sampai babak belur, apalagi barusan dia bilang jangan membuatnya kesal? Hallo, siapa di sini yang telah membuatnya kesal, dia atau dirinya?

"Kita ke mana Bos?" Tanya sopir melihat ke belakang lewat kaca spion dalam.

"Ke restoran," jawabnya. "Ini sudah waktunya makan siang."

Tanpa menunggu lama, mobil langsung meluncur membelah jalan raya yang terlihat lengang.

"Kamu sudah makan siang?" Tanya pria yang duduk di sebelah Ratu.

Tidak ada jawaban, Ratu hanya melihat ke arah luar dengan ekspresi wajah kesal dengan bibir tertutup rapat.

"Ratu hatiku. Aku bertanya padamu, jawablah. Kenapa kamu selalu menguji kesabaranku?"

Ratu menutup matanya beberapa detik agar amarahnya tidak meledak, lalu dengan tajam melihat pria yang ada disampingnya. "Tuan Kenzo Bastian, apa tidak salah pertanyaanmu itu!"

Kenzo dengan wajah tidak berdosanya menjawab. "Tidak, apanya yang salah? Kamu memang selalu menguji kesabaranku."

Ratu mengepalkan kedua tangannya di antara kedua sisi tubuhnya. Napasnya naik turun melihat pria yang selalu membuatnya kesal. "Kamu memang sangat menyebalkan!"

"Ratu Elyna, ratu hatiku, kekasihku. Tenang, rileks. Nanti kamu cepat tua kalau marah-marah seperti itu." Kenzo tersenyum melihat gadis pujaan hatinya terlihat kesal.

"Aku bukan kekasihmu! Bukan kekasihmu!" Teriak Ratu dengan kencang sehingga sukses membuat orang yang ada di dalam mobil menutup telinganya.

"Badanmu kecil, tapi suaramu kencang sekali!" Kenzo menutup telinganya. "Hampir pecah gendang telingaku!"

"Bagus kalau pecah! Biar mati sekalian!" Teriak Ratu.

"Sadisnya. Umurmu baru 21 tahun, tapi otakmu sadis. Membunuh orang dengan teriakan," ucap Kenzo menggosok telinganya.

Ratu menatap galak Kenzo. "Aku bukan kekasihmu! Ingat itu baik-baik! Sampai kapanpun, aku bukan kekasihmu! Tidak ada dalam kamus hidupku, kamu itu kekasihku!"

"Tapi dalam kamus hidupku, kamu itu kekasihku selamanya," jawab Kenzo.

"Kamu memang benar-benar sangat menyebalkan! Apa tidak ada wanita yang menyukaimu, sampai kamu harus mengejarku yang jelas-jelas tidak mau padamu?"

"Wanita yang mengejarku banyak. Siapa yang tidak mau dengan Kenzo Bastian, pemuda tampan rupawan umur 26 tahun dengan kekayaan yang tidak terhitung jumlahnya," jawab Kenzo memuji dirinya sendiri.

"Lalu kenapa malah mengejarku yang jelas-jelas tidak mau denganmu? Dasar aneh! Sakit jiwa!" Ucap Ratu ketus.

Mendengar Ratu mengatakan dirinya sakit jiwa membuat Kenzo tersulut emosi. Dengan cepat ditariknya tangan Ratu sehingga tubuhnya membentur tubuh Kenzo yang keras. "Jaga ucapanmu!"

Ratu menatap dalam iris mata hitam legam yang terlihat marah. Ada perasaan takut yang menyelimuti hatinya, tapi dengan cepat segera ditepiskan perasaan takutnya.

"Aku menyukaimu, tapi bukan berarti kamu bisa bicara seenaknya padaku. Lain kali jaga mulutmu!" Kenzo mendorong kembali tubuh Ratu menjauh darinya.

Ratu melihat Kenzo dengan amarah yang sudah diubun-ubun. "Turunkan aku di sini! Turunkan aku di sini!"

"Stop! Hentikan mobilnya," Teriak Kenzo meminta sopirnya untuk berhenti.

Sopir secara mendadak langsung menghentikan mobilnya. "Ada apa Bos?"

Tanpa melihat, Kenzo menyuruh Ratu untuk turun. "Cepat turun!"

Ratu tertegun beberapa detik karena kaget Kenzo menghentikan mobil dan memintanya turun. Tapi detik berikutnya, tangannya langsung membuka pintu mobil.

Setelah melihat Ratu turun dan menutup pintu mobilnya, Kenzo segera menyuruh sopirnya untuk jalan kembali.

Ratu berdiri dipinggir jalan melihat mobil Kenzo pergi begitu saja meninggalkan dirinya. "Dasar orang gila! Sudah jelas-jelas memang gila, tidak mau mengakui. Memangnya apa coba kalau bukan gila, memaksaku untuk ikut lalu mengaku kekasihku! Gila! Sakit jiwa."

Setelah puas mengumpat sambil melihat mobil Kenzo yang semakin lama semakin menjauh, Ratu baru tersadar kalau dirinya berada di tempat yang sepi. "Ya Tuhan, aku ada di mana ini?"

Ratu melihat ke sekeliling, tidak terlihat satupun kendaraan. "Bagaimana aku pulang? Ya Tuhan, kenapa aku selalu sial kalau bertemu si Kenzo itu?"

Ratu menghela napas, dilihatnya kiri dan kanan jalan. Dengan hati yang menggerutu, Ratu melangkahkan kakinya di bawah terik matahari menyusuri trotoar yang sepi. "Nasib, nasib. Kenapa malang sekali nasibmu Ratu Elyna?"

Sedang asik berjalan sambil mengumpat dan menggerutu, terdengar suara sepeda motor datang mendekat. "Hai cantik, sendirian saja?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh lyns_marlyn

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku