
/0/24784/coverorgin.jpg?v=2f8224f0742e71367de30d7f48d128c9&imageMogr2/format/webp)
Di dalam dapur berukuran 3×5 itu, bau harum dari dalam oven menguar. Perempuan yang tengah berkutat dengan buku resep buatannya itu begitu fokus. Hingga suara ting dari oven terdengar, perempuan itu baru bangkit, menggapai oven glove.
Ketika tutup oven dibuka, bau harum langsung menyerbu keluar. Perempuan itu, Tari, tersenyum senang melihat resep barunya berhasil. Dia mengeluarkan nampan dari dalam ovel, lalu meletakkannya di meja.
"Cantiknya."
Kue dengan kombinasi abstrak warna merah dan putih. Tari sendiri memang suka membuat resep baru yang terinspirasi dari resep lainnya. Dia mempunyai sebuah toko kue yang dia bangun sendiri. Dengan uang tabungannya selama kuliah, yah tentu saja uang sakunya dia dapat dari orang tuanya.
"Oby pasti suka," ujarnya, menyebut panggilan sayang untuk suaminya, Deo.
Ponsel yang tergeletak di sampingnya bergetar. Tari menggapainya, melihat nama Oby tertera di layar. Dia melepas oven glove di tangannya, lalu menjawab panggilan dan menempelkan ponsel ke telinga kiri.
"Ada apa by?"
Dua detik kemudian baru terdengar suara. Namun, itu bukan suara Deo, melainkan seorang pria yang tak Tari kenal. Alisnya mengernyit, mendengar suara di sebrang bergumam canggung.
"Siapa?" tanya Tari.
"Sorry … lo istrinya Deo, kan? Gue bartender di club tempat dia tampil malam ini. Gue ambil hpnya buat hubungin lo karena dia mabuk berat. Tadi hampir adu tinju sama pacar Nadine."
Alis Tari bertaut. Dia merubah ponselnya ke telinga kanan. "Nadine? Kok bisa? Eh, nggak usah diceritain. Club Hourse, kan? Gue ke sana sekarang."
"Iya—"
Tari mematikan sambungan sepihak. Dia langsung melepas apronnya, melipatnya asal. Kaki melangkah cepat, menggapai long blazer dan kunci mobil di atas meja.
"Ada-ada aja. Bisa-bisanya berantem sama pacar orang. Pacarnya si uler lagi," gerutunya, berlari cepat keluar unit apartemennya.
…
Tari memarkir mobilnya di tengah mobil-mobil kecil dengan harga selangit. Tentu saja. Club yang dia datangi adalah salah satu club terbesar di Jakarta, yang hanya bisa didatangi orang-orang ber-uang. Biaya masuknya saja lebih mahal dari harga menginap di hotel bintang lima.
Tari tersenyum pada kedua penjaga di pintu, yang dibalas denagn anggukan kecil. Dia tak perlu membayar atau memesan dahulu. Pelanggan VIP kalau kata Deo, karena suaminya yang tampan itu adalah disjoki kebanggaan Hourse Club.
"Tar!"
Seorang perempuan berambut merah berlari mendekat. Dia adalah teman SMA Tari dan Deo, Cloe namanya. Anak orang kaya, yang sukanya bermain di club bahkan sejak masih SMA.
"Lo lihat Deo nggak?" Tari menggelengkan kepala, melihat Cloe yang terhuyung-huyung.
"Enggak, tuh! Kenapa? Dari pada urusin suami lo itu, mending ikut gue seneng-seneng yok! Ada bule di sana beb!" Nada bicara Cloe naik turun, tak beraturan.
"Lo minum berapa botol sih?" Aroma alkohol menyapa hidung Tari, membut kepalanya pening. Dia tidak suka minuman yang memiliki rasa tajam itu. "Lo beneran nggak lihat Deo? Katanya ada job di sini malam ini. Oh, iya. Dia tadi juga ada ribut sama pacar Nadine."
Cloe menggaruk kepala dengan bibir mengerucut. "Nadine …? Oh! Iya, beb. Tadi ada Nadine di sini. Sendirian kok, dia langsung ke sana."
Telunjuk Cloe bergetar, mengarah ke lorong gelap. Tari mengernyitkan alis, sangat tahu tempat apa itu. Tempat para pasangan yang ingin menuntaskan kesenangan, melewati malam-malam penuh jrit mesra bersama-sama.
"Nadine ke sana sendirian?"
Cloe mengangguk. Tari berdecak, dia memberi tepukan singkat di bahu Cloe. "Jangan minum lagi, pulang aja," nasihatnya, sebelum memutuskan melihat tempat yang Cloe maksud.
Setahunya Nadine akhir-kahir ini hidup dengan benar. Dia juga beberapa kali mendengar dari Deo kalau Nadine sudah tidak pernah mabuk-mabukan di club, atau menari dengan pakaian minim di atas lantai dansa seorang diri.
/0/19430/coverorgin.jpg?v=3bb9ee9327cc3ca3fceda12011ae3123&imageMogr2/format/webp)
/0/4242/coverorgin.jpg?v=5f25fe6daa7952fe3d898b4ffd34f9b8&imageMogr2/format/webp)
/0/4075/coverorgin.jpg?v=2df383e5de97368743d1232b89fdde25&imageMogr2/format/webp)
/0/5358/coverorgin.jpg?v=6d4c9a2ab90be39e6bdaf94bf3cd580e&imageMogr2/format/webp)
/0/5072/coverorgin.jpg?v=f58873173f1986910223afb6e0f788e4&imageMogr2/format/webp)
/0/24868/coverorgin.jpg?v=71c98f4e27e070276d75863fffb098a7&imageMogr2/format/webp)
/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
/0/26855/coverorgin.jpg?v=1b6f21b41e9d584d6d1cd0b206e3972e&imageMogr2/format/webp)
/0/23104/coverorgin.jpg?v=86104d711823c52dc8e20e96449d43cc&imageMogr2/format/webp)
/0/27036/coverorgin.jpg?v=714481bd1e4e99a18860b71374587623&imageMogr2/format/webp)
/0/28638/coverorgin.jpg?v=eae7009a9567d04c5111d883ec5f7db8&imageMogr2/format/webp)
/0/30743/coverorgin.jpg?v=206a36a220d7e12db2205562ad6c9db6&imageMogr2/format/webp)
/0/2292/coverorgin.jpg?v=77993d80514da9b8dff0980983ddc3ad&imageMogr2/format/webp)
/0/8453/coverorgin.jpg?v=71ffe8c0b26e7425ad0689806dd70ff3&imageMogr2/format/webp)
/0/22968/coverorgin.jpg?v=98459e70775a89f44857884328e62bce&imageMogr2/format/webp)
/0/28985/coverorgin.jpg?v=fc721434ce0a3ff81fe29e14403a93a6&imageMogr2/format/webp)
/0/6834/coverorgin.jpg?v=915522a955a30d45e2d54e74a74a793e&imageMogr2/format/webp)
/0/22117/coverorgin.jpg?v=25ee710579a03ee84a9cb06a5ebbea30&imageMogr2/format/webp)
/0/26322/coverorgin.jpg?v=a8e089ce1108b3543c9173d2aa2060e6&imageMogr2/format/webp)