Kisah cinta Ayu dan Irfan yang terganjal restu orangtua masing-masing sehingga mereka terpaksa berpisah. Irfan yang dijodohkan dengan sahabat dekat Ayu sendiri, Desi. Sedangkan Ayu memilih kabur ke kota untuk melupakan masa lalunya. Namun disaat ia sedang berusaha melupakan masa lalunya dan membuka hati untuk pria lain, Irfan kembali datang memintanya balikan. "Neng, selamanya cuman Neng yang ada di hati Aa, kita akan kembali bersama." ujar Irfan sambil menatap mata Ayu mesra. "Neng gak mau, Aa. Aa itu kan udah jadi suami orang. Neng gak mau jadi pelakor."
"Kita putus ya, Neng !"
Deg ... deg ... deg ...
Ayu mengedipkan matanya beberapa kali seakan ingin meyakinkan pendengarannya. Siapa tahu ia lupa mengorek kupingnya.
Mereka saling bertatapan dalam diam. Ayu tampak shock tapi tak lama ia terkekeh. Di langit, awan mulai gelap pertanda sebentar lagi hujan akan turun.
"Aa itu kenapa? Ada masalah? Dikit-dikit bilang putus."
"Neng, Aa serius. Kita mesti putus." Irfan menarik tangan Ayu yang sedang memainkan ranting didepannya, agar menghadapnya.
Mereka duduk berhadapan dengan raut wajah berbeda. Ayu yang mesam-mesem tak percaya, dan Irfan yang menatapnya terluka.
"Sok aja lah. Palingan juga nanti kangen samaNeng, balikan lagi. Aa mah kan gitu. Bilangnya putus, tapi nanti malah makin gencarngerayu Neng. Ujung ujungnya ngajak balikan. Gak aneh." Cibir Ayu sambil memukul pelan pipi Irfan.
Namun Irfan tak bergeming, ia tak jua melepaskan pandangannya dari wajah Ayu meski Ayu meneruskan memukul dan mencubit pipinya pelan. Ayu mengerutkan kening, dalam hati ia menduga tentang satu hal. Jangan-jangan,
"Kemaren, domba bapak Aa kalah lagi sama si Asep, domba bapak Neng. Bapak ngamuk trus nyuruh mutusin Neng." Tuh kan bener ...
"Trus masalahnya apa, Aa? Kan kita mah udah biasa kayak gini. Orangtua berantem, kita yang disuruh putus tapi tar juga balikan lagi kan? Ini mah kamuflase aja biar ortu kita tenang kan?"
Irfan memalingkan wajahnya ke kiri, menyamarkan kesedihan di wajahnya. Ayu membalikkan wajah Irfan supaya menghadapnya, namun kali ini Irfan menepisnya dan menatap ke arah lain. Ayu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Terus aja bilang gitu, Neng gak percaya lagi."
"Maaf, Neng. Kali ini kita beneran putus. Aa dijodohin sama temen deket Neng, si Desi."
Deg deg deg.. Me Ni Kah ??!!! Jadi ini teh beneran.
Ayu meraung menangis tak percaya. Ia memukul dada Irfan sekuat yang ia mampu. Ia tak terima Irfan meninggalkanya begitu saja setelah 5 tahun mereka bersama. Harusnya Irfan menolak perjodohan itu dan memperjuangkan cinta suci diantara mereka. Bukankah Irfan selalu berjanji akan menikahinya?
"Neng gak terima. Harusnya Aa tolak perjodohan itu. Kamu janji bakal nikah sama Neng. Dasar pembohong." Ayu meraung histeris.
"Maafin Aa, Neng. Aa juga ga mau dinikahin sama Desi tapi ini keputusan orangtua. Aa ga mau jadi anak durhaka. Selamanya Neng akan menjadi yang terbaik di hati Aa,"
Plaakk...
"Neng! Ngomong dong, jangan diem terus." Irfan memanggilnya sambil mengguncang jemari tangannya yang mendadak dingin.
Ayu tersentak dari lamunannya. Ia meringis dalam hati. Ternyata kemarahannya itu hanya ada dalam hatinya saja. Seandainya ia bisa mengatakannya dan meminta Irfan menolak perjodohan itu.
"Kenapa harus Desi? Emang gak ada cewek lain. Neng sama Desi kan teman dekat." Ulu hatinya berdenyut sakit. Ingin rasanya ia berteriak melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya, tapi itu tidak mungkin. Ayu terlalu takut untuk melakukannya. Ia selalu takut.
Gadis cantik itu melampiaskan ketakutannya dengan melempar ranting kayu di sampingnya dan mengenai kadal yang sedang bersembunyi di balik rerumputan. Kadal itu auto lari ketakutan.
"Itu mau Mamah bukan Aa. Tahu sendiri kan Desi sering ngasih dia masakannya. Katanya Desi pinter masak jadi pasti bisa ngurusin Aa, makanya mamah memilihnya."
Ayu menggigit bibirnya, pahit. Di langit, air hujan mulai meneteskan butirannya, mengenai kakinya.
"Ya udah, mau gimana lagi. Gimana pun juga hubungan kita emang gak akan ada masa depan tanpa restu orangtua. Apalagi Mamah, dia kan ga suka banget sama Neng,"
Gadis manis bertahi lalat tipis dibawah bibir itu tersenyum getir, ia memalingkan wajahnya ke depan. Menatap hamparan padi yang hijau." Sudahlah, ikutin aja mau Mamah. Yang penting mereka bahagia."
"Tapi Aa mah gak bisa jauh dari kamu, Neng. Kita kawin lari aja, hayu! Aa janji bakal bahagiain Neng." Lelaki berambut cepak itu menepuk dadanya sendiri, bangga." Kalau cuman nafkahin Neng seorang mah Aa sanggup. Beliin rumah, motor, Aa bisa. Gak bakal sengsara hidup sama Aa mah."
Ayu terkekeh. Kalau lagi ngerayu, lelaki bertampang sangar ini manis sekali. Es krim saja bisa mencair kalau mendengar rayuannya. Kadang dia sedang marah pun lupa dengan marahnya, malah makin jatuh cinta.
Hujan mulai menetes sedikit demi sedikit, mengenai ujung kakinya yang hanya mengenakan sandal teplek. Saung tempat mereka berteduh mengeluarkan bunyi nyaring saat tetesan hujan mengenai atapnya.
"Jangan jadi anak durhaka. Mana ada orang hidup bahagia kalau melawan orangtua? Turutin aja maunya orangtua biar hidupnya berkah. Neng ikhlas kok Aa nikah sama Desi." Mendadak Ayu merasa seperti ada silet yang mengiris ulu hatinya. Ngomong apa sih kamu, Yu! Hiiikks ...
Irfan menggeleng-gelengkan kepalanya, ia mencibir tak percaya." Yakin Aa boleh nikah sama Desi? Wajahnya pucat gitu. Asal Neng bilang ga boleh, Aa ikutin. Aa mah ngikutin apa kata Neng aja."
Lagi, Ayu tertawa melihat kebesaran tekad laki-laki yang sudah lima tahun menjalani hubungan dengannya. " iya, Neng rela melepas Aa kali ini untuk selamanya. Selamat ya! Semoga berbahagia."
Ayu mengulurkan tangannya, mengucapkan selamat.
Bukannya membalas uluran tangan itu, Irfan justru meraung." Kamu mah selalu begitu dari dulu. Gak pernah peduliin perasaan Aa itu cuman cinta sama Neng dan cuman pengen nikah sama Neng. Ngerti gak?"
Ayu salah tingkah melihat Irfan seputus asa itu." Jangan ngomong gitu atuh, Aa. Aa harus belajar melepas Neng. Ya udah atuh, Neng pulang dulu biar Aa cepat lupa sama Neng. Hujannya juga makin lebat. Nanti Emak nyariin. Selamat tinggal Aa ..."
Baru saja kaki gadis manis itu menginjak tanah dibawah saung, bola matanya membelalak lebar saat Irfan menarik tubuhnya kembali ke dalam saung. Tubuhnya jatuh terlentang diatas lantai kayu yang terbuat dari kayu itu..
"Kalau cara baik-baik gak bisa, begini saja .."
Belum sempat Ayu mencerna perkataan Irfan, tiba-tiba Irfan menindih tubuhnya. Sontak Ayu menendangnya sampai Irfan terjengkang ke luar. Hujan deras mengguyur tubuh Irfan seketika saat tubuhnya berada di alam terbuka.
Ayu menangis tertahan, bibirnya bergetar." Aa gila. Neng gak nyangka Aa tega berbuat begitu sama Neng. Aa jahat!"
"Maaf Neng, Aa khilaf ta ..."
Suara Irfan terputus saat suara yang lebih besar memekakkan gendang telinga mereka. Ayu menjerit ketakutan, ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
Jegerr ... jeger ...
Suara petir menggelegar, kilatan cahayanya saat mengenai hamparan padi terlihat mengerikan. Hujan auto turun dengan derasnya bak ditumpahkan dari langit sana.
Ayu melepaskan tangan yang menutup kupingnya saat suara petir menghilang. Ia menatap Irfan kecewa.
"Jangan pernah temuin Neng lagi. Kita putus."
Ayu berlari menuju kendaraannya yang basah kuyup di bawah pohon. Ia mengebut pulang tanpa mempedulikan lelaki dibelakangnya yang memandanginya dengan tatapan terluka.
~~~***~~~
Musim rendeng atau musim penghujan sudah datang. Hujan turun hampir setiap hari dengan curahnya yang deras. Untung Ayu menaiki motornya sendiri, jadi ia bisa ngebut pulang, meski ia yakin Irfan takkan mengejarnya.
Sepanjang perjalanan itu, Ayu hanya bisa menelan kekecewannya dalam hati. Harusnya ia marah dengan perbuatan Irfan tapi entahlah. Di satu sisi Ayu memaklumi sikap Irfan yang nekad itu karena ingin memilikinya dengan jalan pintas, tapi disisi lain ia bingung. Perbuatan Irfan sungguh merupakan dosa besar!
Sesampainya di daerah tempat tingalnya, hujan sudah berhenti turun. Ayu nyaris membelokkan motornya ke rumahnya saat dilihatnya di jalan, seekor rubah sedang berjalan sendiri menenteng plastik berisi baso. Sepertinya dia baru saja membeli baso ke pedagang baso yang mangkal diujung jalan dekat rumahnya.
Ayu membelokkan motornya, menghadang jalan rubah tak tahu malu itu. Sosok rubah bertelinga panjang yang sedang menunduk memainkan ponselnya, mengangkat kepalanya karena terkejut. Namun raut wajah itu berganti senang setelah mengetahui siapa yang menghalangi jalannya.
"Eh Ayu, darimana?"
Ayu berdecih," Selamat ya, akhirnya mimpimu bersanding dengan a Irfan terkabul juga."
Senyum rubah itu lenyap, berganti seringai." Terima kasih juga karena udah jagain jodohku."
Ayu mendengus, ia mulai emosi." Des, kita kan teman. Harusnya kamu menolak lamaran itu, untuk menjaga perasaanku. Kenapa kamu tega ngelakuin ini sama aku?"
"Aku terpaksa menerima lamarannya. Kan pamali nolak lamaran orang, nanti bisa susah lagi. Kamu tahu kisah Tari yang nolak lamaran, trus diguna-guna sama orang yang ngelamarnya. Akhirnya sampai sekarang belum nikah juga padahal usianya menginjak kepala tiga. Aku gak mau lah kayak gitu. Sereemm ..." wajah Desi berubah murung, nyaris menangis.
"Omong kosong. A Irfan tak mungkin melakukan itu. Kamu memang sengaja kan melakukan ini karena kamu emang sudah lama naksir A Irfan, kan? Jangan-jangan masakan yang aku titip buat Mamah, kamu akuin itu sebagai masakanmu. Iya?" tutur Ayu sengit.
"Kalau aku bilang itu dari kamu, mamah gak akan makan. Mamah kan benci banget sama kamu. Dengar nama kamu aja dia marah, apalagi memakan masakanmu. Sayang kan, daripada makanannya dibuang, mending diakalin gitu. Harusnya kamu berterima kasih sama aku. Berkat kepintaranku, makananmu tidak terbuang." Desi mencibir.
Ayu tercekat. Seharusnya ia mendengarkan kata hatinya selama ini. Ia memang sudah curiga sejak Desi selalu sengaja bertanya setiap hari, mana titipan untuk Mamah. Sekarang terbongkar sudah.
"Kenapa kamu tega ngelakuin ini sama aku? Apa salahku sama kamu?" pekiknya.
"Gak usah sok sedih deh, bukannya sejak dulu kamu ingin putus selamanya dari Irfan? Kenapa sekarang malah sewot? Harusnya kamu berterima kasih sama aku, karena berkat aku kalian bisa putus selamanya. Haha ..."
Ayu mengepalkan tangannya, menahan amarah yang semakin membuncah didadanya. Desi menepuk motor Ayu pelan, karena Ayu tak menyahuti ucapannya.
"Sebenarnya Irfan sudah lama ingin mutusin kamu. Tapi dia bingung kapan waktu yang tepat untuk mutusin kamu. karena dia tahu mana perempuan yang pantas diajak nikah, mana yang hanya untuk main-main saja. Nih, lihat pesannya ..." Desi menunjukan sebuah chatingan diponselnya, didepan wajah Ayu. Sayang, Ayu tak bisa melihatnya dengan jelas.
"Dia bilang kalau sebenarnya dia cinta sama aku dari dulu. Sama kamu itu cuman gak enak aja, soalnya kamu kelihatan cinta banget sama dia. Asal kamu tahu, kalau kita sedang berdua, dia itu romantic banget sama aku. Tapi kalau didepan kamu, kita bersikap biasa aja untuk menjaga perasaanmu."
Seperti menuang cuka dilukanya yang masih terbuka, perih sekali. Ayu kecewa, ia tak menyangka Irfan tega mempermainkannya selama ini.
Untung saja mereka putus, kalau tidak pasti lebih sakit lagi kalau ternyata Irfan bermain dibelakangnya setelah menikah. Dasar pembohong kamu, Fan! Aku benci sama kamu.
"Aku benci sama kamu, Desi! Pengkhianat seperti kamu pantas diberi pelajaran."
Ayu turun dari motornya dengan marah. Ia ingin memberi pelajaran rubah tukang tikung itu. Tapi belum ia memberi bogem mentahnya, Desi lebih dulu mendorongnya dengan keras ke tanah.
"Aku gak takut sama kamu, mah, Yu! Kamu bahkan bukan tandinganku. Haha ...."Desi tertawa terbahak-bahak.
Ayu menggigit bibirnya, pahit." Jahat kamu, Desi. Padahal aku benar-benar tulus sama kamu. bahkan nganggap kamu saudara aku. Tapi kamu tega menusukku dari belakang. Aku nyesel pernah nerima kamu jadi temanku." Tutur Ayu serak. Sudut matanya mulai berkaca-kaca.
Desi tertawa melengking," buodo amat ya, haha ..."
'Kawin, kawin, minggu depan aku kawin... kawin, kawin, bobo ada yang ngelonin.'
Desi berlalu menyisakan tawanya yang mengerikan. Ayu terisak. Tak mengira hidupnya semenyedihkan ini.
Bab 1 Putus
15/10/2021
Bab 2 Lamaran menyakitkan hati
15/10/2021
Bab 3 Suara hati
15/10/2021
Bab 4 Sakitnya tuh di sini
15/10/2021
Bab 5 Pestamu adalah dukaku
15/10/2021
Bab 6 Nyanyian rindu
27/10/2021
Bab 7 New life
29/10/2021
Bab 8 Kau tercipta bukan untukku
31/10/2021
Bab 9 Playboy cap karet
01/11/2021
Bab 10 Ketemu
03/11/2021
Bab 11 Godaan LDR
05/11/2021
Bab 12 Pelarian
14/11/2021
Bab 13 Play boy kena batunya
16/11/2021
Bab 14 Adu domba
18/11/2021
Bab 15 Harusnya bahagia
21/11/2021
Bab 16 Pulang kampung
22/11/2021
Bab 17 Refreshing
25/11/2021
Bab 18 Juragan empang 1
28/11/2021
Bab 19 Juragan empang 2
02/12/2021
Bab 20 Jangan pergi
07/12/2021
Bab 21 Atas nama cinta
08/12/2021
Bab 22 Jangan lagi
10/12/2021
Bab 23 Jangan lakukan itu, Yu!
11/12/2021
Bab 24 Cinta sambalado
13/12/2021
Bab 25 Galau
14/12/2021
Bab 26 Selow Emak
17/12/2021
Bab 27 Bukan prioritas
18/12/2021
Bab 28 Seblak cinta
19/12/2021
Bab 29 Jalan-jalan with Emak
21/12/2021
Bab 30 Kepergok
22/12/2021
Bab 31 Malam mencekam
23/12/2021
Bab 32 Penyesalan yang terlambat
24/12/2021
Bab 33 Rain madness
24/12/2021
Bab 34 Aku bukan pelakor
24/12/2021
Bab 35 Terpuruk
25/12/2021
Bab 36 Mimpi menakutkan
25/12/2021
Bab 37 Jangan tinggalin Abang, Neng!
25/12/2021
Bab 38 Ingat anak, Emak!
27/12/2021
Bab 39 Kunjungan menyakitkan
27/12/2021
Bab 40 Tamu meresahkan
28/12/2021