Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
PART 1
Ketahuan selingkuh
"Oh, jadi ini Mas yang kamu bilang meeting sama klien!"
Dengan penuh amarah, aku menghampiri Mas Dodi yang sedang duduk di bangku cafe tengah kota bersama perempuan sambil berpelukan. Ya, memang perempuan itu memiliki paras cantik, anggun bak model ternama.
"Loh, kamu kok disini Dek?" Mas Dodi segera melepaskan pelukannya dari perempuan itu. Lalu, dia menggeser bangku sedikit ke belakang dan beranjak berdiri dengan raut wajah terlihat takut dan cemas.
Aku mengambil duduk disamping wanita itu, "bagaimana meetingnya, lancar?" ucapku sambil menyomot makanan yang ada di meja tanpa memperhatikan Mas Dodi.
"Kamu ngapain kesini Dek? aku kan sudah bilang, aku ada meeting sama klien hari ini," Mas Dodi berjalan kearahku, lalu memegang pundakku untuk merayuku dengan ucapan manisnya itu.
"Yakin kamu lagi meeting? kok tadi aku lihat kamu pegangan tangan sih Mas!" jawabku sambil terus makan.
"Iya Dek, kapan Mas pegangan tangan Dek?" saut Mas Dodi sedikit ngeles.
"Itu tadi, aku lihat loh!" jawabku lagi.
"Hmm, itu tadi sebagai tanda persetujuan proyeknya saja kok." Mas Dodi mencium keningku, "sudah kamu pulang saja ya Dek, Mas masih ada kerjaan yang lain," ucap Mas Dodi sambil memberikan kartu ATM-nya.
"Okey, aku pulang duluan. Jangan nakal ya diluar sana. Jangan sampai ada perempuan lain, kalau sampai ketahuan aku, bakal aku habisi dia hidup-hidup Mas! jawabku seraya pergi keluar dari cafe.
Setelah aku rasa sudah jauh dari penglihatan mereka berdua, aku bersembunyi di balik pintu keluar cafe untuk memantau mereka. Dan iya, ternyata benar seperti dugaanku. Mereka bukan layaknya partner bisnis, melainkan mereka seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Mereka kembali berpelukan tanpa ada rasa cemas, sepertinyamereka sudah lupa akan perkataanku tadi. Tidak masalah bagiku, itu akan menjadi boomerang bagiku.
Aku melihat Mas Dodi memeluk dan mencium kening wanita itu, dan dia juga mengusap lembut pipinya. Betapa sakitnya hatiku, tapi aku harus kuat karena ini ujian dalam pernikahanku.
"Kenapa kamu seperti ini Mas?" ucapku dalam hati, "apa kamu sudah bosan denganku?"
Aku bergegas pergi ke parkiran, disana aku menunggu perempuan itu keluar dan aku akan bertanya langsung kepadanya. Tidak lama kemudian, aku melihat Mas Dodi keluar dan berjalan ke parkiran mobil, tak lupa dibelakangnya diikuti oleh perempuan itu. Kulihat mereka membawa mobil sendiri-sendiri, itu artinya kesempatan ku untuk menemui perempuan itu dan bertanya kepadanya.
Ku ikuti langkah perempuan itu, setelah sudah dekat mobilnya. Aku menghentikannya.
"Mbak, Mbak maaf mengganggu." Aku berusaha menghentikan langkah perempuan itu.
"Loh Mbak kok disini, bukannya tadi udah pulang ya?" jawab perempuan itu yang terlihat kaget akan kedatanganku.
"Kamu siapa nya Mas Dodi, apa hubungan kalian?" Tanpa menjawab pertanyaan dari perempuan itu, aku malah balik bertanya dengan sedikit ketus.
"Hmmm, sebenarnya aku dan Mas Dodi..." dia menjawab dengan terbata-bata.
"Cepat katakan!" Aku menjawab dengan lantang agar dia mau menjawab yang sejujurnya.
"Aku dan Mas Andi cuman teman biasa," jawab nya dengan lantang.
"Benarkah itu?" Aku sedikit ragu dengan jawabannya.
"Iya benar, aku dan Mas Dodi memang cuman teman biasa saja," jawabnya lagi.
"Apa kamu bisa membuktikannya?" Aku bertanya lagi.
Dia terlihat bingung untuk menjawabnya, setelah beberapa menit, "maaf Mbak aku harus pergi, ada meeting mendadak. Permisi," jawabnyatergesa-gesa sambil masuk ke dalam mobil.
Kemudian, dia pergi dan di dalam hatiku masih ragu. Dan aku yakin, jika mereka memang ada hubungan dibelakang. Aku bergegas pergi ke parkiran, dan pulang kerumah.
Ketika diperjalanan, isi pikiranku hanya ada mereka berdua.
Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan pulang, akhirnya tiba dirumah. Aku bergegas masuk kedapur untuk mengambil air minum, agar sedikit tenang. Lalu pergi ke kamar untuk menenangkan diri.
"Kamu tega Mas, ternyata kamu ada main di belakangku!" aku tidak kuasa menahan air mataku yang sedari tadi sudah diujung mata.
"Sekarang aku tahu Mas, mengapa sikapmu kini berubah kepadaku. Ternyata ini penyebabnya!" ucapku sambil memeluk guling. Air mata terus mengalir.
Aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini. Dan jika memang sudah tidak bisa dipertahankan lagi, aku rela berpisah dari Mas Dodi. Meskipun, sebenarnya aku masih cinta dan sayang kepada Mas Dodi. Tapi, aku akan berusaha semampuku Mas.
Aku yakin, kamu melakukan ini karena ada alasannya.
****************
Terdengar suara mobil masuk kedalam garasi. Aku bergegas melihat keluar, ternyata mobil Mas Dodi yang masuk. Itu tandanya Mas Dodi sudah pulang.
Kulihat kearah jam dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah satu. Perlahan, aku membuka pintu.
"Assalamualaikum sayang, kamu kebangun ya gara-gara aku," ucap Mas Dodi sambil menyodorkan tangannya.
"Waalaikumsalam," ku balas salam sambil mencium punggung suamiku. Meskipun aku sedang sakit hati, tapi aku harus tetap menjalankan kewajibanku, "kok baru pulang Mas jam segini?"
Tanpa menjawab, Mas Dodi masuk, lalu ku tutup pintu kembali. Mas Dodi langsung melangkah ke arah kamar. Aku mengekor di belakangnya.
"Kamu sudah makan Mas?" tanyaku pada Mas Dodi.
"Sudah tadi makan sama klien," jawab Mas Dodi singkat.
"Pasti kamu makan sama perempuan tadi kan Mas!" gumamku dalam hati.
"Yasudah aku mau mandi dulu ya Dek, lengket banget nih badan." Mas Dodi melepas semua pakaian, kecuali celana kolornya ya. Kemudian dia letakkan di atas kasur, lalu pergi menuju kamar mandi.