/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
Matahari mulai bangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus tetesan embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin. Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela. Namun hal itu sama sekali tidak mengganggu seseorang yang sedang tertidur lelap di tempat tidurnya.
Leora Adhisti, seorang wanita cantik dan imut yang memiliki wajah seperti boneka. Iris mata yang berwarna biru membuatnya terlihat sangat cantik. Leora adalah anak tunggal dari Prayoga Abimana, seorang pengusaha yang cukup terkenal di kota tersebut. Namun kini perusahaan Prayoga telah bangkrut karena ulah istri mudanya. Ibu Leora sudah lama meninggal sejak Leora masih kecil, ayahnya menikah lagi saat Leora masih remaja.
Wanita cantik itu masih tertidur dalam mimpinya. Leora libur kuliah hari ini, itulah alasan dia masih nyaman dalam pelukan selimutnya yang hangat.
Prank...
Pyarr...
Sebuah suara melengking terdengar dari bawah, membuat Leora terkejut. Tiba-tiba ia terbangun dan membuka matanya lebar-lebar. Suara itu sangat mengganggu, tidak hanya sekali tapi berkali-kali Leora mendengarnya.
"Arghh, kenapa berisik sekali. Apa mereka tidak tahu kalau aku sedang tidur," gerutu Leora dengan mata yang masih terpejam.
Dengan berat hati, Leora mengubah posisinya menjadi telentang. Mengernyitkan dahi dan menajamkan telinganya, suara itu seperti benda-benda yang sengaja dibanting dan dibuang. Tapi siapa pelakunya?
"Hoaam, siapa yang ribut di bawah?" tanya Leora pada siapa pun, menguap lebar sambil meregangkan otot-ototnya.
Prankk...
Leora terlonjak kaget mendengar suara itu lagi, karena dia penasaran. Maka Leora memutuskan untuk mengecek ke lantai bawah, ia segera melompat dari tempat tidur dan pergi ke tempat asal suara itu, untuk memastikan siapa yang membuat keributan di pagi hari.
Saat berada di tangga paling atas, Leora membuka matanya lebar-lebar saat melihat rumahnya telah hancur dan berantakan. Ada tiga orang pria bersama ayahnya di sana, Leora menyipitkan matanya, melihat ayahnya dimarahi oleh salah satu dari mereka.
"Ayah!"
Tanpa membuang waktu, Leora segera menuruni tangga. Mempercepat langkah untuk menghampiri ayahnya yang sedang terjatuh di lantai.
"Ada apa ini, ayah?" tanya Leora ketika ia sudah berada di antara mereka.
"Leora! Kenapa kamu ada di sini?"
"Ayah, siapa mereka? Mengapa mereka menghancurkan rumah kita?" tanya Leora dengan cemas.
Pria yang tadinya memukuli ayah Leora tanpa henti, tiba-tiba menghentikan perbuatannya. Ia menoleh ke arah Leora dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang dipikirkan pria tua itu.
"Apakah dia anak Anda, Pak Prayoga?" tanya pria dengan setelan jas hitam dan dasi yang melingkar rapi di lehernya.
Pria yang kerap disapa dengan nama Bram itu, memandangi Leora dari atas sampai bawah. Seperti sedang meneliti sesuatu di tubuh Leora, dengan tatapan genit. Siapapun yang melihatnya akan bergidik, seperti yang Leora lakukan sekarang.
"Cantik sekali. Bibirnya terlihat manis," pikir Bram sambil terus menatap Leora.
Seorang pria yang merupakan seorang pengusaha sukses, seperti halnya Prayoga sebelum salah satu perusahaannya bangkrut. Beberapa waktu lalu, Prayoga terpaksa menggadaikan rumah mewahnya. Untuk menutupi semua hutang dan kerugian yang dialaminya, dan kini Bram datang untuk menagih hutang tersebut.
Mata Bram masih menatap Leora dari atas sampai bawah, hanya dengan baju tidur bermotif panda dan rambut yang berantakan. Mampu membuat sosok pria paruh baya terpesona pada Leora, kecantikannya yang alami tanpa filter dan rekayasa. Bram menghampiri Leora dengan senyum miring yang terukir di wajahnya.
"Pak Prayoga, bagaimana kalau kita janjian," lanjut Bram tersenyum pada Leora.
Sementara Leora yang menyadari Bram sedang menatapnya, hanya bisa bergidik ngeri di tempatnya. Ia ingin sekali memukul kepala lelaki tua itu.
/0/24179/coverorgin.jpg?v=20250818134252&imageMogr2/format/webp)
/0/3968/coverorgin.jpg?v=ceb6ecf5c18b901dd17f817d8465961f&imageMogr2/format/webp)
/0/18144/coverorgin.jpg?v=20240531182206&imageMogr2/format/webp)
/0/21212/coverorgin.jpg?v=7cc3ea19cbf418d3537e6f56b8b2e12f&imageMogr2/format/webp)
/0/16428/coverorgin.jpg?v=3d8410225546bfa5035f1dc4b89f685f&imageMogr2/format/webp)
/0/29187/coverorgin.jpg?v=5619c1fee4829449be2abe5a6e8a3a99&imageMogr2/format/webp)
/0/16927/coverorgin.jpg?v=7b46931921d8c029c2f0426f3bf18b01&imageMogr2/format/webp)
/0/10891/coverorgin.jpg?v=35954a113c9f1b9eeb4607a5ae7a545e&imageMogr2/format/webp)
/0/4249/coverorgin.jpg?v=20250121182321&imageMogr2/format/webp)
/0/24654/coverorgin.jpg?v=0995dc762b2d9a75057d0f824a2438f2&imageMogr2/format/webp)
/0/15858/coverorgin.jpg?v=437451542586af31549968a254f81cc6&imageMogr2/format/webp)
/0/20458/coverorgin.jpg?v=fa31c4420d3b4676f9029979308f5564&imageMogr2/format/webp)
/0/14914/coverorgin.jpg?v=c06b91a92410edccaee2387dc6f8d05b&imageMogr2/format/webp)
/0/13557/coverorgin.jpg?v=fc94ee21ff3cb328b0874d2e8f3d6d46&imageMogr2/format/webp)
/0/16153/coverorgin.jpg?v=ec1ea740cd6fbfb9ad9fd8904ac421d9&imageMogr2/format/webp)
/0/3309/coverorgin.jpg?v=eb5ce0a9771a754e568292f0485f6416&imageMogr2/format/webp)
/0/2739/coverorgin.jpg?v=f336405a9c3b092bff4586314cd9ff0a&imageMogr2/format/webp)
/0/17793/coverorgin.jpg?v=19b7910aa91f26057a6eb35324491ccc&imageMogr2/format/webp)
/0/6728/coverorgin.jpg?v=b1f211c73d7187593123f56790072536&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3&imageMogr2/format/webp)