/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
"Saya terima nikah dan kawinnya Renata Adinda Dewi binti Surya Kusuma dengan mas kawin tersebut tunai." ucap seorang pria tampan bernama Mahesa Adi Sanjaya, yang telah meminang wanita cantik ini dua tahun yang lalu. Mereka sah menjadi suami istri dan mengarungi hiruk pikuk rumah tangga yang bisa dikatakan cukup harmonis jika didepan banyak orang. Apalagi didepan keluarga mereka masing-masing. Renata menghela nafas panjang. Setiap hari ia harus tidur sendirian karena sang suami selalu pulang larut atau bahkan tidak pulang.
Suaminya berpamitan kepadanya setiap hari dengan alasan yang sama, rapat, bisnis, atau bertemu klien penting dari luar negeri. Renata tidak tahu apakah suaminya benar-benar bekerja atau hanya main gila dengan perempuan lain. Karena selama dua tahun menikah, Adi tidak pernah menyentuh Renata sama sekali. Hanya pernah satu kali, itupun karena Adi sedang mabuk dan entah mengapa ia langsung menyerang Renata begitu saja. Sebagai istri, Renata hanya pasrah dan menuruti semua kemauan sang suami. Karena jika boleh jujur, Renata sangat menginginkan Adi. Parasnya yang tampan dan memiliki tubuh atletis, membuat setiap wanita pasti akan terpesona, termasuk dirinya. Namun setelah itu, sudah tidak pernah lagi Adi mau menyentuh bahkan tidur berdua dengan Renata.
"Ren, malam ini aku ada rapat penting. Jadi jangan tunggu aku ya! Kamu tidur duluan saja!" ucap Adi sambil merapikan dadi dan jasnya yang mahal.
Renata hanya terdiam. Ia tidak kaget dengan perlakuan Adi yang seperti ini, karena ini sudah biasa baginya.
"Mas? Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Renata memberanikan diri.
"Hmm," jawab Adi singkat.
"Mas? Orang tua kita menyuruh kita untuk pergi ke dokter." lirih Renata sambil meremat jemarinya kuat.
"Apa? Untuk apa kita harus pergi ke dokter? Kamu sakit?" Adi menatap Renata yang tengah menunduk.
"T-tidak. M-mereka ingin tahu, kenapa aku belum juga hamil. Dan kita diminta untuk periksa ke dokter." jelas Renata dengan takut jika Adi akan marah.
"Oh itu, kita tidak perlu kedokter. Aku yakin kita normal," ucap Adi dengan santainya.
"Baiklah, aku pergi dulu. Sampai nanti." Adi langsung pergi begitu saja tanpa melirik Renata sedikit pun.
Tampak satu bulir air mata menetes di pipi mulus Renata. Sebenarnya ia tidak jelek. Sebaliknya, Renata adalah wanita yang sangat cantik dengan body yang aduhai. D4da dan b0kongnya yang mempunyai ukuran diatas rata-rata. Dengan kulit seputih salju, bibir merah merekah bahkan tanpa polesan lipstik sekalipun. Rambut panjang hitam terurai, terlihat sangat anggun. Entah apa yang ada dipikiran Adi sampai-sampai tidak bisa melihat istrinya secantik dan seseksi itu.
Renata kembali menghela nafas panjang. Ia memutuskan untuk pergi keluar untuk mencari udara segar. Kebetulan ia sudah ada janji bertemu dengan temannya di salah satu cafe. Keyla namanya. Sahabatnya semasa SMA. Keyla sudah bersuami dan memiliki dua orang anak kembar. Laki-laki dan perempuan yang sangat cantik dan tampan.
Renata bangkit dan menghapus airmatanya. Ia bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
***
Renata sudah siap dengan kaos ketat yang menampilkan bongkahan besar did4danya yang terlihat menonjol. Ia padu padankan dengan mantel berwarna coklat sepanjang betis. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja dengan beberapa manik-manik untuk menghias rambut disalah satu sisinya.
"Nyonya?" sapa bik Inah. Salah satu ART disana.
"Iya bik," Renata menoleh dan membalas sapaan bik Inah dengan ramah.
"Nyonya ingin pergi kemana? Tadi tuan Adi telpon. Katanya tuan dan nyonya besar akan berkunjung kemari dengan kakak tuan Adi." terang bik Inah.
"Kakak tuan Adi? Kakak ipar yang tinggal di luar negeri itu bik?" tanggap Renata memastikan.
"Betul nyonya. Kalau tidak salah namanya tuan Ryota." jelas bik Inah.
"Aku hanya mau ketemu Keyla kok bik. Aku akan pulang cepat." ucap Renata.
"Baiklah nyonya. Hati-hati!" Renata tersenyum, kemudian pergi meninggalkan bik Inah.
***
Renata melajukan mobilnya menuju sebuah cafe langganannya. Hanya berjarak beberapa meter dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit perjalanan untuk sampai disana.
Renata memarkirkan mobilnya dan bersiap turun. Tentu saja ia menjadi pusat perhatian, karena memang dirinya secantik itu.
"Hei, disini!" sapa Keyla melambaikan tangan.
"Hai," balas Renata yang juga melambaikan tangan.
"Sudah lama?" tanya Renata sambil cipika cipiki dengan sahabatnya.
"Nggak. Baru aja sampai. Kamu mau pesan apa? Aku udah pesan tadi." tawar Keyla.
"Seperti biasanya aja," jawab Renata dengan malas.
"Ada apa? Kenapa wajahmu ditekuk begitu? Ada masalah? Tumben sekali nyonya besar Sanjaya bersedih." goda Keyla.
"Hah, gak tahulah key, rumah tanggaku sepertinya akan hancur sebentar lagi." kata Renata yang sontak mengagetkan Keyla. Hampir saja ia menyemburkan minumannya.
"Apa? Jangan sembarangan! Kalau ngomong itu disaring dulu, jangan asal aja. Itu gak baik, ucapan adalah doa lho." hardik Keyla sambil membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Ya mau bagaimana lagi, memang adanya begitu. Mas Adi sepertinya memang tidak menyukaiku. Apapun yang aku lakukan, tidak pernah bisa menarik perhatiannya sedikitpun. Aku sebagai istri merasa gagal. Padahal aku sangat mencintainya. Tapi dia tidak pernah melirikku sedikitpun." tutur Renata dengan bibir cemberut.
/0/18453/coverorgin.jpg?v=e5e9a83888769727e77b41bd16e4dcf1&imageMogr2/format/webp)
/0/12760/coverorgin.jpg?v=5fbda0a58e6c4dbafe7cc37130c26aea&imageMogr2/format/webp)
/0/10756/coverorgin.jpg?v=3ee4f31b7180293031102e707680e6a6&imageMogr2/format/webp)
/0/21154/coverorgin.jpg?v=c2835f25ab9d458a0e17f5115dd93e12&imageMogr2/format/webp)
/0/5777/coverorgin.jpg?v=88b08f7d4264446951b5f7ed1a5a823d&imageMogr2/format/webp)
/0/12863/coverorgin.jpg?v=01781a4c11a73d5c2378bb441d2543b1&imageMogr2/format/webp)
/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
/0/28415/coverorgin.jpg?v=2cb99dcc5049cf09b586fec522a6249d&imageMogr2/format/webp)
/0/3565/coverorgin.jpg?v=e3cb0343bbd128c218a354b3ab719c21&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/10823/coverorgin.jpg?v=5247a829c4e0bc6ba9e8c95469614a5d&imageMogr2/format/webp)
/0/30662/coverorgin.jpg?v=94147b5f1a691127d46c8a965fd0615b&imageMogr2/format/webp)
/0/13486/coverorgin.jpg?v=4d70dc5d84d0c7c298ee2d95678721f2&imageMogr2/format/webp)
/0/16994/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/22407/coverorgin.jpg?v=c7641c702e1e9d740e819467251f260b&imageMogr2/format/webp)
/0/7539/coverorgin.jpg?v=ed8fe97d5a9ca68a26b7170cd08632de&imageMogr2/format/webp)
/0/20921/coverorgin.jpg?v=23715292097ca61d9f139215a1a906d2&imageMogr2/format/webp)
/0/19053/coverorgin.jpg?v=c89c07f10c79a12901a42e5cc532728f&imageMogr2/format/webp)
/0/12710/coverorgin.jpg?v=744a608d2c902474986a4e5c13ac6375&imageMogr2/format/webp)