Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Daren menendang pintu di belakangnya sambil terus memandang Eliana yang berada dibuaiannya. Pria yang notabene adalah majikan Eliana itu lantas membawa tubuh mungil wanita itu ke atas meja rias yang telah ia singkirkan segala macam benda di atasnya.
"El...kenapa aku seperti pernah menyentuhmu?" gumam Daren dengan napas yang terputus-putus.
Eliana memegangi wajah Daren penuh senyuman puas di bibirnya --
**** BEBERAPA BULAN SEBELUMNYA ****
Mansion keluarga Daren Smith & Carolina Smith 01.30 am
Peluh terlihat jelas di pelipis Daren Smith. Pria dengan brewok tipis itu terus menerus menggeliat gelisah dalam tidurnya. Tangannya terkepal erat di sprei putihnya. Sesekali ia melenguh lalu bergumam pelan seolah takut akan sesuatu terjadi padanya. Lama kelamaan gumaman itu semakin keras hingga membuatnya tersentak bangun.
Napas Daren memburu, seperti tengah berlari kencang di dalam mimpinya. Perasaan ganjil kembali muncul saat selimutnya membentuk gundukan besar di area kakinya. Daren menyingkap selimutnya lalu bertemu mata dengan Carolina – istrinya, yang ternyata tengah sibuk menservice dirinya saat tengah bermimpi buruk tadi.
Daren kembali ambruk ke belakang karena ketakutannya ternyata tak terbukti. Carol terkekeh melihat ekspresi Daren yang ketakutan itu.
"Apa aku membangunkanmu?"
Carol sibuk menyapu sudut bibirnya sendiri setelah selesai dengan urusannya. Wanita tanpa busana itu lantas merangkak naik ke tubuh suaminya yang masih lemas.
Lemas antara pencapaiannya terjadi atau karena mimpi buruk yang barusan ia dapatkan tadi.
"Maaf Carol. Aku malah ketiduran. Aku bermimpi buruk lagi."
Carol seperti menganggap enteng hal itu. Ia tetap melanjutkan niatnya untuk memposisikan diri berada di tengah tubuh suaminya itu. Saat ia kembali duduk, Carol sudah mulai bekerja kembali dengan penuh gairah. Tapi sayangnya hal itu tidak dirasakan sama oleh Daren yang masih linglung atas mimpi berulang yang terus ia alami belakangan ini.
"Nevermind Daren, itu cuma mimpi buruk," ucap Carol semakin mempercepat gerakannya.
Mau tak mau Daren membantu istrinya yang sepertinya sedang berada di puncak nafsu tengah malam itu. Maklum saja, karena sudah seminggu mereka berpisah karena pekerjaan Carol yang menumpuk setelah perayaan anniversary pernikahan mereka yang keempat.
Tapi sayangnya setelah perayaan itu, perasaan Daren kian kusut. Mimpi yang sama terus menemaninya beberapa kali. Mimpi tentang kecelakaan beruntun yang ia dapati dengan seorang wanita dan anak kecil di dalamnya. Daren tak bisa melihat jelas siapa wanita dan anak kecil tersebut. Setelah mencoba metode hipnotis pun, Daren tetap tak bisa melihat wajahnya. Membuat Daren kian frustrasi karena memikirkan apakah mimpi itu sebagai pertanda di masa depan, atau ingatannya yang lain.
Carol mulai bergerak lebih liar. Ia minta berganti posisi di saat Daren tidak terlalu bernafsu untuk berhubungan badan. Tapi karena 'bendanya' sudah terlanjur berdiri tegak, Daren pun mengabulkan permintaan Carol yang ingin berada pada posisi doggy style itu.
Desahan Carol kian menggila. Nama Daren terus ia sebutkan tapi sayangnya ekspresi Daren tampak biasa saja. Daren menarik rambut istrinya hingga wanita itu mendongak ke atas. Memasukkan tiga jarinya ke mulut wanita itu lalu menjilatnya seperti es krim. Carol kian bergetar. Pencapaiannya akan segera datang. Tapi tidak dengan Daren yang terus saja memikirkan mimpinya itu.
"Dareen! Owh!"
Carol tersungkur lemas. Daren lantas menarik selimut untuk menutupi tubuh mulus istrinya itu. Mendekatinya kemudian mengecup singkat puncak kepala istrinya itu.
"Goodnite," ucapnya. Lembut.
Malam itu, Daren tak bisa lagi memejamkan matanya hingga pagi menjelang.
**
Tiga buah piring berisi sarapan sudah tersaji di atas meja makan. Carol turun lebih lambat untuk sarapan karena ia baru saja bangun beberapa menit yang lalu.
Daren sendiri sedang bersiap dengan stelan jasnya untuk bekerja lagi setelah liburan panjangnya. Begitu pula dengan putri mereka – Belle yang baru menginjak usia empat tahun itu – tampak sudah cantik di kursinya menyantap roti keju kesukaannya sebelum nantinya berangkat ke sekolah dininya beberapa menit lagi.
"Kamu benar-benar akan ke kantor hari ini?"
Daren mengangguk pelan dengan masih tetap fokus pada koran yang tengah ia baca. Pekerjaannya tidaklah terlalu sibuk. Sebagai pewaris perusahaan Smith, harusnya Daren bisa lebih santai saja. Tapi Daren tak benar-benar bisa bersantai karena merasa tidak betah di rumah. Kegiatan melukisnya juga sekarang mulai ia tinggalkan karena bosan. Karena itu, untuk mengusir segala pikiran buruk itu, Daren memutuskan untuk bekerja walaupun dia juga tak yakin apakah ini bisa menghilangkan kebosanannya.