/0/26688/coverorgin.jpg?v=c4b3c2c782fc14e4cf02f18cc7392d82&imageMogr2/format/webp)
Athena Salindri.
Perempuan berusia 21 tahun itu tak pernah sekalipun bahagia dalam pernikahannya dengan Bima. Satu tahun mereka menikah, tapi tak sehari pun Athena bisa hidup tenang.
"Gak guna!" Athena tersungkur di lantai rumahnya yang masih berupa tanah berdebu, sementara Bima mengamuk karena Athena tak bisa memberinya uang untuk berjudi.
Sebuah pukulan keras dari kayu rotan itu menodai betis Athena yang putih mulus seputih susu. Luka dari pukulan itu meninggalkan guratan merah dengan rasa perih yang menyiksa, walau rasa sakitnya sangat menyengsarakan, tapi Athena enggan menangis.
Padahal dulu Bima tak seperti ini. Bima tak pernah sekasar ini. Dulu Bima hanyalah pria baik dan cukup tampan dimata Athena, sehingga Athena berani jatuh hati padanya.
Namun, Bima berubah setelah mereka dijodohkan. Setelah mereka menikah, Bima jadi terjerumus pada perjudian dan bahkan jadi pemabuk.
Bima jadi selalu menyalahkan Athena atas kehidupannya yang sengsara dan menganggap Athena sebagai penyebab dari putusnya hubungan dia dengan Ayu— perempuan yang kala itu menjadi kekasih hatinya.
"Gak ada, mas. Aku gak punya uang lagi... beneran, aku gak bohong."
"Halah! pasti diumpetin kan duitnya? Ngaku! Kerja keras jadi buruh cuci dari rumah ke rumah, masa gak dapet duit!"
Athena tersentak tiap kali mendapat pukulan demi pukulan itu. Ia bahkan tak sanggup untuk sekadar berteriak kesakitan karena jika ia melakukannya, pukulan itu akan semakin membabibuta.
"Uangnya aku pake buat beli minyak sama beras, mas. Udah abis, telur saja gak kebeli-" ucapnya tertahan.
Athena tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, ketika tangan besar nan kasar itu meraih lehernya dan menekannya keras untuk sekadar-
"Kalung lo gue ambil, buat bayar hutang judi."
Bima membuka kalung emas yang dikenakan oleh Athena itu dengan hati-hati, sementara Athena sudah tidak punya kekuatan lagi untuk mencegahnya.
"Itu kalung buat biaya lahiran anak kita, mas... jangan diambil." Suara Athena lemah.
Namun apa pernah Bima jadi pria baik yang punya nurani?
Hahah! tentu saja tidak pernah.
"Bodoamat," cetus Bima tak acuh.
Dengan tidak tahu malunya, Bima mengantongi kalung itu, mendorong kasar bahu Athena sampai punggung Athena terantuk kayu penyangga dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu.
Rasa sakit luar biasa langsung menjalari punggung Athena, membuatnya mematung merasakan rasa sakit itu sendirian.
Kemudian, Bima bergegas pergi begitu saja keluar rumah meninggalkan Athena yang tak berdaya di tempatnya.
Isak tangis yang terdengar pilu itu keluar dari bibir Athena yang gemetar. Athena memandang nelangsa kepergian Bima, bukan karena ia bersedih atas ketidakberadaan Bima, bukan itu.
Athena menangis karena satu-satunya harapan biaya untuk melahirkan anaknya telah raib, ditambah dengan fakta bahwa dirinya tidak pernah seberharga itu di mata suaminya sendiri.
“Sakit,” gumam Athena dengan suara tercekik. Detik itu juga ia memeluk perut buncitnya yang tiba-tiba terasa sakit seperti tengah diurut dengan sangat keras.
Sakit… sangat sakit.
Athena meringkuk, memeluk perutnya sambil terus meringis kesakitan. Sampai kemudian darah segar mengalir deras dari paha atasnya, diiringi sensasi sesuatu yang keluar dari dalam dirinya-
Athena keguguran.
***
“Sialan!” umpat Bima menendang kaleng soda itu dengan kesal.
Ia menyugar rambutnya dan mengusap kasar wajahnya, mulai mengutuk dirinya sendiri karena kalah dalam berjudi.
"Tolol, emang. Udah berharap bisa menang banyak setelah jadiin kalungnya jaminan, eh malah kalah. Padahal, niatnya buat bayar hutang."
Lagi, Bima menyugar rambutnya. Ia merasa frustasi... benar-benar frustasi. Sesekali ia mendengus jengkel lalu meludah sembarangan sambil terus merutuki ketidakberuntungannya.
Baru saja Bima berniat melangkahkan kakinya untuk pulang menuju rumahnya, ketika sebuah mobil Jeep berhenti di depannya.
Seseorang kemudian keluar dari sana, dan menghampiri Bima dengan aura yang membuat Bima menelan ludahnya dengan susah payah.
"Hutangmu, Bima. Lagi-lagi kamu ingkar janji dan tidak membayar hutangmu," ucap pria setengah baya dengan suara bariton yang membuat Bima sontak menatap lawan bicaranya itu dengan ketakutan besar yang tercipta jelas diwajahnya.
"B-Bukan gitu, Pak Mandor. Saya mau bayar kok. Tadinya saya mau bayar pake uang hasil judi, cuma gimana, ya, hari ini saya kalah judi. Janji deh Pak Mandor, nanti saya akan bayar." Alibinya.
"Banyak alasan," desis pria setengah baya yang dijuluki sebagai Pak Mandor itu. Kemudian ia melirik ke arah dua orang pria berbadan kekar disisi kiri dan kanannya. "Bawa dia. Tuan Brian memintaku untuk membuat pertemuan dengan si Bima Bima ini," lanjutnya.
Tanpa menunggu lama, kedua pria kekar itu langsung menyergap Bima dan menyeretnya masuk ke dalam mobil. Sekalipun Bima meronta-ronta, kedua pria kekar itu tetap bisa membuat Bima masuk ke dalam mobil tanpa bisa berkutik lagi.
Di dalam mobil, Bima diapit oleh kedua pria kekar itu, dimana tiap kali ia memberontak, yang dirasakannya kemudian adalah sensasi dari tulang bahunya yang terasa hampir remuk.
Tak butuh memakan waktu lama. Ketika akhirnya mereka sampai di rumah megah nan mewah itu, buru-buru para pria besar itu membawa Bima ke dalam rumah.
/0/12697/coverorgin.jpg?v=a0855fc8ab55c7606ce607d6619d7a60&imageMogr2/format/webp)
/0/10098/coverorgin.jpg?v=20250122182539&imageMogr2/format/webp)
/0/29615/coverorgin.jpg?v=6ba88f54cd1900194ea02d7389d99d11&imageMogr2/format/webp)
/0/3095/coverorgin.jpg?v=1113e82abad1f60f913a3f9d60365a6e&imageMogr2/format/webp)
/0/12672/coverorgin.jpg?v=e267e35c6f73324fb77bb52565e1bcfb&imageMogr2/format/webp)
/0/14871/coverorgin.jpg?v=a7bd2e24011096962a5a909e5a68d5fc&imageMogr2/format/webp)
/0/16774/coverorgin.jpg?v=20240229150048&imageMogr2/format/webp)
/0/13336/coverorgin.jpg?v=20250123145046&imageMogr2/format/webp)
/0/8762/coverorgin.jpg?v=f677bc4b268d17fa6db2856e396bc520&imageMogr2/format/webp)
/0/3010/coverorgin.jpg?v=f564c8f71c289888789401bb3dc6ef74&imageMogr2/format/webp)
/0/6794/coverorgin.jpg?v=fb3ce2b048de258e8219a58d91966140&imageMogr2/format/webp)
/0/19449/coverorgin.jpg?v=4d31b0e31059b4191b700f800bf00d57&imageMogr2/format/webp)
/0/26743/coverorgin.jpg?v=20250909185456&imageMogr2/format/webp)
/0/3102/coverorgin.jpg?v=76cdab6514c48d7709f718a12f0b5bcc&imageMogr2/format/webp)
/0/29169/coverorgin.jpg?v=cd01aa75f289d1d7de98ae8c26a0e45e&imageMogr2/format/webp)
/0/5638/coverorgin.jpg?v=ac6e1142b93103ee1ef1cb162c971dc1&imageMogr2/format/webp)
/0/15614/coverorgin.jpg?v=c418b1aaaf998551827b3d1ad249b85a&imageMogr2/format/webp)
/0/14152/coverorgin.jpg?v=efdc21e45b5252f06d5cabf6bc2cffcf&imageMogr2/format/webp)