Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MENIKAHI CEO LUMPUH

MENIKAHI CEO LUMPUH

Yunabee

5.0
Komentar
2.4K
Penayangan
22
Bab

Bagaikan mimpi buruk, diusia Sofia yang masih 19 tahun, dia harus menerima perjodohannya dengan seorang pria berusia 33 tahun yang mengalami kelumpuhan, Yesaya. Demi bisa membiayai pengobatan ayahnya, Sofia menerima pernikahan itu dengan lapang dada. Hari demi hari Sofia harus menjalani pernikahannya dengan frustasi, hingga pada akhirnya dia berada di titik rasa cinta yang hadir tiba-tiba terhadap suaminya, ketika dia melihat surat pengajuan bunuh diri di meja kerja suaminya. Sejak itulah cinta Sofia menjadi tulus untuk suaminya. Namun, cinta Sofia harus pupus, karena Yesaya tak bersedia mencintai Sofia. Satu dan lain hal harus Yesaya tutupi dari Sofia, dan hal gila harus Yesaya lakukan terhadap Sofia, alih-alih demi kebahagiaan Sofia. Yang terjadi justru membuat hidup Sofia terpuruk lebih dalam. Apa yang terjadi dengan pernikahan dua insan yang berbeda generasi itu?

Bab 1 MCL 1

"Sofia, maukah kamu menjadi pengantin pengganti untuk tuan Yesaya?"

"Apa...??!!"

"Kasihan tuan Yesaya ditinggal pergi oleh kekasihnya. Sedangkan, pernikahan mereka akan dilaksanakan 1 minggu lagi."

"Ibu..." Sofia merengek kesal pada ibunya yan tiba-tiba saja ingin menikahkannya dengan seorang pria yang bahkan Sofia belum tahu seperti apa sosoknya. "Kok ibu tega sih mau nikah Sofia di usia Sofia yang masih sangat muda? Sofia baru lulus SMA lho, bu. Sofia kan masih ingin hidup bebas."

"Tapi, tuan muda Yesaya akan memberikan kebebasan pada kamu setelah kalian menikah nanti. Keluarga Bratha hanya ingin kamu menikah dengan putranya saja, agar mereka tidak malu di depan publik, lantaran batalnya pernikahan putra mereka gara-gara mempelai wanitanya kabur."

"Sudahlah, Nayu. Jangan kamu memaksa putrimu terus menerus seperti itu. Kalau Sofia memang tidak mau menikah dengan tuan muda Yesaya, jangan dipaksa."

"Tapi, pak. Bagaimana dengan pengobatan bapak yang membutuhkan biaya banyak. Sedangkan, kita tidak punya uang lagi untuk membiayai pengobatan bapak. Belum lagi tunggakan biaya rumah sakit yang di luar asuransi Kesehatan. Semakin mempersulit untuk penyembuhan sakit bapak."

"Ibu ini gimana sih? Wong bapak memang sudah sakit. Yo uwes, kalau Tuhan mau ambil bapak yon dak apa-apa."

"Astaghfirullahalazim, bapak. Bapak jangan bicara seperti itu. Jangan mendoakan yang tidak baik."

Mendengar ucapan kedua orang tuanya membuat hati Sofia berada dalam kebimbangan hebat. Dia meringis dalam diam. Di mana dia harus memutuskan cepat keputusan pahit atau manis dalam hidupnya. Tapi, jika dia memilih untuk menolak menikah dengan laki-laki bernama Yesaya, dia akan tetap mengalami kepahitan karena itu artinya pengobatan penyakit bapaknya harus dihentikan.

"Sebenarnya... siapa Yesaya? Kenapa... ibu sama bapak... sampai memanggil dia... dengan sebutan tuan muda?" Sofia bertanya dengan terbata, penuh gumpalan sesak di dadanya akibat kabar yang sangat memilukan ini.

"Tuan muda Yesaya adalah putra tunggal dari tuan Bratha. Dulunya, bapak pernah menjadi tangan Sofian tuan Bratha saat Sofia masih kecil. Tapi, setelah bapak jatuh sakit dan sering mangkir dari pekerjaan bapak. Akhirnya, bapak memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan bapak tersebut. Tapi, hubungan kami masih sangat baik. Terakhir, beliau mengabarkan mengenai kondisi putranya. Bapak pun mencoba memberikan solusi dengan memperkenalkan kamu dengan tuan muda Yesaya. Yang mungkn saja kalian bisa cocok nantinya. Tapi, kalau memang tidak cocok ya sudah, tidak usah dilanjutkan."

"Iya, ndu. Bagaimana kalau kamu bertemu dulu dengan tuan muda Yesaya besok. Karena kalau memang kamu bersedia untuk bertemu dengan tuan muda Yesaya, pengawal dari kediaman keluarga tuan Bratha akan datang menjemput kamu ke sini."

"Jadi... bapak dan ibu bermaksud untuk menjual Sofia?"

Mendengar tuduhan yang dikatakan secara terang-terangan oleh putrinya, membuat hati Nayu dan Banyu seperti teriris pisau. Mereka berdua hanya bisa memejamkan mata mereka demi menerima tuduhan tersebut.

"Sofia, kalau memang Sofia tidak bersedia. Bapak tidak akan memaksa kamu untuk menikah dengan tuan muda Yesaya. Tapi, demi Tuhan, Sofia. Bapak dan ibu tidak bermaksud untuk menjual kamu kepada keluarga tuan Bratha. Kalau alasan nyata kenapa bapak memperkenalkan kamu untuk menjadi pengganti calon pengantin tuan Yesaya, itu karena bapak pikir, kamu adalah anak yang ceria. Sedangkan, tuan muda Yesaya sudah kehilangan tawa dan senyumnya hampir 5 bulan belakangan ini, karena satu dan lain hal. Jadi, sekarang, keputusan berada di tangan kamu."

"Jelas, pak, bu. Sofia menolak pernikahan ini. Kalau hanya karena masalah biaya pengobatan bapak, Sofia bisa kok minta pinjaman dari kantor tempat Sofia bekerja saat ini. Meskipun pinjaman itu tidak seberapa tapi setidaknya, pinjaman itu bisa melunasi tunggakan uang di rumah sakit. Lagipula, Sofia kan lagi berjuang biar bisa mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi. Kalau Sofia harus menikah sekarang, itu artinya, Sofia harus kehilangan cita-cita Sofia."

"Kamu salah Sofia. Tuan Bratha dan nyonya Lady sudah mengatakan pada bapak dan ibu kalau mereka tidak akan mengekang kehidupan kamu. Mereka akan tetap mengizinkan kamu kuliah nantinya."

Mendengar hal tersebut, Sofia pun diam. Dia sedikit berpikir tentang privilege. Tapi, dengan cepat segera dia punahkan tentang pemikirannya yang picik itu.

"Aku masih waras untuk menjalani kehidupan aku sesuai dengan yang aku inginkan. Aku ingin berkarir sampai beberapa tahun ke depan, lalu menikah dengan pria yang aku cintai dan mencintai aku. Bukan dengan cara instan seperti ini yang tidak membuat aku merasa bahagia. Sadar, Sofia. Masa ini akan segera terlewati, asalkan kamu teguh pendirian untuk menolak keras pernikahan tersebut." Batin Sofia berkata begitu kuat untuk menyadarkan dirinya agar dia tidak sampai bertindak gegabah.

"Aku... pergi ke kamar dulu ya bu, pak." Sofia pamit untuk kemudian dia bangkit dari sofa dengan tubuh lemas dan berjalan dengan sangat lambat menuju kamarnya.

Cklek,

Brak!

Sofia sedikit membanting pintu kamarnya karena rasa kesal yang tengah menderanya saat ini. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan pemikiran kedua orang tuanya yang begitu kolot di zaman teknologi seperti sekarang ini. Bak Siti Nurbaya yang akan dikawinkan dengan Datuk Maringgi. Itulah yang gambara keadaan dirinya saat ini yang Sofia rasakan.

"Ya ampun, kak Sofia! Ngagetin aku banget deh!" Decak Sasha yang tengah asik menjelajah dunia internet di laptop jadulnya.

Tapi, ocehan kesal adiknya Sofia abaikan. Dia langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dan membentuk bintang besar. sembari menghembuskan nafas kasar, Sofia menatap langit-langit kamarnya yang penuh dengan taburan bintang.

"Kak Sof, kakak mau dijodohin sama laki-laki yang namanya Yesaya ya?" tanya Sasha dengan antusias. Dia sampai memutar kursinya agar bisa mendapatkan info itu langsung dari Sofia.

"Tau dari mana kamu? Ibu? Bapak?"

"Ngupinglah..." Jawabnya dengan tawa cekikikan tanpa dosa.

Mendengar jawaban adiknya, Sofia langsung tersenyum sinis.

"Kan yang namanya Yesaya manis banget orangnya. Badannya atletis, cerdas, multitalenta. Eh, malah ada cewek bego yang ninggalin dia. Tapi... wajar saja sih kalau calon istrinya ninggalin Yesaya. Soalnya..." Sasha menahan kalimatnya, yang semula penuh semangat namun perlahan memelan. Dia ragu untuk melanjutkan kalimatnya pada kakaknya, yang digadang-gadang akan menjadi calon pengantin pengganti.

"Soalnya, kenapa?" Sofia jelas penasaran dengan lanjutan dari kalimat adiknya itu. Dia segera membangunkan badannya dan mengubahnya menjadi posisi duduk.

Dengan wajah mengekrut dan sedikit cengiran kaku di bibirnya, Sasha menjawab, "Yesaya- lumpuh."

"Apa...??!! Lum- puh???"

"Iya, kak. Yesaya, laki-laki tampan, manis, tajir, cerdas, dan multitalenta itu lumpuh. Sudah lama dia berada di kursi roda. Tapi, aku tidak tahu alasannya kenapa. Karena sepertinya media tidak diizinkan untuk memberitakan mengenai kelumpuhan yang dialami oleh putra tunggal Bratha. Salah satu orang terkaya se-Asia."

"That's not point." Sofia syok bukan main begitu mengetahui kondisi laki-laki yang akan dijodohkan dengannya itu. Dia semakin tidak mengerti dengan jalan pemikiran bapak dan ibunya yang malah sengaja ingin menjodohkannya dengan laki-laki lumpuh.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Yunabee

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku