/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
" aaaaaaahk.....!" Arimbi menggigit bibirnya menahan rasa sakit di area sensitif nya, saat daging tumpul dengan garang menerjang keperawanan nya.
Ini pertama kalinya pria itu mendapatkan perawan, selama ini hanya menikmati liang dol yang sudah tidak disegel. Ada rasa sesal kenapa bukan ia yang menikahi Arimbi. Kenapa ia harus menyerahkan Arimbi pada adik kembarnya
" Ahk tuan pelan...ahk...!" Pinta Arimbi.
Namun Pria itu tidak peduli dengan rintihan wanita yang beberapa jam lalu resmi menjadi istri adik nya.
Beberapa puluh menit berlalu sampai akhirnya Ferdi Thang melenguh diatas tubuh Arimbi Istri adiknya yang berurai air mata.
Tidak seperti ini malam pertama yang diinginkannya.
Tanpa basa basi sedikitpun, Ferdie turun dari ranjangnya, Arimbi membuang wajahnya tidak mau melihat tubuh bugil yang ia sangka suaminya.
Tak berapa lama suara pintu kamar mandi terdengar terbuka, dan harus parfum tercium.
Arimbi tetap berada di balik selimutnya, lampu kamar pun dimatikan,
Selanjutnya Arimbi hanya mendengar suara langkah menjauh dan pintu kamar terbuka lalu tertutup kembali perlahan.
Arimbi membuka selimutnya dan melihat sekeliling, gelap. Tapi ia yakin kalau suaminya sudah pergi keluar kamar.
Dengan berjingkat menahan sakit di area kewanitaan nya, Arimbi berjalan ke kamar mandi setelah mengenakan dress one peace yang dilucuti paksa oleh pria yang ia kira suaminya.
Rasa nyaman mulai dirasakannya saat tubuh nya diguyur air shower.
Beberapa menit kemudian ia pun keluar lalu mengeringkan rambutnya.
Lalu kembali ketempat tidur setelah memadamkan lampu kamar nya, melirik handphone nya baru pukul 11 malam.
Sebentar saja ia sudah terlelap.
" Ehmmmm....aaahhhhh...!" Suara desahan terdengar dari mulut Arimbi, saat ia rasakan gelatik nikmat diantara lehernya, ciuman begitu lembut ia rasakan. Tangan kokoh meremas dadanya dengan hisapan-hisapan lembut menggugah birahinya.
Arimbi membuka matanya.
Dan terkejut.
" Tuan...?" Ia melihat suaminya berada diatas tubuhnya dengan tatapan lembut.
" Sorry lama...! Habis bertemu kawan dulu....!" Ucap nya.
Belum sempat Arimbi menjawabnya, bibirnya sudah tertutup ciuman lembut.
Arimbi bingung dan senang. Ini sangat berbeda sekali dengan yang dilakukan suaminya sebelumnya yang tanpa oeemisi langsung menyeruduknya. Bahkan tan berciuman langsung menusuk liang Perawan nya.
Sentuhan kali ini begiti berbeda... Sangat lembut, walaupun masih terasa sakit tapi Arimbi merasakan cinta dalam sentuhannya.
*****
Dua minggu sebelumnya,,,
" Ayim, maafkan ayahmu nak!" Ujar Bu Ningrum sambil memeluk Arimbi putri tunggalnya yang menangis terisak dipelukan nya.
" Bukan salah ayah pernikahan ayim batal Bu, ini sudah takdir. Temani Ayin membatalkan semuanya Bu..!" Jawab Arimbi.
Malam itu menjadi malam yang paling menyakitkan, Arman datang hanya melemparkan undangan pernikahan mereka yang baru diambilnya dari percetakan.
" Mas, ini musibah. Ayah belum divonis masih pemeriksaan polisi" ujar Arimbi duduk bergeser mendekati Arman tunangan nya, Arimbi memegang jemari Arman.
Dengan kasar Arman melepaskan tangannya, lalu melepaskan cincin berlian tunangan mereka.
" Ini buat kamu saja, maafkan aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Keluargaku malu diomongin saudara dan tetangga." Ujar Arman.
Arimbi hanya diam saat Arman melempar kan undangan di meja dan meninggalkan dua dus undangan yang masih terbungkus rapih.
Tanpa berpamitan pada Bu Ningrum yang baru masuk ke ruang tamu, Arman melangkah keluar rumah Arimbi.
Bu ningrum memeluk putri nya yang berdiri mematung memandang keluar rumahnya dengan tatapan kosong.
" Kita lihat keadaan Ayah dipontianak Bu" ujar Arimbi sambil menatap ibunya.
" Terimakasih nak, cuma kita kekuatan ayahmu sekarang ini." Jawab Bu Ningrum menyusut air matanya.
Jam makan siang selalu padat di area food court gedung perkantoran. Seperti di The Felix , gedung tempat Arimbi mengais rezeki.
Arimbi terlihat berjalan menunduk disamping Mayang sahabat nya.
" Kita makan di luar saja Mbie,,?" Ajak Mayang menarik tangan Arimbi.
Arimbi menoleh ke arah antrian food court yang panjang sampai ke tangga keluar.
Akhirnya mereka memilih makan di warung di pinggir gedung walaupun sama saja ramai tapi masih banyak pilihan tempat yang kosong atau sekedar take a way.
Bruk
Arimbi mendongak melihat siapa yang menubruknya. Ternyata menabrak punggung Mayang yang berdiri didepannya.
" Kamu tuh Mbie dari tadi ngelamun terus, untung yang kamu tabrak Aku" ujar Mayang yang berdiri di depan Arimbi mengantri di depan pelayan warung nasi Padang.
" Maaf aku ga nyadar kalau sudah sampai May...." Jawab Arimbi tersenyum manis.
Setelah mendapat kan sepiring nasi dan lauknya keduanya duduk di bangku pelastik,makan tanpa meja di pinggir trotoar dengan teh botol dingin yang disimpan dibawah kursi plastik.
" Kamu sudah ketemu Arman?" Tanya Mayang pada Arimbi, yang dibalas dengan gelengan kepala.
"Pernikahan kalian tinggal dua Minggu lagi, kamu yakin Arman membatalkan hanya karena ayah kamu dipenjara?" Bisik Mayang, kali ini Arimbi menganggukan kepalanya.
" Lusa kamu sudah berhenti kerja, apa tidak sebaiknya kamu menghadap ke HRD dan membatalkan pengunduran diri kamu Mbie! Cari kerja susah sekarang, dan posisi kamu sekarang susah payah kamu merintisnya."
Ujar Mayang sambil mengunyah daging rendang Padang.
" Lusa aku sama ibu ke Pontianak mau lihat ayah disana." Ujar Arimbi yang hanya mengaduk makanan nya, dan Mayang dengan santai nyomotin lalap singkong yang masih utuh dipiring Arimbi.
" Nanti aku akan temui Arman, cowok kok pengecut bukanya jadi pelindung malah lari." Ujar Mayang sewot.
/0/15897/coverorgin.jpg?v=7a676661d11e3a9172f85a345ac3258a&imageMogr2/format/webp)
/0/12827/coverorgin.jpg?v=98e8c94e6c32338a89aa8c2d007b7b10&imageMogr2/format/webp)
/0/17910/coverorgin.jpg?v=3990dd583fb4dc94a1b14b2ec024bccb&imageMogr2/format/webp)
/0/13401/coverorgin.jpg?v=3d8df5fbd594f89d3fb5ffd01438f306&imageMogr2/format/webp)
/0/7465/coverorgin.jpg?v=9331f58e088ccee1e571d9918b9353ca&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17140/coverorgin.jpg?v=9116f11934ba3241336420f79b9c0f06&imageMogr2/format/webp)
/0/18824/coverorgin.jpg?v=dd98140633e26b2633176819c42f74f4&imageMogr2/format/webp)
/0/3092/coverorgin.jpg?v=6017a83f5795db14f6aeff4606c5d9c3&imageMogr2/format/webp)
/0/7203/coverorgin.jpg?v=4ad306f8eba8a9e0bb9b5d9d4e5ecbc1&imageMogr2/format/webp)
/0/6453/coverorgin.jpg?v=810212e2d3721bd6501188d5f7bfafd3&imageMogr2/format/webp)
/0/16017/coverorgin.jpg?v=99dc715da7f8e84d484e8c156e7fdc74&imageMogr2/format/webp)
/0/19258/coverorgin.jpg?v=2fa662005d446848bdf54df9bbc702a7&imageMogr2/format/webp)
/0/12760/coverorgin.jpg?v=5fbda0a58e6c4dbafe7cc37130c26aea&imageMogr2/format/webp)
/0/13005/coverorgin.jpg?v=9cd78141f83941c03784c9a5bde701b1&imageMogr2/format/webp)
/0/28416/coverorgin.jpg?v=a461bfbf0f8ce2027c34bfca64f87c99&imageMogr2/format/webp)
/0/17882/coverorgin.jpg?v=9079b312ff97b8638c0c92c6cce5b2b1&imageMogr2/format/webp)