Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Klek.
Pintu ruang kepala sekolah terbuka. Gadis mungil dengan seragam sekolah rapi keluar dari sana. Menutup pintu dan berjalan dengan gontai sambil menunduk. Rambut cokelat sebahunya dibiarkan tergerai. Mata hazelnya terus memerhatikan lantai. Di telinganya terus terngiang ucapan kepala sekolah tentang beasiswanya dan juga beasiswa kakaknya di salah satu SMU swasta Jakarta.
Cantika Aprillya Renata, orang-orang mengenalnya dengan nama Cantika. Gadis keturunan Indonesia-Belanda itu tampak murung setelah tiga tahun lalu ayahnya bangkrut dan meninggal. Kini ia dan kakaknya, Kevin Nicholas bersekolah dengan beasiswa di sekolah itu. Cantika begitu rajinnya bertekat untuk mengubah nasib keluarganya. Ibunya kini hanyalah seorang penjual bakso keliling sedangkan adiknya Jasmine Tania Renata masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar.
Kevin benar-benar memiliki reputasi buruk di sekolah hingga pihak sekolah mengancam untuk mencabut beasiswa Cantika dan Kevin. Dengan bersusah payah, Cantika akhirnya berhasil bernegosiasi dengan kepala sekolah. Cantika dan Kevin bisa tetap bersekolah di sana asalkan Cantika bisa mengubah watak dari seorang pemalas di sekolah. Dia, Fattan Aliditia Assegaf yang sama sekali tak Cantika tahu rupanya seperti apa.
Bugh.
"Awsh, sorry, sorry gue nggak sengaja." Cantika meminta maaf saat tanpa sengaja menabrak seseorang hingga mereka terjatuh.
Cantika mendongak saat orang yang ia tabrak mengulurkan tangan ke arahnya. Cantika menyambut uluran tangan itu dan berdiri tegak di depan seorang cowok dengan penampilan acak-acakan. Baju sebelah kanan masuk ke dalam celana, sebelah kiri dibiarkan terjuntai. Tas selempang yang ia sandang sembarang. Rambut agak gondrong acak-acakan. Sepatu dengan tali yang tidak sinkron. Aih, bahkan Cantika yang seorang kidal pun bisa menalikan sepatu dengan baik, tapi cowok di depannya? Jauh dari kata baik.
"Lain kali hati-hati, manis." Cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Cantika sebelum ia pergi dan membuat Cantika bergidik dengan tingkah cowok itu.
"Kenapa lo Ka, bergidik gitu?" tanya Nadine, sahabat Cantika.
"Eh nggak, gue nggak pa-pa Nad. Eh iya Nad, lo liat abang gue nggak?"
"Nggak Ka, seharian ini gue belum lihat abang lo. Lo lihat James?"
"Aih Nad, James kutu kupret biasanya jalan sama abang gue udah kaya koyo mereka nempel mulu."
"Hush, kalau James koyo, ya nempelnya ke gue bukan ke abang lo."
"Whatever, gue mau cari abang gue dulu bye Nad!"
"Gue juga mau cari pacar gue dulu. Kalau lo nemu kabarin gue Ka." Nadine beeteriak pada Cantika yang sudah menjauh dan dijawab dengan acungan jempol oleh Cantika sebagai jawaban; ya.
***
Suasana sekolah saat ini bisa dibilang sepi. Seorang cowok dengan gaya yang berantakan dari ujung kaki sampai ujung kepala berjalan dengan santainya menyusuri lorong sekolah. Ia bahkan tak perduli jika harus berurusan dengan guru BK.
"Woi Fattan! Lo ngapain ke sini?" tanya salah seorang dari gerombolan empat orang cowok.
"Gue? Ya mau sekolah lah masa mau nyangkul!" sewot cowok yang dipanggil Fattan itu.
"Mendingan lo ke toilet cuci muka dan liat pake bibir lo sekarang jam berapa?" timpal yang lain.