Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA
TOKOH, TEMPAT DAN JALAN CERITA HANYALAH IMAJINASI PENULIS. TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN KISAH DI DUNIA NYATA.
TOLONG AMBIL BAIKNYA DAN BUANG BURUKNYA
SELAMAT MENIKMATI CERITA
DITUNGGU KOMEN
KRITIK DAN JUGA SARANNYA.
******
Sri,kamu itu loh udah punya anak, sifat malasnyadikurangi."
Omelan wanita paruh baya itu menggema di seluruh ruangan.Tangannya sibuk kesana kemari membereskan kamar yang tampak sangat berantakan.
"Suami berangkat kerja, malah masih enak tidur. Anakkamu dari tadi nangis minta susu jangan dibiarin."
Lelah sudah mulutnya berbusa, tampak tak di gubris olehputrinya. Si pemalas itu masih asik bergelung di balik selimut tebalnya.
Wanita paruh baya itu menarik nafas, lantas berjalan menuju dapur. Tak tega membiarkan cucunya menangis sedari tadi, akhirnya ia buatkan susu juga.
"Rani haus" di usapnya rambut cucunya.
Gadis kecil usia belum genap tiga tahun itu mengangguk antusias, lantas dengan lahap meminum susunya.
Sudah pukul sembilan ibunya masih belum bangun. Entah sudah berapa lama anak ini menangis, yang jelas matanya sudah sembab, suara pun ikut serak. Mungkin jika ia tak datang, anak itu akan menangis sampai tertidur lagi.
****
Gadis kecil itu kini tampak lebih rapih, setelah mandi dan dipakaikan bedak oleh neneknya. Bau apek dan pesing yang sedari tadi melekat pada tubuhnya, berganti dengan aroma minyak telon dan juga bedak khas bayi.
"Rani lapar, kita makan ya. Tadi nenek bawakan lauk ayam goreng kesukaan Rani". Sang nenek menyuapi cucunya dengan telaten.
Anak itu lahap sekali. Entah apa dia semalam makan atau tidak. Berkali-kali bertambah nasi barulah ia berhenti makan.
"Nyang ...(kenyang)".
"Rani kenyang?"
"Heem" anak itu mengangguk. Matanya mulai sayu.
"Rani ngantuk kita bobo di kamar, ya"
Rukayah sang nenek segera menggendong cucunya. Di elus-elus sebentar, anak itu langsung tertidur. Sementara di liatnya sekilas sang putri masih memejamkan mata. Tak ada tanda-tanda ia akan bangun. Tak ingin mengomel lagi, wanita itu langsung menyingsingkan lengan bajunya. Di ambilnya air satu gayung penuh, lalu menyiramkannya ke badan anaknya itu.
"Air ... Air ... Banjir" Sri langsung gelagapan, tangannya melambai-lambai ke samping, seperti hendak berenang.
"Ibu ... " Teriaknya kencang