Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Revan menyuapi Della yang saat ini masih terbaring di atas ranjang, senyuman Revan terlihat sangat ikhlas dihadapan istrinya itu.
"Kamu tidak berangkat? Bukankah hari ini ada wawancara pegawai baru di perusahaan kita?" tanya Della sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Habiskan makananmu, sebentar lagi, aku akan berangkat!"
Della mengangguk, rambutnya basah karena 15 menit yang lalu, Revan sudah membantunya untuk memandikannya.
Setelah semua kegiatan membantu istrinya selesai, Revan segera bersiap untuk berangkat ke kantor, ia memakai dasi dan di kalungkan di bagian bawah kerah kemeja yang langsung terlipat.
Desakan keluarga membuatnya terasa pusing, sebagian keluarganya mengatakan jika sebaiknya ia menikah kembali tanpa memberitahu Della, sementara yang lain menginginkan ia bercerai dari Della, sementara Della wanita sebatangkara di kota besar ini.
"Aku berangkat," ucap Revan, pergi tanpa mencium Della, padahal setiap pagi Della mengharapkan ciuman dari suami tercintanya.
Revan pergi ke kantor, banyak sekali pekerjaan yang belum ia selesaikan, apalagi saat ini ia harus membuat pilihan menikah kembali atau menceraikan Della, jika ia tidak memilih salah satu, maka semua fasilitas kekayaannya akan raib.
"Huh, apa yang harus kupilih, aku tidak bisa memilih keduanya, tapi aku juga ingin bahagia, menikmati kehidupan yang sempurna bersama wanita yang sempurna!" tuturnya.
Revan sudah sampai di kantornya, semua pegawainya menyambut ia dengan senyuman ramah. Begitu pula Revan membalasnya dengan senyuman.
Mata Revan tertuju pada wanita, yang ternyata wajahnya tidak asing, sehingga membuatnya penasaran sampai harus menghampiri wanita yang terlihat rapih.
"Kamu!" panggil Revan, yang terkejut melihat gadis yang ia temui semalam di club datang dan berada di kantornya.
"Halo Tuan Revan, apa kabar?" tanya Bella dengan ramah.
"Untuk apa kamu kesini? Kamu menguntit saya?" tanya Revan asal.
"Aku datang karena undangan jika aku sudah lulus dan berhak bekerja di perusahaan ini!" ucap Bella.
"Apa? Lebih baik kamu keluar, disini membutuhkan wanita yang bekerja sudah lama dan memiliki pengalaman!"
"Loh, kenapa? Saya juga berpengalaman, apa Tuan ragu dengan saya?"
"Security, bawa gadis ini keluar!" teriak Revan
"Tunggu, Revan!" ucap Riki
"Kenapa?" tanya Revan gusar.
"Sorry, Van, Bella sudah sah untuk bekerja hari ini, tolong jangan bawa masalah pribadi ke kantor, karena sosok Bella ini, wanita yang kita cari, dia memang masih muda, tapi semua pekerjaan sebagai sekretaris hanya Bella yang bisa!"
"Baik, saya mau tahu, sebagus apa sampai semua pegawai yang lain mempertahankan kamu!" jawab Revan dengan nada ketus.
Bella tersenyum senang, ia bisa memiliki alasan untuk mendekati Revan.
"Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini!"
Revan masuk ke ruangannya, di susul oleh Bella, sementara Riki tidak diizinkan masuk oleh Revan.
Bella berdiri dihadapan Revan, senyuman manis Bella membuat Revan sedikit tertarik untuk memandang wajah Bella.
"Silahkan, perlihatkan semuanya, dan buat saya puas, sehingga kamu memang benar-benar pegawai yang kami cari!"
Bella melakukan perkenalan menggunakan bahasa asing, ketika Revan memintanya untuk menghafal semua jadwalnya, tentunya Bella mampu menghafalkan dengan waktu yang cepat.