Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
"Papa mau ke mana? Kenapa buru-buru sekali?" tanya Tiara kepada Reno
"Papa ada keperluan mendadak. Klien Papa tiba-tiba menghubungi Papa. Sudah ya, Papa harus ke sana." Reno meninggalkan Tiara begitu saja.
"Ini sudah malam. Memangnya tidak bisa besok lagi!" teriak Tiara kepada Reno yang sedang berjalan.
Sementara Reno tetap saja berjalan tanpa peduli ucapan sang istri.
Tiara hanya bisa menghela napas kecewa. "Ini bukan jam kerja dan juga sudah malam. Masa jam segini klien menghubungi." Tiara melihat jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. "Awas saja kalau kamu bohong!"
***
"Ma. Papa ke mana? Kok tidak ada?" tanya Maura di sela-sela sarapan.
"Papamu ada perlu, Sayang," jawab Tiara, "sudah habiskan sarapannya."
"Iya, Ma."
***
Tiara sedang membantu karyawannya membungkus pakaian yang akan di kirim ke pembeli. Di rumahnya Tiara menyediakan satu ruangan untuk tempat berjualan pakaian online dan dia mempunyai lima karyawan.
Ponsel Tiara tiba-tiba berdering ketika sedang membungkus pakaian. Dia kemudian mengangkatnya.
"Hallo, Ma. Maaf, ya. Papa tidak langsung pulang. Papa sekalian saja ke kantor. Sekarang Papa mau jemput Maura dulu, baru Papa ke kantor lagi. Mama tidak usah jemput Maura. Biar Papa saja, ya," ucap Reno dan langsung mematikan ponselnya.
"Hallo, Pa!" teriak Tiara, "kenapa langsung ditutup sih? Aku belum bicara juga," gerutu Tiara lalu menyimpan benda pipih di saku bajunya sambil menghela napas kecewa.
***
"Papa!" Maura berlari mendekati sang ayah yang sudah menjemputnya.
"Hai, Sayang." Punggung tangan Reno sedang dicium oleh Maura.
Ayo, kita ke mobil." Reno meraih tangan Maura.
Maura menganggukkan kepalanya sambil berjalan. "Papa kok, tadi pagi tidak ada?" tanya Maura.
"Papa ada perlu. Ada pekerjaan yang tidak bisa Papa tinggalkan," jelas Reno, "oh, iya, Maura. Di dalam mobil ada teman Papa. Eemm, kamu jangan bilang mama ya kalau Papa menjemputmu sama teman Papa." Reno jongkok menghadap Maura tepat di dekat mobilnya.
"Memangnya kenapa, Pa?"
"Tidak apa-apa. Papa cuma tidak mau nanti Mamamu salah paham sama Papa. Oke, Sayang. Kamu jangan bilang, ya!" perintah Reno lalu bangun dari jongkoknya.
"iya, Pa."
"Ya sudah. Ayo, masuk." Reno membuka pintu mobil untuk Maura.
Maura kemudian masuk. Dia duduk di kursi belakang. Sementara wanita yang bernama Vega duduk di depan bersama Reno.
"Hai, cantik. Siapa namamu?" Vega membalikkan badan ke arah Maura.
"Namaku Maura, Tante."
"Nama yang cantik. Sama seperti orangnya," ucap Vega lalu tersenyum dan kembali duduk seperti semula.
Maura kemudian memperhatikan wanita tersebut dari belakang. Dia teringat sang mama dan hatinya seakan tidak terima melihat sang ayah duduk berdua dengan wanita lain. Umur Maura sudah menginjak tujuh tahun.
"Sayang. Kita antar Tante dulu, ya. Baru Papa antar kamu pulang."
"Iya, Pa."
***
Reno sudah mengantar Vega. Maura duduk di depan bersama sang ayah.
"Kamu benar janji, ya. Jangan bilang mama kalau Papa mengantar Tante Vega." Reno menoleh sesaat lalu kembali fokus menyetir.
"Memangnya kenapa Mama tidak boleh tahu? 'Kan Tante cuma teman Papa doang."
"Iya, memang cuma teman Papa doang. Cuma tetap saja nanti Mama marah sama Papa."
"Kata Mama jangan suka bohong. Papa juga pernah bilang jangan suka bohong. Kenapa, Papa malah bohongin Mama?"
"Bukan begitu, Maura. Ini berbohong demi kebaikan. Kamu mau nanti Mama sama Papa berantem gara-gara Mama marah karena Papa antar teman Papa?"