"Tolong jangan bun*h saya … saya akan melunasi semua hutang-hutang saya pada Tuan Andrew …” pria itu mengatupkan kedua tangannya berusaha memohon ampun padaku, namaku Mery, aku adalah seorang wanita pembun*h bayaran.
Aku sedang berada di dalam apartemen yang cukup mewah milik si pria botak ini.
Aku menodongkan pistolku tepat di hadapan di wajahnya.
Pria itu duduk bersimpuh di hadapanku, pemandangan seperti ini sudah sering kulihat bila aku hendak melenyapk*n target pembun*hanku.
“Semuanya sudah terlambat! Dasar tol*l!” umpatku padanya, aku memasukkan kembali pistolku ke dalam saku jaketku.
“Cu*h!” Aku meludah tepat di wajahnya yang sudah tua itu. Pria itu tak marah sedikit pun padaku saat aku meludahi wajahnya, tentu saja karena dia takut kepadaku. “ hm,” aku mendengus kesal. Aku ingin sekali melihat penolakan yang berapi-api dari para targetku, bukannya pasrah seperti ini, sungguh sangat membosankan sekali.
Aku mendekati pria berkepala plontos itu dengan berjalan secara perlahan-lahan.
“Silahkan kamu pilih, mau dengan cara apa kamu mat*?” Aku menatap pria itu dengan sorot mata tajam.
“Ti, tidak! Aku tidak mau ma*i sekarang! Aku masih ingin hidup! Kumohon ampunilah aku Nyonya … tolong sampaikan kepada Tuan Andrew, bahwa aku sangat menyesal … aku akan segera membayar semua hutang-hutangku padanya…” Pria itu berderai air mata hingga meleleh di pipinya yang sudah dipenuhi dengan kerutan serta flek hitam di wajahnya itu.
Aku menghembuskan nafas dengan kasar.
“Aku sudah sangat sering menemui manusia-manusia bod*h sepertimu! Manusia yang telat menyadari kesalahannya. Saat akhir dari kehidupan
telah hampir tiba di depan mata kalian, barulah kalian menyadari bahwa nyawa kalian jauh lebih berharga dari pada harta yang kalian tanam dalam rekening kalian. Ingatlah! Harta itu tidak akan pernah bisa menyelamatkan nyawa kalian!” ucapku berbisik kepadanya.
“Aku tanya sekali lagi padamu wahai pria botak yang sangat menggemaskan, mana cara kemat*an yang ingin kamu pilih?” tanyaku lagi seraya membungkukkan badanku di hadapan pria botak itu.
“Tida ada cara apa pun yang ingin aku pilih! Aku masih ingin tetap hidup! Kumohon, tolong lepaskanlah aku! Aku akan memberikan berapa pun uang yang kamu minta dariku … Tapi sebelumnya kumohon dengan sangat, jangan bun*h aku!”” pria berkepala botak itu terkenc*ng-kenc*ng di celananya.
“Kalau kamu merasa memilii banyak harta, lantas kenapa kamu tidak secepatnya membayar uang hasil s*bu itu kepada Tuan Andrew, hah? Tentu saja, hal buruk dan mengerikan seperti ini tidak akan pernah terjadi dalam kamus kehidupanmu!!!” bisikku lagi padanya.
Badannya bergetar dengan sangat hebat, pria itu tak Lelah duduk bersimpuh di hadapanku sedari tadi, peluh sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya yang keriput itu.
Aku menatapnya dengan tatapan mata nanar, ingin sekali ku tersenyum geli melihat tingkah polahnya yang ketakutan seperti itu, tapi tentu saja sebagai seorang pembun*h, aku harus bersikap professional dalam menjalankan aksiku. Bila tidak, marwahku bisa saja jatuh hanya gara-gara hal remeh seperti ini. Aku tidak ingin klienku merasa kecewa dan tidak puas atas kerja kerasku.
Aku selalu bekerja maksimal dalam setiap tugas yang diberikan padaku. Semua ini karena nilai bayaranku yang sangat tinggi dan tidak main-main.
Setiap aku diberikan sebuah misi, aku akan diberikan 50% dari komisiku yaitu senilai 50 juta. Maka sisanya akan klienku berikan setelah misiku berhasil untuk meleny*pkan target.
“Kumohon ampunilah aku! Aku akan memberikan apapun yang kamu minta. Uang, perhiasan, rumah, mobil, semuanya aku punya!” Dia terus memohon seraya bersimpuh di hadapanku.
“Hm, boleh! Hartamu banyak juga ya! Lalu kenapa kamu tidak mampu membayar hutangmu pada Tuan Andrew, hah? Mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi dalam kamus hidupmu, hah,” lagi-lagi karena merasa sangat kesal, aku mengulangi perkataanku kepadanya.
/0/12640/coverorgin.jpg?v=20250122183353&imageMogr2/format/webp)
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)
/0/16988/coverorgin.jpg?v=fb6f5bc71b71ba673fd22385c858c968&imageMogr2/format/webp)
/0/17216/coverorgin.jpg?v=8de1de39814150b2a34ec36544991dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/23335/coverorgin.jpg?v=449cea810c5ef59b88cedb2b49dc88c2&imageMogr2/format/webp)
/0/16858/coverorgin.jpg?v=55e57d0c3fbbbe72391c0a97e4415700&imageMogr2/format/webp)
/0/21489/coverorgin.jpg?v=20250117155253&imageMogr2/format/webp)
/0/29181/coverorgin.jpg?v=9a75492d1ca0e5c312fe6f89ecacedaa&imageMogr2/format/webp)
/0/13486/coverorgin.jpg?v=4d70dc5d84d0c7c298ee2d95678721f2&imageMogr2/format/webp)
/0/16209/coverorgin.jpg?v=20240207123752&imageMogr2/format/webp)
/0/21274/coverorgin.jpg?v=20250117155135&imageMogr2/format/webp)
/0/20947/coverorgin.jpg?v=ab10417d839e86efa38945687e702b18&imageMogr2/format/webp)
/0/2967/coverorgin.jpg?v=20250120143218&imageMogr2/format/webp)
/0/16366/coverorgin.jpg?v=ed3cd92b48b52b04968e892b3c1dc209&imageMogr2/format/webp)
/0/16660/coverorgin.jpg?v=ff5347ef297ecd837887a5325e7885cd&imageMogr2/format/webp)
/0/17339/coverorgin.jpg?v=4775793b536d9cf0cf7aabce74fa9b9a&imageMogr2/format/webp)
/0/28410/coverorgin.jpg?v=20251019182534&imageMogr2/format/webp)
/0/18125/coverorgin.jpg?v=d549672352ea307e4831d2e746eaa55d&imageMogr2/format/webp)