Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Antara Pekerjaan Rahasiaku Dan Cintanya

Antara Pekerjaan Rahasiaku Dan Cintanya

Rey Uwais

5.0
Komentar
47
Penayangan
17
Bab

Hai, namaku Meri, sulitnya mendapatkan pekerjaan memaksaku menjadi seorang pembun*h bayaran dengan harga yang fantastis! Aku membun*h demi uang, bukan karena aku suka membun*h seseorang. Aku menyembunyikan identitasku sebagai pembun*h bayaran dari semua orang, hanya Mike yang tahu tentang pekrjaanku yang sebenarnya. Tak bisa kupungkiri, aku jatuh cinta dengan sahabatku Mike, sudah lama sekali. Tapi aku mencoba menepis itu semua. Aku menjaga hubungan baikku dengan Mike, karena aku tidak ingin merusak persahabatan kami. Lagipula, Mike sudah punya pacar, seorang model terkenal dan juga pastinya cantik. Di rumah sakit aku bertemu dengan seorang Dokter tampan, apakah dia tambatan hatiku yang sebenarnya? Atau apakah Mike belahan jiwaku?

Bab 1 Mery

"Tolong jangan bun*h saya ... saya akan melunasi semua hutang-hutang saya pada Tuan Andrew ..." pria itu mengatupkan kedua tangannya berusaha memohon ampun padaku, namaku Mery, aku adalah seorang wanita pembun*h bayaran.

Aku sedang berada di dalam apartemen yang cukup mewah milik si pria botak ini.

Aku menodongkan pistolku tepat di hadapan di wajahnya.

Pria itu duduk bersimpuh di hadapanku, pemandangan seperti ini sudah sering kulihat bila aku hendak melenyapk*n target pembun*hanku.

"Semuanya sudah terlambat! Dasar tol*l!" umpatku padanya, aku memasukkan kembali pistolku ke dalam saku jaketku.

"Cu*h!" Aku meludah tepat di wajahnya yang sudah tua itu. Pria itu tak marah sedikit pun padaku saat aku meludahi wajahnya, tentu saja karena dia takut kepadaku. " hm," aku mendengus kesal. Aku ingin sekali melihat penolakan yang berapi-api dari para targetku, bukannya pasrah seperti ini, sungguh sangat membosankan sekali.

Aku mendekati pria berkepala plontos itu dengan berjalan secara perlahan-lahan.

"Silahkan kamu pilih, mau dengan cara apa kamu mat*?" Aku menatap pria itu dengan sorot mata tajam.

"Ti, tidak! Aku tidak mau ma*i sekarang! Aku masih ingin hidup! Kumohon ampunilah aku Nyonya ... tolong sampaikan kepada Tuan Andrew, bahwa aku sangat menyesal ... aku akan segera membayar semua hutang-hutangku padanya..." Pria itu berderai air mata hingga meleleh di pipinya yang sudah dipenuhi dengan kerutan serta flek hitam di wajahnya itu.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar.

"Aku sudah sangat sering menemui manusia-manusia bod*h sepertimu! Manusia yang telat menyadari kesalahannya. Saat akhir dari kehidupan

telah hampir tiba di depan mata kalian, barulah kalian menyadari bahwa nyawa kalian jauh lebih berharga dari pada harta yang kalian tanam dalam rekening kalian. Ingatlah! Harta itu tidak akan pernah bisa menyelamatkan nyawa kalian!" ucapku berbisik kepadanya.

"Aku tanya sekali lagi padamu wahai pria botak yang sangat menggemaskan, mana cara kemat*an yang ingin kamu pilih?" tanyaku lagi seraya membungkukkan badanku di hadapan pria botak itu.

"Tida ada cara apa pun yang ingin aku pilih! Aku masih ingin tetap hidup! Kumohon, tolong lepaskanlah aku! Aku akan memberikan berapa pun uang yang kamu minta dariku ... Tapi sebelumnya kumohon dengan sangat, jangan bun*h aku!"" pria berkepala botak itu terkenc*ng-kenc*ng di celananya.

"Kalau kamu merasa memilii banyak harta, lantas kenapa kamu tidak secepatnya membayar uang hasil s*bu itu kepada Tuan Andrew, hah? Tentu saja, hal buruk dan mengerikan seperti ini tidak akan pernah terjadi dalam kamus kehidupanmu!!!" bisikku lagi padanya.

Badannya bergetar dengan sangat hebat, pria itu tak Lelah duduk bersimpuh di hadapanku sedari tadi, peluh sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya yang keriput itu.

Aku menatapnya dengan tatapan mata nanar, ingin sekali ku tersenyum geli melihat tingkah polahnya yang ketakutan seperti itu, tapi tentu saja sebagai seorang pembun*h, aku harus bersikap professional dalam menjalankan aksiku. Bila tidak, marwahku bisa saja jatuh hanya gara-gara hal remeh seperti ini. Aku tidak ingin klienku merasa kecewa dan tidak puas atas kerja kerasku.

Aku selalu bekerja maksimal dalam setiap tugas yang diberikan padaku. Semua ini karena nilai bayaranku yang sangat tinggi dan tidak main-main.

Setiap aku diberikan sebuah misi, aku akan diberikan 50% dari komisiku yaitu senilai 50 juta. Maka sisanya akan klienku berikan setelah misiku berhasil untuk meleny*pkan target.

"Kumohon ampunilah aku! Aku akan memberikan apapun yang kamu minta. Uang, perhiasan, rumah, mobil, semuanya aku punya!" Dia terus memohon seraya bersimpuh di hadapanku.

"Hm, boleh! Hartamu banyak juga ya! Lalu kenapa kamu tidak mampu membayar hutangmu pada Tuan Andrew, hah? Mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi dalam kamus hidupmu, hah," lagi-lagi karena merasa sangat kesal, aku mengulangi perkataanku kepadanya.

Karena lelah dan bosan bermain-main dengannya, aku mengeluarkan sebuah benda ajaib dari dalam saku jaketku. Benda yang bisa menghilangkan nyawa siapa saja bila terkena dengan tembakannya.

Aku membidiknya lurus tepat di depan kepalanya dari jarak yang begitu dekat, hingga tak ada lagi ruang untuk memisahkan senjataku dengan kepalanya yang botak itu.

Dor!

Satu tembakan telah aku lepaskan dari senjata apiku ini. Peluru itu telah menembus ke dalam otak pria berkepala botak itu. Tembakan yang diberikan dari jarak yang sangat dekat telah membuat otak pria itu hanc*r berkeping-keping. Darah segar serta cec*an otak berhamburan kemana-mana.

"Kamu terlalu banyak omong, aku jadi kelamaan 'kan untuk menghabis*mu dengan cara yang jauh lebih cantik dari ini ..." aku mengusap wajahku yang lengket akibat terkena percikan dar*h pria berkepala plontos itu.

Sebelum meninggalkan tempat kejadian perkara pembunuhanku, aku berinisiatif untuk menghubungi seseorang kepercayanku untuk membersihkan korban agar jasadnya tidak tertinggal di lokasi. Juga membersihkan seluruh dar*h serta cec*ran isi otak yang pecah dan berhamburan dengan cairan khusus pembersih dar*h, agar tidak terdeteksi dan terendus oleh pihak kepolisian.

aku meraih benda pipih dari dalam saku jaketku, aku menscroll layer ponselku, lalu aku pun mulai menghubungi seseorang yang sangat kupercaya selama aku melakukan misiku belakangan ini.

Tuut, tuut, tuut.

(Ya) jawab seorang pria di ujung telpon.

(Tolong bersihkan korban di xxxx) ucapku dengan sangat cepat.

(Oke, jangan lupa seperti biasa bayarannya) sahut pria tersebut.

(Beres, pasti kutransfer)

Tut.

Aku pun segera mengakihir panggilan, aku kembali memasukkan gawaiku ke dalam saku jaket kulitku. Sebelumnya, aku sudah mentransfer sejumlah uang sebagai pembayaranku atas pekerjaannya membantuku dalam menghilangkan korban serta seluruh alat bukti.

Aku baru berkecimpung dalam menjalani profesiku sebagai pembunuh bayaran. Sudah sekitar 2 tahun aku menjalani pekerjaanku di dalam dunia gelap ini. Sulitnya mencari pekerjaan membuatku terpaksa menjatuhkan pilihan untuk menjadi seorang pembunuh bayaran.

Latar belakangku sebagai seorang ahli bela diri, telah memudahkanku untuk menjalani profesi yang penuh dengan resiko yang sangat berbahaya seperti ini. Sementara keahlianku dalam menembak seseorang dengan sangat jitu, aku pelajari dari seorang kawanku yang telah lama berprofesi di dunia militer.

Aku adalah seorang pembun*h bayaran professional dengan bayaran yang sangat mahal. Aku rela membun*h siapa pun tanpa pandang bulu, terkecuali anak kecil yang tak berdosa, untuk meleny*pkannya, aku pikir dua kali. Aku biasa melenyapk*n targetku pada waktu tengah malam.

Kali ini, klien yang menyewa jasaku adalah Tuan Andrew, ia adalah seorang Bos Mafia dari 'Jaringan Bawah Tanah'. Kenapa Mafia ini disebut 'Jaringan Bawah Tanah'? Karena Mafia ini bergerak secara illegal, Mafia ini memiliki bidang usaha illegal dan tentu saja sangat berbahaya, yaitu bisnis yang bergerak di bidang penjualan nark*ba, Mafia ini memperjual belikan ganj* dan juga s*bu yang beromset ratusan miliar rupiah setiap bulannya.

Pria berkepala plontos yang baru saja dilenyapkan olehku beberapa menit yang lalu itu, sebenarnya pria itu memiliki hutang senilai 1,5 miliar atas penjualan s*bu beberapa tempo lalu kepada Tuan Andrew. Namun, sayang sekali, sabu yang sudah berubah menjadi uang yang sangat banyak itu, tidak kunjung disetorkan kepada Tuan Andrew, pemilik atau bandar s*bu terbesar di Indonesia Negara tercinta kita ini.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rey Uwais

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku